19

19.2K 1.4K 14
                                    

Alberio terdiam didalam kamar miliknya, ini sudah tiga jam lebih sejak ia kembali dari mengantar pemuda itu. Kejadian tadi masih belum bisa ia lupakan, karena tadi ia sudah berusaha untuk tak menunjukan keperduliannya pada pemuda agar pemuda itu tak menyadari semuanya, tapi nyatanya sangat sulit untuk menahan semuanya sehingga ia mengatakan itu semua.

"Apa ini memang cinta? Tapi bagaimana mungkin bisa secepat ini? Apa lagi dengan seseorang yang baru aku kenal. Aku masih berusaha menerima semuanya dengan baik karena ini semua pertama kalinya bagiku. Dulu saat mommynya Kaivan bersikeras untuk bercerai setelah Kaivan lahir dengan alasan dia mencintai orang lain yang baru dia kenal, aku merasa dia berbohong karena itu terlihat tak mungkin tapi sekarang saat merasakan semuanya secara langsung, aku sadar jika itu semua memang kenyataan. Dulu mommynya Kaivan tak ingin mempertahankan pernikahan ini demi Kaivan walaupun kami tak saling mencintai karena dia mencintai orang lain, dan sekarang aku sadar jika semua yang dia katakan itu memang kebenaran bukan kebohongan."

Pria itu terdiam menatap langit-langit kamar miliknya, semua perasaan ini membuatnya merasa pusing dan juga bingung karena ini pertama kalinya. Ia seperti anak muda yang baru merasakan jatuh cinta sehingga tak bisa tidur karena terlalu memikirkan semuanya. Ia merasa bingung, ini memang perasaan cinta karena suka dengan pemuda itu, atau hanya perasaan suka karena Delvin sudah mau dekat dengan anaknya. Ia tak ingin salah mengertikan semuanya, karena jika itu sampai terjadi maka mereka berdua akan sama-sama merasakan sakit nantinya.

"Beri aku petunjuk jika ini memang cinta dan perasaan suka dengan pemuda itu. Karena aku tak ingin mengatakan semuanya jika ini hanyalah perasaan senang karena melihat pemuda itu dekat dengan Kaivan. Aku tak ingin menyakiti orang lain, hanya karena tebakanku salah."ujar Alberio dengan tatapan terkunci pada langit-langit kamar miliknya, ia masih mencerna semuanya dengan baik, menahami jika ini memang perasaan cinta atau hanya perasaan suka karena pemuda itu dekat dengan anaknya.

***

Delvin menahan senyuman miliknya saat melihat wajah Kaivan sekarang, tadi mereka tengah bermain berdua dengan dirinya yang terus memberi bedak tabur diwajah balita itu sehingga sekarang wajah Kaivan penuh dengan bedak tabur, namun sepertinya balita itu sama sekali tak merasa risih dengan ini semua, bahkan balita itu terlihat enjoy dengan terus menyusun mainan mereka sekarang.

Yang membuat pemuda itu gemas adalah, pipi balita itu yang masih terlihat semburat merah alaminya walaupun penuh dengan bedak tabur sehingga terlihat seperti mochi, sangat menggemaskan membuat ia ingin sekali menarik pipi itu dengan sangat kuat.

"Kai? Daddy lo kemana? Apa udah berangkat kerja?"tanya Delvin saat baru menyadari satu hal sekarang, sejak ia sampai disini sekitar pukul delapan pagi tadi, ia belum melihat dimana daddy balita itu sekarang berada bahkan mobil yang biasa pria itu gunakan tak ada dihalaman rumah, membuat ia merasa jika sekarang pria itu sudah berangkat kerja, namun kenapa harus pagi-pagi sekali?

"Em? Daddy na Andla cudah belantat telja tadi pagi! Cebelum tata na datang, tata daddy, ada ulucan di tantol jadi haluc belantat pagi!"ujar Kaivan dengan mengatakan apa yang tadi daddynya katakan saat ia bertanya kenapa daddynya harus berangkat pagi. Sekarang ia hanya tinggal bersama kakak baik saja dirumah karena tadi bibi pamit pulang ke kampungnya untuk beberapa hari kedepan.

"Lo kenapa nggak ikut daddy lo kerja? Disana pasti banyak orang kan?"tanya Delvin yang tiba-tiba merasa penasaran dengan kehidupan balita itu dan juga daddy balita itu, karena entah kenapa sejak kejadian semalam ia selalu merasa penasaran dengan semua yang ada didalam hidup Kaivan dan juga daddynya, ia juga merasa penasaran dimana mommy dari balita itu sekarang karena melihat tingkah pria itu ia meraea berbeda.

"Em? Andla celing toc itut daddy ke tantol na! Tapi cetalang talena ada tata na, jadi Andla tinggal dilumah aja! Ditantol daddy banat olang-olang na! Andla cuta ain cama olang-olang dicama!"ujar Kaivan yang dengan setia menjawab semua pertanyaan yang kakak baik itu tanyakan, karena ia merasa senang bisa berbicara dengan kakak baik secara langsung seperti ini.

"Lo tinggal disini cama siapa aja? Kan gue tau nya cuman bibi sama daddy lo doang disini, yang lainnya kemana?"tanya Delvin lagi, ia ingin tahu semuanya walaupun dengan bertanya pada balita yang belum mengerti tentang apapun itu, ia hanya merasa penasaran. Dan pemuda itu juga masih belum terbiasa dengan panggilannya pada balita itu sehingga sering mengatakan hal ini, ia belum bisa mengubah cara bicaranya.

"Andla tinggal cama daddy, bibi dicini! Dilumah na glenma juga ada glenma cama glenpa aja! Dicini tami tinggal 3 olang!"ucap Kaivan dengan menujukan tiga jari miliknya, pertanda jika ia tengah menunjukan 3 orang yang ia maksud tadi.

Delvin terdiam, balita itu sama sekali tak mengatakan hal apapun tentang ibunya. Apa itu artinya ibu balita itu sudah meninggal? Atau tengah kerja diluar kota? Namun jika bekerja atau meninggal, sudah pasti balita itu akan mengatakannya pada dirinya bukan?

Terdengar suara ketukan pintu cukup keras membuat atensi Delvin langsung teralihkan dari rasa penasarannya, ia menatap kearah Kaivan yang tengah beranjak dari tempat duduknya untuk melihat apa yang terjadi, sehingga langsung membuatnya meraih pergelangan tangan balita itu dengan pelan.

"Biar gue yang liat siapa yang datang."ujar Delvin dengan beranjak dari tempat duduknya sekarang, ia berjalan dengan pelan karena merasa penasaran siapa yang tengah datang sekarang, suara bel dan juga ketukan dipintu juga terdengar ganas membuat ia bertanya-tanya apa yang tengah terjadi sekarang? Siapa yang datang sekarang?

Saat pintu utama terbuka, Delvin langsung bisa melihat seorang wanita tengah berdiri dihadapan dirinya sekarang, wanita dengan pakaian sexinya. Ia bertanya-tanya siapa wanita ini? Apa ini jawaban dari semua pertanyaannya tadi? Apa mungkin wanita yang sekarang ada dihadapan dirinya ibu dari Kaivan?

"Siapa kamu? Kenapa kamu bisa ada disini? Dimana Alber? Dimana anakku?"tanya wanita itu dengan nada tak santainya, membuat Delvin terdiam karena semua pertanyaannya terjawab sekarang.

"Lo ibunya Kaivan?"tanya Delvin ingin memastikan semuanya lebih jelas lagi.

"Butan! Dia butan mommynya Andla! Andla nda puna mommy! Daddy bilang mommynya Andla pelgi tinggalin Andla cama daddy! Mommy na Andla jahat!"ujar Kaivan yang sejak dari berada disamping kakak baik, ia tahu jika wanita yang sekarang ada didepan mereka adalah ibunya, namun ia tak ingin bertemu karena ibunya itu jahat, dia sudah meninggalkan dirinya dan juga daddynya disini.

Bersambung...

Votmen_

#double up kalau sampe 200 vote nanti malem

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now