27

16.7K 1.2K 14
                                    

"Tunggu," Delvin menghentikan langkahnya setelah mengatakan itu semua, ia berjalan mendekat kearah Alberio sebelum memeluk pria itu dengan berani, ia ingin membuat pria itu tenang sekarang, karena pulang dalam emosi itu tak baik untuk keselamatan mereka berdua.

"Tenangin diri lo. Setelah itu baru pulang."ujar Delvin dengan teredam karena wajahnya yang ia sandarkan di dada bidang milik pria itu, ia bisa merasakan balasan dari pelukan yang ia berikan cukup erat sekarang.

"Tenang. Gue tau nggak mudah buat tenangin diri disaat emosi udah luar biasa. Cuman gue nggak mau kita pergi dalam keadaan lo marah kayak gini, walaupun lo nggak nunjukin kalo lo lagi marah cuman gue bisa ngerasain itu semua. Pergi dalam keadaan marah itu sama sekali nggak bagus, apa lagi kita bakalan bawa anak kecil kan?"ujar Delvin dengan terus memeluk tubuh pria itu, tatapannya mengarah pada Kaivan yang tengah bermain dengan anjing kecil disana. Mungkin itu yang dimaksud Coco oleh Alberio tadi.

"Saya merasa kecewa sama mereka. Rasa kecewa saya sama mereka masih belum sepenuhnya hilang, hanya saja saya merasa mungkin mereka bisa sedikit berubah karena ini sudah tiga tahun lebih sejak saya bersikap cuek, tapi nyatanya itu semua tak membuat mereka sadar. Bahkan memberikan luka yang lebih dalam lagi sekarang, entah bagaimana saya bisa percaya dengan mereka lagi setelah apa yang terjadi sekarang, bahkan saya sering kali merasa jika mungkin saja saya bukan anak mereka. Karena sudah pasti orang tua ingin anaknya bahagia dengan pilihannya sendiri, tapi kedua orang tua saja melakukan ini semua."

Dengan perlahan Alberio mulai melepaskan pelukan miliknya ditubuh Delvin, menatap pemuda itu dengan senyuman. Ia sudah merasa lebih baik sekarang, orang memang benar. Jika mempunyai seseorang yang sangat berarti dalam hidup itu sangatlah berpengaruh. Ia merasakan semua itu sekarang.

"Gapapa, semuanya nggak perlu berjalan sesuai yang kita inginkan kok. Karena memang ada hal yang nggak sejalan dengan apa yang kita inginkan, jika selalu berjalan sesuai apa yang kita inginkan maka kita akan menjadi sombong karena hal itu."ujar Delvin dengan membalas tatapan yang pria itu berikan sekarang, ia mulai merasa nyaman dengan Alberio sekarang.

"Kamu tak perlu merasa khawatir lagi sekarang. Kita akan melakukan semuanya, dengan restu mereka atau tidak. Karena itu tak penting sekarang."ujar Alberio sebelum menatap kearah Kaivan yang masih bermain dengan Coco sekarang.

"Kai? Mari kita pulang, daddy sudah selesai bicara dengan glendpanya." Panggil Alberio, membuat balita yang masih asik bermain itu mengalihkan perhatiannya sekarang.

"Pulang! Mali tita pulang! Coco! Andla pulang dulu ya! Nanti tita main agih talo Andla te tini agih~"ujar Kaivan dengan meraih tangan kakak baik agar bisa berjalan mengikuti langkah daddynya yang sudah menjauh sekarang.

Dari kejauhan terlihat sang ibu tengah memerhatikan kepergian anaknya dalam diam, semua perkataan Alberio tadi berhasil membuatnya merasa mungkin dirinya sudah keterlaluan karena melakukan ini semua. Hanya saja ia ingin yang terbaik untuk anaknya itu, mereka tak ingin kesan kedua pernikahan anaknya akan hancur tapi melihat betapa yakinnya Alberio tadi, serta mendengar perkataan anaknya itu ia merasa jika Alberio sungguh-sungguh. Berbeda dengan dulu, karena dulu anaknya itu menolak dengan keras, sampai akhirnya menerima semuanya setelah diancam. Mungkin pilihan anaknya itu memang baik, ia bisa melihat bagaimana tatapan pemuda itu tadi.

"Kita sudah sangat keterlaluan pah ... seharusnya kita tak mengatakan itu semua tanpa mendengarkan apa yang ingin anak kita katakan tadi. Walaupun kita merasa kecewa dengan pilihannya sekarang karena dia seorang pemuda, tapi kita juga harus memikirkan bagaimana perasaannya. Memulai pernikahan lagi setelah gagal dulu, itu pasti tak mudah tapi Alberio ingin melakukan itu semua demi bersama dengan orang yang dia cintai. Itu cukup membuktikan semuanya."

Ibu Alberio mengatakan itu semua dengan menatap kearah suaminya yang sejak tadi berada disampingnya, ikut melihat apa yang akan anaknya itu lakukan.

"Kita sudah berusaha menjadi orang tua yang baik dengan mencarikannya pasangan yang hebat, karena bisa mandiri di usia mudanya. Tapi nyatanya itu semua salah karena pernikahannya harus berakhir dengan perceraikan. Tadinya papa sempat mengira jika pemuda itu mungkin saja hanya memanfaatkan anak kita sehingga papa ingin kamu melakukan itu semua, tapi setelah melihat apa yang terjadi tadi. Aku merasa apa yang sudah kita lakukan itu keterlaluan."

Ibu Alberio memeluk suaminya setelah mendengar itu semua, nyatanya kesadaran mereka datang setelah apa yang terjadi.

****

"Kita mau langsung ke panti asuhan atau pulang?"tanya Alberio saat mereka berada didalam mobil sekarang, dengan posisi Delvin duduk dengan Kaivan tertidur dikursi khusus anak miliknya.

Pemuda yang sejak tadi sibuk memerhatikan Kaivan yang tengah tidur dengan tenang itu, langsung saja menatap kearah pria yang sudah membuatnya merasa nyaman sekarang.

"Kasihan Kaivan kayaknya kelelahan banget, mungkin nanti malem aja kita ke panti asuhannya. Sekarang kita pulang aja dulu biar Kai bisa istirahat, soalnya kasihan dia dibawa keluar sejak kemarin, pasti capek sampe tertidur terus."ujar Delvin dengan menatap kearah Alberio, mungkin pertama kali kerja ia tak terlalu terikat dengan balita itu, tapi sekarang setelah satu bulan bersama, ia mulai menyayangi balita itu seperti keluarganya sendiri.

"Baiklah, seperti yang kamu inginkan."ujar Alberio dengan senyuman lembut miliknya, setiap hal tentang pemuda itu selalu bisa membuatnya merasa tercengang dan juga terpesona secara bersamaan.

Tercengang karena terkadang sikap pemuda itu seperti cacing yang kepanasan terkena panas matahari, sedangkan terpesona saat melihat sikap lembut Delvin pada anaknya.

"Gimana perasaan lo sekarang? Gue udah ngerasa nggak yakin tadi, cuman karena lo udah yakinin gue, mau nggak mau gue harus jalani semuanya. Cuman kejadian tadi cukup diluar dugaan gue sih, karena gue kira cuman gue yang akan dihina, tapi ternyata lo juga ikut, bangsat banget! Rasa ingin berkata kasar tadi, cuman gue udah janji sama diri sendiri buat berubah, cuman kejadian kayak gini pengen banget gue bilang asu-asu-asu sepanjang jalan."ujar Delvin dengan sangat lancar, sejak tadi ia menahan semuanya. Tapi sekarang ia tak akan menahannya lagi, toh pria itu tahu bagaimana dirinya.

"Kalau kamu berkata seperti itu sama mereka, pasti mereka bakalan serangan jantung. Karena melihat kamu mengatakan itu semua, tapi mendengar itu semua saya ikut merasa lega. Karena selama ini saya jarang sekali memaki seseorang atau berkata kasar."

"Kalo ortu lo serangan jantung, kita nggak jadi nikah dong karena gue masuk penjara. Nanti ada berita 'kedua orang tua pengusaha ternama terkena serangan jantung, akibat makian dari calon menantunya. Sehingga sekarang mereka tak jadi menikah karena pemuda itu masuk penjara'. Gitu beritanya."

Baik Delvin maupun Alberio sama-sama terkekeh mendengar itu semua, hiburan cukup menyenangkan.

Bersambung....

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now