34

14.1K 1K 23
                                    

Delvin tersenyum melihat Kaivan tertidur dengan sangat cepatnya, hanya karena ia peluk sebentar saja.

Tadi balita itu meminta untuk tidur didalam kamarnya dan juga Alberio, sehingga sekarang ia ingin menemani balita itu sebentar sebelum menemui Alberio yang ada diruang kerjanya sekarang.

Ia mengira akan lama membuat balita itu tertidur, tapi nyatanya itu semua salah karena sekarang ia bisa melihat sendiri jika Kaivan sudah tertidur dengan sangat pulas, tanpa terganggu sedikitpun oleh suara seseorang.

"Sekarang lo masih sangat kecil untuk tahu tentang semua yang terjadi sekarang. Mungkin saat lo udah beranjak remaja nanti, gue bakalan bilang ini semua lagi sama lo. Lo tau? Gue merasa sangat senang bisa bertemu sama lo waktu itu, bukan karena sekarang gue udah nikah sama daddy lo. Gue ngerasa ada ikatan kasih sayang tersendiri buat lo, rasa ingin menjaga lo, rasa ingin melindungi lo sudah ada sejak pertemuan pertama kita dulu, bahkan waktu itu gue ngiranya daddy lo masih punya istri maka dari itu gue nggak berani buat mikir yang aneh-aneh. Cuman rasa sayang gue buat lo nggak bisa diragukan lagi, gue ngerasa punya temen, punya seseorang yang bisa menghibur gue, maka dari itu saat daddy lo nawarin gue buat kerja jadi pengasuh lo gue mau-mau aja karena itu artinya gue bisa menjaga lo dengan baik. Lo mungkin nggak akan pernah mengerti sekarang, tapi saat lo dewasa nanti lo pasti bakalan paham apa yang gue maksud sekarang. Hidup gue jauh lebih tenang setelah bertemu sama lo, gue ngerasa bahagia bisa bertemu anak sebaik lo,"

Delvin mengelus pipi tembam Kaivan dengan pelan, banyak perkataan yang ingin ia katakan pada balita itu, hanya saja untuk sekarang sepertinya semua itu percuma saja karena Kaivan masih sangat kecil, dia tak akan mengerti tentang semuanya. Mungkin nanti saat balita itu sudah tumbuh dewasa ia akan mengatakan tentang semua ini lagi pada Kaivan.

"Gue ngerasa punya keluarga kalo deket sama lo, bahkan gue pernah berpikir jika nanti gue punya anak maka gue pengen anak gue bisa sebaik dan selucu lo. Tapi takdir berkata hal yang berbeda, sekarang lo jadi anak gue. Gue ngerasa bahagia banget lo tau? Mungkin nanti pelan-pelan gue bakalan ubah cara bicara gue sama lo, karena orang tua yang baik selalu mengajarkan anaknya tentang kesopanan bukan?"

Delvin tersenyum sendiri setelah mengatakan itu semua, dengan bodohnya ia berbicara seperti itu pada balita yang tengah tertidur dengan sangat pulas sekarang. Ia hanya ingin mengeluarkan semua rasa yang ada didalam hatinya untuk balita itu, agar rasanya lebih melegakan.

Ia beranjak turun dari atas tempat tidur setelah mengatakan itu semua, ia sudah memasang guling dikedua samping tubuh kecil itu agar Kaivan tak terjatuh nantinya, karena tadi sebelum ke ruang kerjanya Alberio mengatakan jika nanti setelah menidurkan Kaivan, pria itu ingin ia datang keruang kerja pria itu untuk berbicara, entah membicarakan apa.

Delvin mulai melangkahkan kakinya kearah ruang kerja milik Alberio, mengetuk pintu berwarna putih itu beberapa kali sebelum berjalan masuk kedalam ruang kerja milik Alberio. Ia bisa melihat jika sekarang pria itu tengah fokus menatap kearah laptopnya, dengan kacamata bertengger dihidung mancung pria itu.

"Lo sibuk banget?"tanya Delvin dengan mengambil tempat duduk didepan pria itu. Ia tak ingin menggangu jika memang Alberio tengah sibuk sekarang, karena itu akan mengganggu konsentrasi pria itu.

"Hm? Tidak."ujar Alberio dengan menatap kearah Delvin yang tengah menatap kearah ruang kerjanya, memang selama dua bulan kerja disini pemuda itu tak pernah masuk kedalam ruang kerjanya karena ia tak ingin ada orang lain masuk kesini. Sehingga sekarang saat masuk kesini pemuda itu terlihat senang.

"Lo mau bicarain apa sama gue?"tanya Delvin setelah puas menatap dekorasi yang ada didalam ruangan ini, ia menyukai ruangan ini.

"Saya ingin berbincang-bincang saja sama kamu. Karena dalam setiap hubungan komunikasi itu sangat penting, apa lagi kita baru menikah."ujar Alberio beranjak dari tempat duduknya, ia mengambil tempat duduk disalah satu sofa yang ada didalam ruang kerja miliknya, menatap kearah Delvin yang tengah menatap kearahnya sekarang.

"Kemari, duduk disini."

Alberio menepuk pangkuan miliknya bermaksud ingin Delvin duduk disana, merasa dipanggil pemuda itu berjalan kearah Alberio duduk dipangkuan pria itu sesuai yang dia inginkan, tatapan mereka bertemu.

"Saya merasa ini saatnya kita mengganti cara bicara kita satu sama lain. Karena pasti sedikit tak nyaman saat mengatakan itu semua didepan banyak orang bukan?"ujar Alberio dengan merapikan rambut Delvin yang terlihat berantakan.

"Lo mau gue manggil lo apa? Om duda~?"tanya Delvin, senyuman jahil terbit dibibir mungil itu, membuat Alberio ikut tersenyum mendengar itu semua.

"Saya bukan duda lagi sekarang karena sudah menikah lagi,"

Delvin tertawa mendengar itu semua, "cuman bagus loh! Om duda~ biar beda dari orang lain bukan? Orang-orang manggil suaminya mas, a'a, abi, sayang, daddy, nah gue manggil lo om duda biar beda,"

"Nanti kalau kamu manggil saya begitu, orang-orang akan mengira saya memang duda dan mendekati saya. Kamu mau suamimu ini didekati orang lain? Perempuan,"

Delvin menggeleng mendengar itu semua, apa-apaan? Kalau sampai itu terjadi ia akan membunuh orang itu!

"Ish nggak! Enak aja dia main ambil suami orang! Kalo mau gelud dulu! Mas Al kan cuman miliknya Delvin~"ujar Delvin dengan memeluk Alberio membuat pria itu terkekeh dengan pelan.

"Kamu kalau bicara seperti ini bertambah manis, rasanya ingin sekali mas cium sampai pingsan."ucap Alberio, mencuri satu ciuman dibibir pemuda itu.

"Anjir! Mulai cabulnya! Makanya gue nggak mau bicara manis sama lo, takut kena makan uy!" Delvin menjauhkan wajahnya dari Alberio karena takut akan dicium lagi, ia tak ingin dimakan karena miliknya masih terasa sakit.

"Tak akan. Baiklah serius, mas ingin kamu ganti cara bicara kamu perlahan-lahan, mas juga akan melakukan itu juga. Bukan karena mas tak suka dengan cara bicaramu, hanya saja mas tak ingin orang luar berpikir aneh tentang kita berdua kalau bicaranya masih sama, kamu mengerti kan?"ujar Alberio menahan tubuh Delvin agar tak turun dari pangkuan miliknya.

"Huum, gu-ah aku bakalan belajar cuman butuh waktu kayaknya."ucap Delvin dengan menatap kedua mata teduh milik Alberio, cara pria itu memperlakukan dirinya membuat ia merasa sangat nyaman dan juga tenang, ia merasa begitu dihargai saat mendengar nada bicara pria itu padanya.

Bersambung..

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now