25

18.5K 1.3K 21
                                    

Dengan pelan pintu kamar itu terbuka, Alberio berjalan masuk. Senyuman kecil itu berikan saat melihat Kaivan masih tertidur dengan pulas bersama dengan pemuda yang sangat ia cintai. Semalaman ia tak bisa tidur karena memikirkan pemuda itu, bayangan akan kejadian dimana ia menyatakan cintanya pada Delvin selalu muncul sejak semalam, membuat ia tak bisa tidur karena itu semua. Tapi itu semua bukan membuatnya merasa frustasi, ia malah menikmati semua itu. Ia merasa beberapa langkah lagi, Delvin akan segera menjadi miliknya, menjadi milik Alberio Evans seorang.

"Sejak saya mulai mencintai kamu, setiap hal tentang dirimu terasa sangat menyenangkan dan juga luar biasa. Selama ini saya tak pernah membayangkan akan mencintai seseorang, karena sejak remaja sampai sebelum bertemu dengan kamu, saya masih belum bisa mencintai seseorang. Tapi sekarang setelah dirimu hadir didalam hidup saya, saya mulai bisa merasakan cinta. Walaupun pertemuan pertama kita sama sekali tak terkesan baik karena saya mencurigai kamu, saya harap kamu bisa memaafkan itu semua. Karena saya begitu menjaga setiap hal yang berhubungan dengan anak saya. Takut akan ada seseorang yang menyakiti dia."ujar Alberio dengan mengelus pipi Delvin yang terasa halus.

"Pertemuan pertama kita memang penuh dengan kecurigaan dan juga rasa kesal, karena gue kesal banget liat lo marahin Kaivan begitu. Karena anak segemas dia, nggak seharusnya dibentak. Bahkan gue sampe kebawah mimpi karena terlalu kesal sama lo, semua sumpah serapah dan makian gue berikan buat lo yang nggak mau denger nasehat gue. Gue ngerasa hari itu sial banget karena ketemu pria kayak lo. Tapi sekarang setelah mengenal lo lebih jauh lagi, gue mulai menyadari satu hal kalo semua sikap yang lo tunjukin diluar sana dan didalam lingkungan keluarga lo sangat berbeda. Lo bisa menyesuaikan diri mau kayak gimana diluar dan didalam rumah, dan itu semua berhasil membuat gue ngerasa tertarik. Ternyata kita nggak bisa liat seseorang dari luarnya doang, karena itu belom tentu sikap aslinya."ujar Delvin dengan senyuman miliknya, ia terbangun saat mendengar suara pintu terbuka, hanya saja ia tak berani membuka matanya untuk melihat siapa yang datang, sampai suara Alberio berhasil membuatnya sadar kalau yang datang itu Alberio, bukan orang asing.

Semua perkataan pria itu, membuatnya ingin sekali menjawabnya, sehingga langsung saja mengatakan itu semua.

"Sejak kapan kamu bangun?"tanya Alberio dengan tetap diposisi yang sama, mengukung tubuh kecil Delvin dibawahnya. Tanpa merasa canggung sedikitpun, ia merasa hal seperti ini cukup wajar dirinya lakukan, selagi tak melewati batasan.

"Sejak denger suara pintu kebuka. Gue kira siapa yang datang tadi, hampir aja mau gue pukul tadi,"ujar Delvin dengan senyuman diakhir kalimat, karena itu semua sama sekali tak serius. Sekarang ia bisa menatap wajah pria itu sedekat ini, melihat wajah sempurna milik Alberio walaupun sudah berumur 30 tahun lebih, ia merasa jika pria itu masih terlihat sangat segar dan juga bugar.

"Memukul dia? Bagaimana jika kamu kalah kuat dari dia?"tanya Alberio, tangan itu dengan pelan membenarkan letak rambut pemuda itu yang sedikit berantakan, ia mulai berani untuk menyentuh pemuda itu dalam batas wajar sekarang. Pesona pemuda itu sangat sulit untuk ia hindari.

"Gue kuat. Buktinya ugh! ... gue bisa bikin lo jatuh dan berada dibawah gue,"ujar Delvin dengan mendorong tubuh besar Alberio dari atasnya cukup kuat, membuat pria itu jatuh disampingnya karena ia mendorongnya kesamping. Melihat itu semua ia langsung mengambil kesempatan untuk bisa berada diatas pria itu, sama seperti yang Alberio lakukan tadi.

Delvin menarik napas cukup banyak setelah melakukan itu semua, karena mendorong pria itu membutuhkan banyak tenaga. Ia menyesal melakukan itu semua, tapi jika tak melakukan itu semua maka Alberio pasti akan menganggap dirinya lemah.

"Daddy tama tata na napa ditu?"

Delvin tersentak sehingga tahanan tangannya ditubuh pria itu terlepas, membuatnya jatuh diatas Alberio sekarang.

"Ugh!" Alberio melengguh karena tak siap menerima beban badan dari seseorang, sedangkan Delvin langsung memeluk tubuh pria itu dengan erat agar bisa memastikan jika ia baik-baik saja sekarang.

"Ih! Tata na pelut daddy! Mali belpeluttan!" Kaivan mendudukan dirinya sebelum memeluk Delvin dari samping, sedangkan pemuda itu yang mulai sadar dengan apa yang ia lakukan mulai melepaskan pelukan tangannya, sebelum mengangkat kepalanya agar bisa melihat kearah wajah pria yang tengah ia peluk sekarang.

"Mari berpelukan kata Kaivan tadi,"ujar Alberio dengan menarik kembali tubuh Delvin agar memeluknya lagi, membuat pemuda itu terdiam dengan pipi memerah.

****

Delvin masih tak bisa menatap kearah Alberio sejak kejadian tadi, sehingga sekarang saat mereka dalam perjalanan menuju kerumah kedua orang tua pria itu, ia hanya diam dengan sesekali menjawab pertanyaan yang Kaivan berikan, karena demi apapun niatnya hanya ingin menunjukan jika dirinya juga kuat, tapi nyatanya hal seperti tadi terjadi membuat ia merasa malu sendiri.

"Daddy? Tita batalan te lumah na glenpa cama glenma? Cama tata na?"tanya Kaivan dengan menggenggam susu kotak miliknya, karena balita itu tak bisa jauh dari susu kotak.

"Iya, kita akan pergi kerumahnya grendpa dan juga grendma kamu bersama dengan kakaknya juga. Kai senang? Karena bisa mengajak kakaknya bersama dengan kita?"tanya Alberio yang berada dikursi depan untuk mengemudi, sedangkan Kaivan dan juga Delvin berada dibelakang.

Pria itu tahu jika Delvin tengah merasa malu sekarang, sehingga tak ingin berbicara dengannya. Ia mengerti itu semua, karena tadinya ia mengerti niat pemuda itu, hanya saja ia ingin sedikit menjahili pemuda itu dengan melakukan ini semua, sampai membuat pemuda itu merasa malu sekarang.

"Ceneng dong! Coal na Andla bica tacih tau glenma talo Andla mau puna mommy nanti! Mommy tata na! Cetalang Andla cudah mau puna mommy, olang-olang nda atan bilang talo Andla nda puna mommy agih!"ujar Kaivan dengan semangat, membuat Delvin terdiam karena perkataan balita itu begitu dalam saat ia perhatikan.

"Daddy juga senang karena sebentar lagi Kai akan mempunyai mommy. Sekarang tak akan ada lagi orang yang mengatakan jika Kai tak mempunyai mommy, karena Kai nakal. Karena anaknya daddy tak pernah nakal bukan?" Alberio tersenyum menatap kearah Delvin saat melihat pemuda itu memerhatikan dirinya dari kaca yang ada didalam mobil.

"Um! Andla tan nda natal! Jadi na Andla batalan puna mommy! Andla batalan bilang cama cemua olang talo Andla puma mommy! Andla batalan puna mommy! Yey~" Kaivan bersemangat mengatakan itu semua, karena selama ini banyak yang mengatakan pada dirinya saat ikut bersama bibi berbelanja, jika ia tak mempunyai mommy karena ia nakal.

Bersambung...

Votmen_

#senyum² sendiri, sial 😭

OM DUDA {BXB} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang