10

23K 1.6K 19
                                    

Delvin  terdiam didalam kamar sempit miliknya, semua yang terjadi tadi siang diluar predeksinya karena sebelum ini ia tak pernah dihina saat ingin melamar kerjaan tapi tadi? Ingin sekali ia menonjok wajah orang yang sudah menghinanya itu namun saat ingat jika itu orang tua ia langsung mengurungkan niatnya dan hanya membalas perkataan kasar dari pria paruh baya itu saja.

"Besok gue cari kerjaan dimana lagi? Disana udah nggak bisa kayaknya, gue takut hal kayak tadi siang terjadi lagi kalo gue cari kerja disana lagi besok,"ujar Delvin, ia ingin berhenti mencari kerjaan namun jika dirinya berhenti maka uang sisa yang ia miliki akan habis seiring berjalannya waktu, setelah uang itu habis ia tak bisa bertahan hidup lagi jika sekarang tak mencari kerjaan.

"Apa gue cari ditempat lebih jauh lagi dari tadi siang? Perjalanan satu jam lebih buat sampe kesana, cuman kalo habisnya nggak ada kayak tadi siang, rasa lelah gue cuma-cuma dong? Mana nih kaki udah sering sakit karena gue bawa jalan kaki selama dua jam lebih berturut-turut. Gue takut kaki gue patah kalo kejauhan perginya, nggak elit banget kalo sampe kagak punya kaki satu, peluang gue cari kerjaan bakalan lebih sulit nantinya. Semoga aja besok gue dapet kerjaan atau dapet gadun?"

Pemuda itu terkekeh sendiri saat ingat perkataan terakhirnya tadi, mencari gadun? Disini memang banyak orang-orang kaya yang menggunakan gadun untuk memperkaya hidupnya, namun rata-rata gadun yang ia lihat itu tua-tua, ia sama sekali tak ingin mempunyai pasangan tua, apa lagi tua seperti pria paruh baya yang sudah menghinanya tadi, ia tak minat! Apa lagi bicaranya sama seperti pria tadi!

"Astaga! Kalo emang dapet gadun, gue boleh nggak ngelunjak dikit? Gue pengen yang mudaan dikit terus ganteng, tajir, badannya besar, wajahnya sempurna, punya perut kotak-kotak, eh! Pokoknya gue mau paket lengkap! Pake susu sama keju!"

Delvin tertawa kecil mendengar perkataannya sendiri, ini semua cukup menghibur dirinya sekarang, karena sejak tadi ia terus memikirkan kejadian tadi siang, memang orang miskin sering kali dihina dan juga diremehkan namun jika sudah seperti tadi ia merasa itu sudah sangat berlebihan, jika mau ia juga ingin menjadi kaya, tak ada orang yang ingin miskin namun ekomoni mengatakan hal yang berbeda. Ia tak bisa bernasip baik seperti kebanyakan orang-orang, karena saat sudah lahir saja ia dibuang tanpa alasan yang jelas. Dan sekarang ia tumbuh mencari orang miskin juga, nasip memang sangat bercanda padanya sekarang.

"Hari ini capek banget, bahkan lebih capek dari hari-hari biasanya. Mungkin jika semuanya berjalan lancar gue pasti udah nggak kayak orang digantung gini, hidup gue suram banget anjir!" Kedua mata bulat itu menatap kearah dinding kamarnya yang sudah banyak bolong-bolong, setiap malam pasti ia selalu memikirkan tentang nasipnya sendiri, apa mungkin ini semua akan sama saja seperti ini sampai nanti atau semuanya akan berubah nanti.

Ia hanya bisa mengikuti apa yang sudah tertulis untuknya, entah akan sama seperti ini terus-menerus atau semuanya akan berubah nantinya, mau merubah semuanya dengan sekuat tenaga pun itu tak akan mungkin jika dirinya sudah tertulis menjadi sengsara seperti sekarang.

Saking lamanya berpikir pemuda itu sampai tertidur, karena merasa lelah hari ini.

***

Kaivan mengembangkan senyuman miliknya sepanjang perjalanan, bahkan balita itu sampai menyanyi dengan perasaan senang sekarang.

"Yeyy~ akhil na tita batalan cali tata na~ cenang na~"

Dan itu semua tak lepas dari perhatian Alberio yang sejak tadi mencuri pandang kearah anaknya itu. Dari semalam balita itu terus mengatakan jika dia tak tahan menunggu hari ini tiba karena ingin segera mencari kakaknya, sampai tadi pagi dengan sangat mengejutkan dirinya Kaivan berteriak membangunkan dirinya serta mengatakan jika dirinya harus segera mandi karena mereka akan mencari kakaknya itu hari ini, oleh karena itu demi kepuasan anaknya itu Alberio memutuskan untuk mengambil libur kerja hari ini, demi Kaivan.

"Kaivan senang hm? Kalau kakaknya nanti jahat, kamu tak boleh bertemu dengan dia lagi ya? Mengerti?"ujar Alberio, mengingatkan anaknya itu karena jika sampai pemuda itu bersikap jahat sudah pasti anaknya itu akan takit dan tak akan meminta bertemu lagi, ia berharap itu semua karena tak ingin ada keterikatan antara mereka berdua hanya karena Kaivan.

Balita berpipi tembam itu menoleh sebelum menganguk dengan semangat, bahkan sampai membuat pipi buat itu bergetar saking semangatnya.

"Ceneng! Coal na mau cali tata na! Andla mau minta temenin dilumah~ pacti celu! Daddy bica telja dan Andla dilumah!"ujar Balita itu dengan semangat yang luar biasa.

Mendengar itu semua, Alberio hanya bisa terdiam. Secara tak langsung anaknya mengatakan alasannya ingin bertemu dengan kakak itu hari ini, ia sama sekali tak tahu kesan apa yang sudah balita itu lihat saat bertemu dengan pemuda itu sehingga bisa berpikir seperti ini. Apa Kaivan merasa kesepian setiap kali ia tinggal dirumah bersama dengan pembantu yang ada sehingga ingin seseorang menemani dia selalu dirumah, maka dari itu anaknya ingin bertemu dengan pemuda itu agar bisa meminta pemuda itu menemani dia dirumah. Sekarang ia mengerti semuanya, mungkin sejak kemarin ia sudah terlalu bersikap egois sehingga tak ingin anaknya bertemu dengan pemuda itu, tapi sekarang setelah tahu alasan itu semua ia merasa aneh.

"Kalau kakaknya tak ingin ikut kita bagaimana?"tanya Alberio setelah terdiam cukup lama, bisa ia lihat jika balita itu langsung menatap kearahnya dengan kedua mata bulat yang terlihat mengerjab dengan pelan.

"Haluc mau! Coal na Andla mau! Jadi tata na duga mau! Pacti!"

Alberio tersenyum tipis, pemaksaan macam apa itu? Ia tahu jika dirinya juga suka memaksa apapun yang dirinya inginkan tapi kenapa balita itu juga ikut memaksa seperti sifatnya, memang benar-benar kloningan dirinya, ia tak salah memilih bibit unggul.

"Baiklah kita akan terus mencari dimana kakak itu sekarang, sampai ketemu,"ujar Alberio pada akhirnya, ia tak ingin lagi membuat semangat anaknya itu menghilang hanya karena perkataannya, biarlah balita itu mengatakan apa yang dia inginkan selagi itu semua masih bagus.

"Em! Tita cali campai temu!"

Mereka terus menyelusuri jalanan yang waktu itu pernah mereka lewati, karena kemungkinan terbesar mereka akan bertemu disini lagi, pria itu yakin jika pemuda itu pasti tak jauh dari sini rumahnya, karena berjalan kaki terlalu lama itu sama sekali tak baik.

"Itu tata na! Daddy! Tata na dicana!"

Bersambung...

Votmen_

#130 vote? Gue lagi sakit

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now