14

20.6K 1.5K 16
                                    

Delvin tersenyum menatap kearah Kaivan yang tengah makan siang dalam diam, ia merasa begitu bangga dengan balita itu. Karena sekarang setelah mulai bekerja disini dari tadi pagi hingga pukul 12 ini, ia selalu dibuat bangga dengan semua hal yang balita itu lakukan. Didikan keluarganya memang sangat luar biasa, bahkan sekarang makan pun balita itu hanya diam dengan terus memakan, makanan miliknya padahal sejak tadi balita itu terus saja berbicara.

Ia menunduk, kembali memakan, makan siang miliknya. Tadi ia sempat menolak saat balita itu mengajaknya makan bersama, namun bibi yang tadi membukakan pintu untuknya memaksanya untuk ikut makan juga sehingga sekarang ia ikut makan dalam diam juga. Entahlah sekarang ia merasa sangat senang bisa menjaga Kaivan yang sangat menurut dan juga patuh dengan setiap hal yang ada, menjaga balita itu bukan hanya untuk mendapatkan uang saja karena sekarang ia ikut merasa senang dan menikmati pekerjaannya.

"Cudah! Athil na~" balita itu tersenyum saat berhasil menghabiskan makan siang miliknya, ia tersenyum menatap kakak baik yang ikut makan bersama dengannya, bahkan makanan kakak itu juga sudah mau habis sekarang. Setelah ini ia akan kembali mengajak kakak itu bermain! Ah! Ia lupa harus tidur siang nantinya, mungkin bermain sebentar tak masalah bukan?

"Gue juga udah,"ujar Delvin setelah makanannya habis, ia membawa wadah bekas makanya kedapur diikuti Kaivan dari belakang.

"Matacih buat cuciin piling na Andla~" balita itu melihat Delvin mencuci bekas makan mereka dalam diam, ia merasa senang karena sekarang kakak baik itu sudah menemani dirinya sejak tadi pagi sampai sekarang, mungkin nanti malam ia akan kembali mengucapkan terima kasih pada daddynya yang sudah mau membawa kakak baik datang kesini.

"Iya sama-sama. Setelah ini lo mau tidur siang atau nggak? Pasti biasanya lo tidur siang kan? Nanti gue temenin kalo lo mau tidur siang,"ujar Delvin setelah selesai dengan pekerjaannya, ia sangat tahu kebanyakan anak kecil seperti balita itu pasti akan tidur siang, oleh karena itu ia mengatakan ini.

Ia juga masih belum terbiasa mengatakan 'aku-kamu' saat berbicara dengan balita itu sehingga semuanya sering tercampur. Ia merasa selama semuanya masih dibatas wajar maka itu akan baik-baik saja, ia hanya menggunakan kata itu, tidak dengan perkataan kasarnya walaupun itu masih sama saja.

"Andla antut! Tapi anti talo Andla bobo tata na pulang ... Andla macih mau ain cama tata na,"ujar Kaivan, ia merasa mengantuk namun jika dirinya tidur maka kemungkinan terbesar kakak baik itu akan pulang dan dirinya tak bisa main lagi. Ia masih ingin bermain dengan kakak itu sepuas mungkin agar nanti saat ingin bertemu lagi, cukup lama menahan semuanya.

Delvin tersenyum, rasanya cukup geli mendengar perkataan balita itu karena dirinya sama sekali belum paham sepenuhnya namun saat tahu artinya ia merasa senang karena balita itu begitu ingin dekat dengannya. Ia merasa tak ada hal spesial didalam dirinya, lalu apa yang membuat balita itu begitu ingin terus bersama dengannya? Kalau pun ada hal yang istimewa sudah pasti orang tuanya tak akan membuangnya kepanti asuhan.

"Gue bakalan pulang setelah daddy lo pulang kerja nanti. Jadi kita punya banyak waktu untuk bermain dan lo bisa tidur sebentar sebelum nanti kita bakalan main lagi, gimana? Lo tidur aja, gue bakalan tungguin lo bangun."ujar Delvin, ia ingin balita itu tidur siang agar nanti malam semuanya berjalan dengan baik, karena kebanyakan anak yang tak tidur siang, pasti malamnya akan membuat keributan.

"Em! Andla mau bobo! Tapi tata haluc tungguin Andla banun ya? Plomice cama Andla dulu,"ujar balita itu dengan mendekatkan jari kelingking miliknya pada Delvin, membuat pemuda itu langsung menyambutnya dengan baik walaupun tak begitu mengerti dengan kalimat terakhir balita itu, ia masih berusaha belajar memahami balita itu dengan sangat baik, karena selama ini ia tak terlalu mengerti bahasa anak kecil.

"Baiklah. Ayo kita kembali ke kamar kamu untuk tidur siang,"ujar Delvin dengan meraih tangan kecil Kaivan, balita itu menganguk dengan semangat karena ingin segera tidur siang dan nanti bangun agar bisa bermain bersama dengan kakak baik.

"Tata bica bacain celita nda? Coal na Andla penen dengel celita cebelum tidul,"ujar Balita itu saat mereka sampai didalam kamar miliknya, Delvin terdiam, ia membantu balita itu naik keatas ranjang tidur, memberi Kaivan bantal dan juga selimut sebelum menunduk menatap kedua mata bulat yang tengah menunggu dirinya sekarang.

"Bisa, cuman ceritanya beda sama cerita-cerita yang ada dibuku dongeng, ini cerita khusus untuk Kaivan,"ujar Delvin setelah berpikir beberapa saat, ia merasa tak ada salahnya membuat balita itu merasa senang bukan? Toh sudah kewajibannya membuat balita itu senang karena ia pengasuh balita itu.

"Mau! Mau dengel,"seru Kaivan dengan semangat, ia bersiap mendengar cerita apa yang akan kakak baik itu ceritakan padanya.

"Ehem! Pada suatu hari ada seorang anak kecil tengah berlari bersama dengan kedua orang tuanya ditepi pantai, mereka terlihat sangat bahagia karena ini pertama kalinya mereka menghabiskan waktu bersama karena kedua orang tuanya sibuk bekerja .... sampai suatu hari mereka akan kembali ke sana lagi dan ..." Delvin berhenti bercerita saat melihat Kaivan sudah tertidur dengan sangat tenang, ia sempat merasa panik karena cerita yang ia katakan sedikit tak nyambung namun itu semua sepertinya tak masalah melihat balita itu tengah tertidur dengan sangat pulas sekarang.

Ia terdiam menatap kearah wajah damai balita itu saat tengah tidur seperti sekarang, jika diperhatikan lebih dekat seperti ini Kaivan sangat mirip dengan daddynya, bulu mata panjang, hidung mancung, bibir tipis, alis mata tebal, mereka sangat mirip. Ia baru pertama kali melihat balita yang bisa semirip ini dengan ayahnya, mungkin jika wajahnya seperti itu juga sudah sejak lama ia bisa menemukan kedua orang tua yang sudah tega membuangnya selama ini.

Delvin ikut merebahkan dirinya disamping balita itu, membawa tubuh kecil milik Kaivan didalam pelukan miliknya sebelum ia ikut tidur juga. Rasanya sangat nyaman tidur ditempat tidur sangat empuk seperti ini karena selama ini ia hanya tidur berlapis tikar saja tak lebih, sehingga sekarang saat merebahkan dirinya disamping balita itu, ia ikut merasa mengantuk.

Mungkin setelah ini hidupnya akan sedikit berubah, karena sekarang saja ia sudah merasa bahagia karena bisa ada ditempat seperti ini. Ia bisa tahu jika tak semua orang kaya itu selalu menghina orang miskin sepertinya, sekarang ia mengerti.

Bersambung...

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now