22

18.7K 1.7K 42
                                    

Satu bulan berlalu begitu saja dengan Delvin yang masih setia menjaga Kaivan sebagai pengasuh balita itu, sekarang penjagaan yang ada dirumah ini jauh lebih ketat lagi, mulai dari beberapa satpam yang mulai menjaga rumah serta sopir yang akan setia mengantar kemana pun Kaivan akan pergi bersama dengan daddy atau kakak baiknya.

"Kita mau kemana?"tanya Delvin merasa heran karena tadi pria itu mengatakan padanya dan juga Kaivan jika dia ingin mengajaknya kesuatu tempat, namun sampai sekarang mereka masih belum menemukan dimana tempat yang akan pria itu tuju, karena sekarang sudah 2 jam lebih perjalanan, sehingga membuat Kaivan tertidur sekarang saking bosannya.

"Sebentar lagi, kamu akan tahu sendiri nanti."ujar Alberio dengan tatapan fokus kearah depan, karena sekarang ia sendiri yang akan mengendarai mobil tanpa disopirin. Ia ingin melakukan satu hal sekarang, setelah memikirkan semuanya baik-baik selama satu bulan ini.

Memang bukan waktu yang sedikit untuk membuatnya menyiapkan semua ini, karena perlu keberanian yang besar untuk melakukan ini semua dan juga memikirkan resiko yang mungkin saja akan terjadi setelah ia mengatakan ini semua. Ia sudah memutuskan untuk melamar Delvin hari ini, sekaligus menyatakan cintanya pada pemuda itu. Memang terkesan tiba-tiba dan juga terburu-buru, tapi ia sudah memikirkan ini semua satu bulan lebih. Memikirkan jika mungkin saja pemuda itu akan menolaknya dan merasa risih serta tak ingin bekerja bersama dengannya lagi, ia sudah memikirkan itu semua karena ini semua terkesan tak ada persiapan apapun dari pemuda itu, karena hanya dirinya yang menyadari rasa cintanya untuk Delvin, entah bagaimana pemuda itu nantinya.

Delvin hanya diam mendengar itu semua, ia merasa akhir-akhir ini pria itu sering bersikap sedikit berbeda dengannya. Entah bersikap baik, berkata lembut, mengantarnya pulang, menanyakan bagaimana keadaannya setiap harinya. Semua itu pria itu lakukan membuat ia merasa aneh, karena sejak mereka baru pertama kali bertemu sikap pria itu sangatlah dingin dan juga kasar, sehingga membuatnya sering memaki-maki pria itu sebagai om-om kurang ajar, tapi sekarang saat merasakan perubahan pria itu secara langsung, entah kenapa ia merasa takut melihatnya. Ia butuh alasan kenapa sikap pria itu bisa menjadi baik akhir-akhir ini, karena setiap perubahaan harus dicurigai. Walaupun tak menutup kemungkinan jika ia merasa senang melihat perubahan pria itu, ia merasa damai dan juga bahagia bisa merasakan sikap baik dari pria itu sekarang. Ia merasa memiliki keluarga karena ini semua.

"Apa Kaivan masih tidur?"tanya Alberio saat mereka sudah sampai ditempat yang sudah ia siapkan dari beberapa hari yang lalu, untuk hari yang penting dan juga menegangkan ini.

Delvin tersentak sebelum menatap kearah bawa dimana ada Kaivan yang tengah merebahkan kepalanya dipangkuan miliknya, ia bisa melihat jika sekarang kedua mata bulat balita itu sudah terbuka, itu artinya Kaivan sudah bangun sekarang.

"Sudah, barusan dia bangun kayaknya. Kai? Kamu udah bangun kan?"ujar Delvin dengan mengelus pipi tembam balita itu, membuat Kaivan langsung mendudukan dirinya kembali, ia tersenyum menatap kearah daddy dan juga kakak baik saat melihat mereka sudah tak dalam perjalanan lagi, itu artinya mereka sudah sampai sekarang! Ia tak sabar untuk melihat apa yang akan daddynya tunjukan pada mereka berdua nantinya, pasti akan sangat menyenangkan!

"Andla cudah banun toc! Tita cudah campai? Tita dimana daddy?"tanya Kaivan dengan menatap kearah daddynya yang sudah keluar dari dalam mobil.

"Kemari, ikut daddy. Kamu juga."ujar Alberio dengan membuka pintu bagian Kaivan, ia menggendong tubuh gempal anaknya itu sebelum menatap kearah Delvin, sehingga membuat pemuda itu menganguk sebelum ikut keluar dari dalam mobil.

"Villa?"tanya Delvin saat melihat sebuah villa berada didepan mereka sekarang, ia tahu tentang villa ini dari berita yang ada namun ia tak pernah menyangka akan datang kesini secara langsung, karena selama ini ia merasa hal seperti ini sangat luar biasa untuk ia dapatkan, tapi hari ini ia bisa melihat villa itu dari dekat seperti ini.

"Ayo."

Tangan pria itu meraih pergelangan tangan Delvin, dengan tangan satunya menahan tubuh Kaivan yang sekarang berada didalam gendongan miliknya. Pemuda itu hanya diam dengan terus mengikuti pria itu dari belakang, ia menikmati pemandangan yang ada disini dan melihat bagaimana indahnya nuasa yang ada di villa ini.

"Ini villa keluarga saya, sering didatangi orang-orang yang ingin menyewanya untuk menikmati pemandangan indah dari sini. Saya pernah beberapa kali datang kesini, cuman sendirian karena perjalanan jauh, saya takut membuat Kaivan bosan, tadi saja dia tertidur, untungnya ada kamu yang bisa menjaganya dengan baik."ujar Alberio dengan menjelaskan semuanya, ia terus menggenggam tangan pemuda itu dengan kaki yang terus berjalan kearah kamar yang sudah ia siapkan beberapa hari ini.

Delvin menganguk, karena ia sendiri tak tahu harus mengatakan apa sekarang. Menikmati pemandangan yang ada disini cukup membuat fokusnya teralihkan sekarang.

"Ayo masuk."ujar Alberio dengan menurunkan tubuh kecil anaknya saat ingin membuka pintu kamar yang sudah ia siapkan selama beberapa hari belakangan ini, Delvin terdiam saat melihat isi dari kamar ini.

Semuanya terlihat sangat indah dengan tulisan yang membuatnya merasa bingung sekarang, apa maksud 'marry me'? Apa ini bekas seseorang melamar kekasihnya.

"Ah?" Delvin tersentak saat melihat pria itu mengambil posisi didepannya sekarang, dengan senyuman yang belum pernah ia lihat selama sebulan ini. Hatinya langsung mengatakan hal yang berbeda sekarang, jantungnya berdetak dengan sangat kencang karena melihat ini semua, apa yang akan pria itu lakukan sekarang?

"Dulu saya merasa sangat terpaksa untuk menikah dengan mommynya Kaivan karena kami tak saling mencintai, tapi sekarang saat merasakan cinta itu secara langsung, rasa ingin memiliki orang yang sangat saya cintai semakin membesar sehingga sangat sulit untuk ditahan. Saya sudah mencoba mengalihkan semuanya, karena merasa ini sedikit tak mungkin tapi nyatanya semakin saya diamkan perasaan ini semakin nyata sehingga membuat saya nekad melakukan ini semua apapun resikonya nanti. Saya menyukai kamu, bukan karena kamu dekat dengan anak saya, tapi karena hati saya memilih kamu. Saya tahu seharusnya ini semua disimpan saja tak perlu diungkapkan, karena saya sadar diri jika sekarang saya bukan anak muda lagi sehingga harus melakukan ini semua, tapi saya merasa harus mengatakan jika saya mencintai kamu. Jika bisa saya ingin kamu menikah dengan saya, tapi jika kamu merasa tak bisa menerima saya, maka katakan saja sekarang, saya akan menerima semuanya dengan baik."ujar Alberio panjang lebar, bahkan tatapan itu terkunci pada wajah pemuda yang tak menunjukan reaksi apapun itu.

Bersambung...

Votmen_

#Gue kurang mood, liat vote sama sidersnÿa beda jauh. Kayak mood buat nulis tuh hilang liat perbedaan itu, gue bakalan lanjutin nih cerita kalau vote sama sidersnya nggak beda jauh. Capek banget liatnya.

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now