5

29.2K 2K 22
                                    

Delvin menjatuhkan tubuhnya dengan kasar diatas tempat tidur kecil miliknya, menatap kearah jam kecil yang ada di dinding sebelum terdiam beberapa saat karena sekarang sudah mulai sore, ia terlalu lama berada diluar tadi.

Ia sedang memikirkan apa yang harus ia lakukan lagi agar bisa mendapatkan pekerjaan, karena selama beberapa hari ini hasilnya nihil, ia tak mendapatkan hasil apapun dari usahanya mencari kerjaan, mungkin mulai besok ia akan berjalan lebih jauh lagi dari sini agar bisa mencari tempat kerja yang lainnya karena rata-rata disini sudah dirinya datangi semua.

Tangan itu bergerak, mengeluarkan sisa uang yang ada didalam saku celananya sekarang, sisa uang 150 ribu. Ia harus lebih hemat lagi mulai sekarang karena belum mendapatkan pekerjaan tetap sekarang, sedangkan biaya listrik, air dan juga uang sewa kos harus ia bayar sebulan sekali. Mungkin setelah ini dirinya harus lebih semangat lagi mencari sesuatu yang bisa ia kerjakan dimana pun itu, demi bertahan hidup lebih lama lagi, karena sangat memalukan jika dirinya kembali ke panti asuhan karena tak memiliki uang lagi, itu sama saja merepotkan ibu panti kembali.

"Masa gue harus open Bo kayak orang-orang yang gue temui ditempat kerja waktu itu? Dia bilang, uang dari open bo bisa membeli rumah sederhana dalam semalam doang. Cuman gue takut kalo udah masuk tuh rumah haram, maka gue nggak bisa keluar lagi dari sana dan harus tetap berada disana sampai gue mati. Gue nggak mau sampai itu semua terjadi, sesusah apapun gue hidup sekarang, gue nggak bakalan pernah open bo!"seru Delvin berbicara pada dirinya sendiri saat pemikiran aneh mulai mendatangi dirinya.

Ternyata hidup mandiri jauh lebih susah dari pada hidup dipanti asuhan, namun ia tak ingin tetap berada disana saat sudah sebesar ini karena biaya hidupnya pasti akan jauh lebih besar juga, sedangkan disana masih banyak anak-anak kecil yang lebih membutuhkan semuanya dari pada dirinya. Pilihan terakhirnya hanyalah ini semua, hidup atau mati ia akan tetap berusaha belajar mandiri sekarang.

"Gimana rasanya jadi orang kaya yak? Pasti semuanya enak, mau makan apapun pasti bisa, mau beli apapun pasti bisa. Nggak kayak gue sekarang, mau makan aja harus mikir-mikir dulu besok bisa makan lagi nggak ya? Gini amat takdir hidup gue, suram cuy,"

Delvin mendudukan dirinya, ia kembali mengingat wajah balita yang tadi mendatangi dirinya. Balita yang mampu membuatnya merasa sedikit lebih baik, walau pun ia tak sepenuhnya paham dengan apa yang balita itu katakan. Ia jadi memikirkan bagaimana balita itu tadi setelah dibawa pergi oleh ayahnya? Apa balita itu akan baik-baik saja?

Mengingat balita itu, ia juga kembali mengingat tentang daddy balita bernama Kaivan itu. Sekarang ia baru sadar jika nama balita itu Kaivan setelah berpikir cukup lama, orang tuanya sangat pintar memilih nama untuk anaknya, tapi sikap dari ayah balita itu sedikit membuatnya merasa tak suka dengan pria itu, karena sikapnya sangat angkuh, seakan-akan dunia ada didalam genggamannya.

"Selama hidup 25 tahun, untuk pertama kalinya gue ketemu cowok super nyebelin dan juga angkuh kayak dia. Kok bisa dia sampai menikah sehingga punya anak? Pasti tuh cewek tahan bantingan banget nikah sama dia, kalo gue sih kayaknya udah mati muda kalo nikah sama orang kayak dia. Semoga aja dah ini pertemuan terakhir gue sama tuh cowok angkuh, karena ketemu sama dia kayak ketemu sama tukang nagih hutang! Mukanya nggak ada ekspresi apapun, kek datar mulu kerjaannya. Apa nggak pegal tuh wajah?"

Delvin jadi salah fokus sehingga sekarang malah memikirkan pria yang sudah membuatnya kesal tujuh keliling itu, ia tak berniat memikirkan pria itu tapi entah kenapa dirinya malah mengingat pria itu tanpa bisa ditahan, ia merasa jika pria angkuh itu pasti punya sesuatu sehingga membuatnya memikirkan pria itu, padahal mengingat pria itu saja membuatnya merinding, tapi pikirannya malah mengarah kesana.

"Stop mikirin tuh om-om anjir! Nih otak kadang nggak singkron sama pikiran gue anjir!"seru Delvin dengan memukul kepalanya sendiri dengan pelan saat dengan mudahnya pikirannya malah mengarah pada pria yang ia benci itu!

Huh! Ternyata bertemu dengan pria itu membawa dampak yang buruk untuknya karena sejak tadi bukannya memikirkan tentang kerjaan, ia malah mengingat pria itu terus. Apa mungkin pria itu memasang semacam susuk agar dirinya tertarik? Jika memang ia maka ia tak akan pernah ingin bersama dengan pria itu! Bisa mati muda jika itu semua sampai terjadi.

"Tenang! Tenang! Lupain muka datar dan angkuh itu! Dia nggak pantes lo inget terus! Bakalan ada orang yang marah kalo lo mikirin dia mulu! Lupain! Lupain," Delvin terus mengatakan itu semua seperti seseorang yang kurang waras, karena demi apa pun mengingat pria itu seperti mimpi buruk untuknya, pria itu sangat menyebalkan!

Ia pastikan jika besok pria itu sudah menghilang dari pikirannya, karena sekarang ia berusaha yang keras melupakan pria itu! Sudah pasti besok pria itu akan hilang dari pikirannya, itu pasti!

****

Alberio menggendong tubuh gempal anaknya dengan pelan, ia berjalan masuk kedalam rumah yang sudah mereka tinggalkan selama lima bulan ini. Sang anak hanya diam dengan terus meminum susu kotak miliknya dengan kedua mata bulat menatap kearah sekitar tanpa minat sedikitpun.

"Kai mengantuk?"tanya Alberio, karena sejak perjalanan pulang kerumah tadi, balita itu terus saja berbicara tentang semua hal yang dia lihat tanpa merasa lelah sedikitpun, sehingga sekarang anaknya itu hanya diam karena merasa lelah berbicara terus sejak tadi.

"Em! Andla antut, mau tidul."lirih Kaivan dengan pelan.

Pria itu tersenyum, ia mengerti tentang semua gerak gerik anaknya itu luar dan dalam, jadi sudah tak perlu diragukan lagi semua tebakannya pasti akan benar tanpa salah sedikitpun.

"Baiklah kita akan langsung pergi ke kamar daddy agar kamu bisa langsung tidur nantinya." Tangan itu dengan pelan mengelus punggung kecil anaknya agar Kaivan bertambah nyaman, ia sama sekali tak melarang anaknya itu untuk langsung tidur sekarang karena mereka habis dari perjalanan jauh, sudah pasti Kaivan akan merasa lelah oleh karena itu ia tak memaksa anaknya itu untuk tetap terjaga karena belum membersihkan dirinya.

"Em .... Andla mau temu cama tata na tadi anti ... tata na bait toc,"

Alberio hanya terdiam mendengar apa yang anaknya itu katakan, karena baru pertama kali bertemu saja anaknya itu sudah mengingat pemuda kurang waras itu terus, entah apa yang sudah pemuda itu berikan pada anaknya sehingga Kaivan terus mengingat pemuda itu.

Bersambung..

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now