8

23.1K 1.6K 8
                                    

Kedua mata bulat itu menatap kearah beberapa orang yang terlihat keluar dari dalam sebuah restoran, ia tak pernah datang ketempat ini sebelumnya karena sejak dulu ia hanya mencari kerjaan diarea sekitaran kos miliknya sedangkan sekarang lumayan jauh dari tempat tinggalnya, pemuda itu rela berjalan kaki selama 45 menit untuk sampai disini hanya karena ingin mencari kerjaan.

Sehingga sekarang ia tengah mengumpulkan niatnya untuk datang kesana dan melamar pekerjaan disana, sangat kebetulan disana tengah mencari karyawan baru karena ada tulisannya, apa ini memang sudah takdirnya? Ia akan mendapatkan kerjaan hari ini? Jika memang benar maka bisa dipastikan jika Delvin akan menjadi orang paling bahagia di dunia ini!

Dengan senyuman mengembang ia berjalan kearah sana, terdiam sebentar untuk mengumpulkan keberanian agar semuanya berjalan dengan lancar, karena penolakan atas lamaran kerjanya beberapa hari ini sedikit membuatnya merasa sedikit takut, takut akan ditolak dan juga di hina lagi.

"Lo pasti bisa! Lo pasti bisa ngelakuin ini semua demi kelangsungan hidup lo!" Delvin memberi semangat pada dirinya sendiri agar bisa berani sekarang, karena kesempatan seperti ini tak akan datang dua kali didalam hidupnya.

Ia mulai berjalan masuk, sedikit tak nyaman saat beberapa orang menatapnya secara terang-terangan seakan-akan dirinya orang gila yang main masuk kedalam rumah orang, ia sendiri merasa bingung kenapa orang-orang itu bisa menatapnya seperti ini? Padahal dirinya masih memakai pakaian lengkap dan juga rapih lalu apa yang membuat mereka memerhatikan dirinya?

"Apa yang tengah kau lakukan didalam restoran saya?"

Tubuh kecil itu tersentak, sehingga langsung menatap kearah samping dimana ada seorang pria paruh baya tengah menatap kearahnya dengan tatapan tak bersahabat sama sekali. Apa yang membuat orang-orang sensitif saat melihatnya ada disini? Tak mungkin kan mereka datang bulan bersamaan saat dirinya datang kesini? Itu akan sangat menggelikan.

"Saya ingin melamar kerjaan disini,"ujar Delvin masih berusaha bersikap sopan selagi orang lain bersikap sopan padanya, namun jika orang lain tak memperlakukan dirinya dengan baik maka ia bisa lebih kejam dari orang itu.

"Kau ingin melamar kerjaan disini? Direstoran elit milik saya? Mungkin kau hanya akan bermimpi saja bisa datang kesini apa lagi harus kerja disini. Disini hanya ada orang-orang kaya, bukan pemuda miskin seperti kamu. Ingin bekerja disini juga harus elit karena ini restoran elit, pemuda sepertimu tak pantas ada disini." Pria paruh baya itu mengatakan itu semua dengan tatapan meremehkan miliknya, membuat Delvin tersenyum licik. Ternyata orang-orang disini tak sebaik yang ia kira.

"Saya kira untuk bekerja disatu tempat itu hanya membutuhkan pengalaman dan juga kinerja kerja yang baik, bukan dari orang itu miskin atau kaya, kalau saya kaya mana mungkin saya akan datang kesini pak. Mungkin kalo saya kaya, ngeliat nih restoran aja saya nggak sudi, karena sesuatu tempat akan terlihat baik kalau pemiliknya juga bersikap baik." Setelah mengatakan itu semua Delvin langsung beranjak keluar dari sana, ternyata restoran yang elit belum tentu bisa memperlakukan dirinya dengan baik, ia menyesal datang kesini.

Selama ini walaupun ia miskin atau tak memiliki uang sekali pun, tak ada orang yang berani menghina dirinya, mereka hanya akan bersikap cuek bukan seperti sekarang. Demi apapun Delvin tak akan pernah datang kesini lagi sebelum dirinya menjadi kaya, ia akan membuktikan jika orang miskin sepertinya juga bisa menjadi orang kaya tanpa bantuan orang lain.

Tanpa Delvin sadari, sejak tadi ada seseorang yang tengah menatap kearah pemuda itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Pria itu menunduk menatap kearah Kaivan yang tengah menikmati makan siangnya dengan damai, Alberio tak menyangka jika kejadian seperti ini akan terjadi padahal ini tempat yang sering ia datangi bersama dengan anaknya, ia bisa melihat tatapan berbeda dari pemuda itu. Walaupun perkataannya penuh dengan keberanian, tapi tidak dengan kedua matanya yang terlihat berbeda, dihina karena miskin itu sama sekali tak membuat orang yang menghina itu menjadi lebih baik, orang miskin bahkan lebih banyak berusaha dibandingkan dengan orang kaya seperti mereka, ia sama sekali tak menyangka akan bertemu kembali dengan pemuda itu seperti ini.

"Kaivan? Setelah kamu selesai makannya, kita langsung kembali ke kantornya daddy ya?"

Alberio tak ingin berlama-lama berada ditempat seperti ini, ia tak ingin anaknya mencontoh sikap kurang baik dari pemilik restoran ini.

"Em? Huum! Andla celecaiin maman na dulu!" Balita itu kembali sibuk dengan makanan miliknya, sedangkan Alberio menatap kearah pintu keluar dimana sudah tak terlihat pemuda itu lagi disana.

Ia sudah berharap tak akan bertemu dengan pemuda asing itu lagi semalam, tapi sekarang mereka bertemu lagi dengan suasana berbeda, dan kejadian tak terduga. Ia masih tak menyangka jika kehidupan pemuda itu seperti ini.

*****

Delvin mengepalkan kedua tangannya, ia terus berjalan tanpa memerhatikan sekitarnya, karena demi apapun ia sudah muak sekarang. Menatap kearah restoran ini saja rasanya ingin mual setelah tahu pemiliknya seperti ini.

"Asu! Gue sumpahin tuh orang bangkrut! Mentang-mentang kaya, dia kira bisa nginjek-nginjek orang miskin kayak gue? Nggak! Lo salah! Gue nggak bakalan mau dihina kayak tadi atau nangis-nangis karena ngerasa sakit, gue cuman ngerasa nggak betah aja berada disana setelah kejadian tadi. Rasanya pengen berak kalo lama-lama disana, bisa sawan gue!"

Pemuda itu berjalan menjauh dari sana, ia sudah tak mood mencari kerjaan. Semuanya hancur, rencananya hari ini gagal total! Ia sudah berharap akan mendapat kerjaan, ternyata terlalu berharap juga tak baik, ia menyesal sudah terlalu berharap! Demi apapun jika nanti mereka bertemu lagi dan pria tua itu ingin meminta bantuan, maka dengan cepat ia akan menghindar seakan-akan tak terjadi sesuatu!

"Udah tua! Bertingkah lagi! Padahal kebanyakan orang tua diluar sana mah nikmati kehidupan mereka, banyak-banyakin berbuat baik biar kuburannya nggak sempit. Tapi tuh orang tua malah kayak gini! Mimpi apa gue semalem bisa ketemu orang kayak dia,"

Delvin masih terus berbicara sendiri sepanjang perjalanan pulang, masa bodoh jika orang-orang akan mengira dirinya orang gila, karena sekarang yang terpenting ia sudah melampiaskan semua rasa kesal didalam hatinya agar bisa lebih tenang lagi. Ia tak akan mungkin bisa kembali mencari kerjaan setelah semua yang terjadi hari ini, mungkin jika moodnya sudah kembali maka besok ia akan kembali berusaha mencari kerjaan walaupun itu sulit dan mungkin saja kejadian seperti ini akan terjadi lagi, ia sedikit overthingking untuk ini semua.

Bersambung...

Votmen_

#target 90 vote

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now