24

18.2K 1.5K 38
                                    

"Seharusnya gue yang bilang makasih sama lo. Karena sudah mau mencintai gue."ujar Delvin yang berusaha menahan rasa malunya sekarang, demi apapun sifat bar-barnya menciut begitu saja saat ditatap selembut ini.

Alberio tersenyum mendengar itu semua, ia merasa beruntung bisa mencintai pemuda itu dan pemuda itu sepertinya merasakan hal yang sama untuknya.

"Besok kita akan datang kerumah kedua orang tua saya untuk membicarakan ini semua. Walaupun saya tak terlalu menyukai kedua orang tua saya karena sikap mereka yang kurang baik, namun untuk ini semua saya harus meminta izin pada mereka. Setuju atau tidak, yang terpenting kita sudah meminta izin pada mereka."ucap Alberio, karena ia sudah memikirkan ini semua matang-matang, tentang resiko yang akan ia ambil saat mengatakan perasaannya dan juga tentang resiko yang akan ia ambil saat mengatakan ini semua pada kedua orang tuanya.

"Em gue ikut lo aja maunya kayak gimana. Mungkin besok setelah dari rumah kedua orang tua lo, gue pengen ajak lo kepanti asuhan buat minta restu pada ibu panti juga. Karena selama ini gue tumbuh disana dari masih bayi sampai umur 20 tahun, sampai gue mutusin buat belajar hidup mandiri selama lima tahun belakangan ini. Gue hanya bisa minta restu sama mereka, karena gue nggak tau siapa orang tua gue, gimana wajah mereka, semua itu nggak gue ketahui selama ini. Maka dari itu gue cuman pengen minta izin sama mereka, mereka pasti kasih izin."ujar Delvin dengan senyuman miliknya.

"Saya masih sulit percaya kalau kamu mau menikah dengan saya. Karena tadi cara melamar yang saya lakukan sama sekali tak ada romantis-romantisnya, walaupun ini cinta pertama saya tetap saja cara saya menyampaikan semuanya sama seperti orang yang sudah berumur 30 tahun lebih."ucap Alberio dengan menatap kearah Kaivan yang tengah tertidur dengan sangat pulas, bahkan ia tak mengantuk sekarang karena berbicara bersama dengan pemuda itu sangat menyenangkan dan juga candu untuknya.

"Gue nggak masalah kok, malah gue suka karena lo nggak banyak gombal. Karena kebanyakan gombal juga rasanya garing, lagi pula gue juga nggak tau cara romantis itu kayak gimana. Menurut gue ini aja udah lebih dari cukup."ujar Delvin dengan menahan rasa canggung didalam dirinya, entah kenapa ia merasa malu sekarang jika berbicara dengan pria itu.

"Kita harus lebih saling mengenal lagi mulai sekarang, karena hanya saya yang sudah mengatakan tentang kehidupan saya, sedangkan kamu belum mengatakan apapun. Mungkin seiring berjalannya waktu kita bisa saling mengenal lagi nantinya."ucap Alberio yang ikut merasa canggung saat melihat pemuda itu bersikap malu-malu seperti ini. Ia merasa salah tingkah sendiri melihat apa yang pemuda itu lakukan sekarang, demi apapun jatuh cinta rasanya sangat menyenangkan.

"Gue udah bilang sebagian tadi, kalo gue tinggal dipanti asuhan. Gue cuman punya keluarga disana karena gue nggak tau siapa kedua orang tua asli gue selama ini. Mungkin nanti kita bakalan kesusahan kasih tau kedua orang tua lo karena pasti mereka mempertanyakan tentang kehidupan gue kan? Tentang kedua orang tua gue, tentang gimana gue hidup selama ini. Semua itu pasti bakalan dipertanyakan nantinya."ujar Delvin saat mengingat satu hal sekarang, bukannya waktu itu Alberio mengatakan jika kedua orang tuanya tipe orang tua yang keras? Pasti mereka akan mempertanyakan bagaimana dirinya dan hal lainnya. Siap tak siap ia harus menyiapkan hati untuk ini semua, karena ini resiko yang harus ia ambil saat setuju ingin menikah dengan pria itu sekarang.

Alberio tersenyum lembut, semua yang pemuda itu katakan memang benar adanya. Namun karena sekarang ia mencintai pemuda itu, ia bisa memaksakan apapun yang ia inginkan pada kedua orang tuanya agar mereka tahu jika sekarang ia sudah memilih orang yang tepat, bukan seperti tiga tahun yang lalu dimana ia dipaksa untuk setuju seperti sapi yang diberi tali, sekarang tinggal dirinya yang memaksakan apa yang dirinya inginkan. Jika mereka tak setuju maka itu hak mereka, ia akan terus menjalankan semuanya, karena yang menginginkan ini semua adalah dirinya bukan mereka.

"Kamu tenang saja, walaupun semua yang kamu katakan itu memang benar, tapi saya berjanji tak akan membiarkan mereka mengatakan hal yang bisa menyakiti kamu nantinya, karena sekarang kamu milik saya, tak ada satu orang pun yang bisa berbuat jahat atau menghina kamu saat masih ada saya. Jika mereka menolak, saya masih akan melakukan apa yang saya inginkan. Karena ini semua pilihan saya sendiri, mereka tak ada hak untuk memaksa saya lagi."ujar Alberio setelah tersenyum lembut menatap kearah Delvin, semua perkataannya itu begitu saja keluar tanpa bisa ia tahan, karena untuk sekarang ia akan mempertahankan apa yang sudah menjadi pilihannya, tak ada seorang pun yang bisa melarang dirinya sekarang.

"Tapi jika itu semua terjadi, mereka sama sekali nggak salah juga disini. Karena udah pasti mereka pengen pasangan yang terbaik buat lo, pengen orang yang jadi pasangan lo itu jelas asal-usulnya, tentang keluarganya dan juga hal yang lainnya. Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, tapi sayangnya untuk kedua orang tua kita, itu pengecualian." Delvin terkekeh setelah mengatakan itu semua, niat hari ingin mengatakan hal yang bijak, malah tak bisa karena demi apapun ia tak pandai merangkai kata-kata yang bagus.

Alberio tersenyum mendengar apa yang pemuda itu katakan, entah kenapa hal sederhana seperti ini bisa membuatnya semakin mencintai Delvin. Pemuda itu seperti punya cara tersendiri agar bisa menarik perhatiannya dari dunia.

"Kamu tak mengantuk? Jika kamu ingin tidur, maka saya akan pindah ke kamar sebelah."ujar Alberio setelah terjadi keheningan beberapa saat.

"Eh? Lo nggak tidur disini? Gue kira lo bakalan tidur disini bareng sama Kaivan sama gue,"ujar Delvin dengan sangat pelan diakhir kalimatnya, membuat Alberio langsung menyentil dahi pemuda itu dengan pelan.

"Saya akan tidur disebelah saja, karena kita belum menikah, saya takut Kai akan mempunyai adik sebelum orang tuanya menikah  nantinya. Kamu juga tak ingin itu semua terjadi kan? Mempunyai anak dengan saya sebelum kita menikah?"

Pipi Delvin memerah mendengar itu semua, karena terasa sangat cabul? Namun itu semua memang tak salah sama sekali karena sudah pasti Alberio tak akan tahan menahan diri terlalu lama karena dia pria dewasa, maka dari itu bisa saja terjadi sesuatu saat mereka tidur bersama nantinya.

"Kamu tidur ya? Saya akan pindah ke kamar sebelah."ujar Alberio berusaha menahan rasa gemas miliknya saat melihat tingkah pemuda itu sekarang.

Bersambung..

Votmen_

#nggak ada target lagi, kalau rame update lagì🗿

OM DUDA {BXB} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang