30

15.4K 1.2K 10
                                    

Delvin menatap kearah sekeliling kamar hotel yang Alberio pesan untuk mereka bermalam. Ia akan berusaha membiasakan diri dengan hal-hal mewah yang akan selalu ada didalam diri pria itu, ia akan berusaha membiasakan diri dengan kekayaan itu mulai sekarang.

"Kamu suka deķorasinya? Ini saya pesan langsung dari luar kota, karena disini kang dekorasinya menurut saya kurang bagus."ujar Alberio dengan berjalan mendekat kearah Delvin, sebelum memeluk pemuda yang sudah menjadi istrinya itu dari belakang.

Melingkarkan tangannya dipinggang ramping pemuda itu, meletakan kepalanya dicekuk leher sempit milik Delvin.

"Gue suka setiap hal yang lo lakuin buat pernikahan kita. Cuman mulai sekarang gue harus biasain diri buat nggak kaget sama kelakukan lo yang suka banget buang-buang uang."ujar Delvin dengan menatap kearah tangan pria itu yang bertengger dengan manis diperutnya.

"Itu kan sebagai bentuk rasa senang saya, kamu juga suka kan? Nanti perlahan-lahan saya akan kurangin hal seperti ini kalau kamu tak nyaman,"ujar Alberio, mengalah karena ia tak ingin membuat pemuda itu tak nyaman dan malah berdampak buruk bagi pernikahan mereka, apa lagi sekarang mereka baru menikah dan pemuda itu baru ingin belajar mencintainya, akan sangat buruk kalau sampai pemuda itu tak nyaman nantinya.

"Bukan nggak nyaman sih, gue malah ngerasa nyaman banget, ngerasa kalo lo sayang banget sama gue sampai ngelakuin hal kayak gini. Cuman gue selalu kebayang aja betapa lamanya lo kumpulin uangnya tapi malah habis dalam sehari, pasti capek banget rasanya."jawab Delvin, sesuai apa yang ada didalam pikirannya. Ia tahu bagaimana susahnya mencari uang, otomatis ia merasa sakit melihat pria itu menghabiskan banyak uang untuk pernikahan mereka.

"Saya ngelakuin ini semua, karena memang sudah ada lumayan banyak simpanan. Ini saja saya rasa tak begitu banyak menguras tabungan saya, jadi kamu tak perlu memikirkan itu semua hm? Sekarang kamu sudah menikah dengan saya, semua hal tentangmu pasti akan selalu saya perhatikan. Saya tak ingin kamu kekurangan satu hal pun saat bersama dengan saya sekarang, sudah cukup selama ini kamu banyak bekerja keras, sekarang kamu hanya perlu menikmati semuanya dengan baik. Mungkin takdir memang ingin kita bersama agar kamu bisa lebih baik lagi hidupnya, karena kesabaranmu selama ini, kamu bisa mendapatkan ini semua."ujar Alberio dengan membalik tubuh pemuda itu dengan pelan, ia mengatakan itu semua bukan tanpa alasan. Ia tak ingin pemuda itu terlalu berpikir keras sehingga membuat dia tak nyaman, karena sekarang mereka sudah bersama, Delvin tak perlu memikirkan hal seperti itu lagi karena ada dirinya yang akan mengubah hidup pemuda itu jadi lebih baik.

Delvin membalik tubuhnya, terdiam menatap kearah Alberio. Perkataan pria itu berhasil membuatnya tersentuh, ia tak pernah berpikir akan mendengar semua perkataan itu selama ini. Sehingga sekarang saat suaminya itu mengatakan itu semua, ia merasa aneh. Rasanya ingin menangis, cuman tak bisa.

Dengan pelan ia memeluk tubuh pria itu, merasakan kenyamanan disana. Selama ini ia tak pernah merasakan begitu banyak kasih sayang dan juga perhatian dari panti asuhan apa lagi kedua orang tuanya, sekarang saat mendapatkan itu semua dari suaminya itu entah kenapa ia begitu tersentuh.

"Gue nggak tau kalo dulu kita nggak ketemu mungkin sekarang gue udah mati kelaparan di kos-an. Selama lima tahun belakangan ini gue mencoba hidup mandiri diluar panti asuhan, selain ingin belajar, gue juga pengen menghilangkan sedikit beban yang ada dipanti asuhan karena kebutuhan yang disana sangat banyak. Apa lagi buat orang dewasa kayak gue, pasti butuh banyak banget biaya hidup, sampe gue mutusin buat lakuin itu semua. Walaupun susah, cuman gue berhasil hidup mandiri selama lima tahun diluar panti, walaupun lo tau sendiri gue banyak makan mie sama makanan nggak sehat lainnya hanya karena pengen hemat. Sekarang saat bersama dengan lo, gue ngerasain banget perubahannya, mulai dari kasih sayang yang selalu lo kasih, perhatian yang menunjukan jika memang lo cinta sama gue. Semua itu buat gue berpikir ulang, jika ternyata ada orang yang begitu menyanyangi gue disini."ujar Delvin dengan posisi masih memeluk Alberio dengan pelan, sedangkan pria itu hanya diam mendengarkan apa yang ingin si manis katakan.

Selama dua bulan bersama, ia tak pernah tahu ini semua karena pemuda itu masih tertutup padanya, tapi sekarang saat mereka sudah menikah barulah pemuda itu berani mengatakan apa yang selama ini mengganggu pikirannya. Ini semua membuatnya merasa senang, karena itu artinya Delvin sudah mulai menerimanya dan belajar mencintainya.

"Gue sekarang jadi gampang kebawah perasaan keknya entah kenapa. Sejak sama lo, gue ngerasa berbeda aja gitu. Gue bisa jadi diri gue sendiri, tanpa perlu merasa takut bakalan dihakimi."ujar Delvin dengan perlahan melepaskan pelukan mereka berdua, ia tersenyum menatap kearah pria itu, ia merasa senang bisa menjadi bagian dari hidup Alberio mulai sekarang.

"Kamu tahu? Setelah pertemuan pertama kita dijalan waktu itu, bukan hanya kamu yang kebawah mimpi dan tak bisa tidur karena memikirkan saya. Saya juga merasakan itu semua, sampai membuat saya merasa muak, karena kamu tahu sendiri bagaimana sikap saya pada orang baru bukan? Setelah itu siangnya saya bertemu dengan kamu lagi disalah satu restoran, dimana pemilik disana berlaku kurang sopan sama kamu. Sepertinya mulai hari itu saya mencintai kamu, bukan karena perasaan kasihan ataupun yang lainnya, tapi karena perasaan bangga karena kamu bisa melakukan itu semua tanpa merasa takut sedikitpun, keberanian kamu berhasil membuat saya merasa senang."ujar Alberio dengan menatap kedua mata bulat itu sekarang.

"Gue nggak liat lo waktu itu, mungkin karena gue terlalu kesal kali yak?"ujar Delvin dengan menatap kearah jam yang ada di dinding, ini sudah mau larut malam, terlalu banyak berbicara sehingga mereka tak sadar jika sekarang mulai larut.

"Betewe, sekarang udah mau larut. Lo nggak mau mandi? Gue mandi duluan ya? Nanti setelah gue, lo baru mandi juga. Nggak nyaman tidur tapi nggak mandi,"ujar Delvin dengan berjalan kearah kamar mandi yang ada didalam kamar hotel ini, meninggalkan Alberio yang tengah tersenyum penuh arti.

Ia berjalan kearah nakas yang ada disamping ranjang tidur, mengambil kotak yang ada didalam sana sebelum mengeluarkan kunci kamar mandi cadangan, kembali melangkahkan kakinya kearah kamar mandi sebelum membuka pintu itu dan masuk kedalam.

"Anjing!" Delvin langsung menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, sebelum tatapannya mengarah pada Alberio yang tengah tersenyum.

"Katanya mandi bareng dimalam pertama itu rasanya berbeda, jadi saya mau mencoba itu."ujar Alberio dengan santai, berbeda dengan Delvin yang deg deg an karena sekarang ia sedang telanjang!

Bersambung...

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now