4

27.2K 1.9K 15
                                    

"Iya dah iya! Nama lo siapa? Eh ralat nama kamu siapa?"

Kaivan mendengus, ia merasa cukup kesal dengan kakak disampingnya sekarang. Karena kakak itu terlihat sangat heboh.

"Nama na atu Taivan Tevandla, umul na balu 3,  tata na?"ujar balita bernama Kaivan Kevandra itu.

"Taivan?"

"Em! Taivan!"

"Nama tata na?"

"Gue Delvin,"

"Andla lupa! Tadi Andla penen inta bantuan tata na!"ujar Kaivan yang memanggil dirinya dengan sebutan Andra karena itu suruhan daddynya.

"Lo kesini sama siapa?"

"Em? Andla te tini cama daddy! Daddy na lagi beli jajan di mini maltet!"ujar Kaivan dengan semangat, ia datang kesini bersama dengan daddynya. Tapi tadi karena ia haus ingin meminum susu, maka dari itu daddynya pergi ke minimarket meninggalkan dirinya didalam mobil sendirian, tapi karena merasa bosan ia keluar dari mobil sehingga bertemu kakak yang ada disampingnya ini, ia ingin meminta bantuan agar ditemani menunggu daddynya disini.

****

Alberio menatap datar kearah beberapa orang yang tengah menatap kearahnya sekarang, apa wajahnya terlihat sangat aneh sehingga mereka menatap kearahnya? Atau karena dirinya cukup terkenal maka dari itu orang-orang yang ada disini menatap kearahnya? Hal seperti ini yang ia benci, harus bertemu seseorang yang mengenalnya sehingga dirinya tak bisa bebas melakukan hal yang ia inginkan, padahal waktu diluar negeri semua orang yang tahu dirinya pasti akan bersikap biasa saja, tapi disini begitu ribut.

Hanya untuk membeli susu untuk anaknya saja ia harus mengantri cukup lama, belum lagi saat melihat orang-orang seperti sengaja memperlambat semuanya membuat ia merasa sangat muak. Kalau memang ingin mencari perhatian darinya, tak seperti ini juga caranya.

Ia meletakan beberapa susu yang sengaja ia beli untuk Kaivan, sebelum membayar semuanya menggunakan kartu. Setelah itu semua Alberio beranjak dari sana tanpa memerdulikan orang-orang yang masih menatap kearahnya dengan terang-terangan, andai ia bisa mencongkel mata orang-orang itu sekarang, pasti sudah dirinya lakukan sejak tadi tanpa berbicara.

Alberio berjalan kearah dimana mobilnya berada sebelum membuka bagian kursi yang tadi Kaivan duduki, ia terdiam saat melihat tempat itu kosong. Untuk pertama kalinya, anaknya itu tak menurut dengan apa yang ia katakan, kenapa sekarang Kaivan menjadi tak menurut?

Ia meletakan makanan yang sempat ia beli bersama dengan susu tadi, sebelum menatap kearah sekeliling. Ia berharap Kaivan masih berada diarea sini, karena jika tidak ada kemungkinan anaknya itu pasti diculik seseorang. Alberio terdiam saat melihat kearah depan sana, dimana ada anaknya yang tengah berbicara dengan orang asing, ia tak pernah mengira jika Kaivan akan begitu mudah akrab dengan oeang asing seperti ini, bagaimana jika orang itu penjahat?

Dengan langkah lebar miliknya, Alberio berjalan kesana sebelum terdiam disamping anaknya dan juga orang asinh itu.

"Kai? Apa yang kau lakukan disini?"tanya Alberio, ia bisa melihat jika anaknya itu tersentak diikuti pemuda asing itu.

"Daddy!"

Ia memasang wajah datar dan juga dinginnya saat melihat anaknya itu tersenyum kearahnya dengan mengulurkan tangannya, pertanda ingin digendong. Ia tak ingin menggendong anaknya itu dulu sebelum Kaivan mengakui kesalahannya sekarang, karena ia tak pernah mengajari anaknya itu untuk tak menurut dengan semua yang ia katakan selama ini.

"Daddy sudah bilang sama kamu kan? Agar menunggu didalam mobil saja dan jangan keluar dari mobil? Tapi apa yang sekarang daddy lihat? Kamu berada diluar bersama dengan orang asing yang bisa saja menyakiti kamu? Kenapa kamu selalu tak menurut dengan apa yang daddy katakan huh? Kenapa kau sangat keras kepala seperti mommymu yang sudah pergi itu?"ujar Alberio, selama ini ia selalu bersikap tegas jika menyangkut masa depan anaknya itu, karena ia tak ingin anaknya menjadi orang bodoh dimasa depan yang bisa dimanfaatkan orang lain.

Ia bisa melihat jika tubuh anaknya itu terlihat bergetar sebelum isak tangis terdengar, dan yang paling membuatnya merasa marah adalah, Kaivan malah berlari serta memeluk orang asing itu saat ia tengah marah sekarang, apa yang sudah pemuda itu berikan sehingga membuat Kaivan menjadi seperti ini?

"Kaivan? Kesini! Daddy tak pernah mengajari kamu untuk menjadi takut dan juga cenggeng seperti ini. Jika salah maka kau harus meminta maaf, bukan menangis seperti perempuan!" Titah Alberio saat melihat anaknya itu masih di posisi yang sama sekarang.

"Emang harus banget bentak anak sendiri kayak gini? Dia masih kecil anjir! Mana tahu mana yang bahaya sama nggak, mungkin dia ngerasa bosen didalam mobil doang makanya dia keluar. Lo juga sebagai orang tua seharusnya sadar kalo nggak sewajarnya lo ninggalin anak lo sendirian didalam mobil, tanpa mengawasan sedikitpun. Itu juga bahaya buat dia,"

Alberio menarik dengan kasar tangan anaknya yang masih menangis, sebelum mengangkat tubuh gempal anaknya yang tengah menangis itu. Perkataan pemuda itu berhasil membuat emosinya semakin naik.

"Kau tak perlu bersikap seakan-akan peduli dengan anak saya. Karena dia anak saya, sudah hak saya untuk marah atau memukulnya jika dia salah, kau hanya orang asing yang tak sepenuhnya baik."ujar Alberio dengan tatapan datar milik, ia tak suka orang lain ikut campur dengan masalahnya.

Setelah itu ia beranjak dari sana dengan terus menggendong tubuh gempal anaknya yang mulai sedikit tenang sekarang. Kaivan hanya perlu waktu untuk memikirkan semua perkataannya, setelah itu anaknya akan kembali tenang dan meminta maaf pada dirinya.

Ia meletakan anaknya dikursi khusus, sebelum menghapus sisa air mata yang turun dari kedua pipi bulat itu. Ia sama sekali tak ingin marah, namun sikap anaknya itu yang keras kepala terkadang membuatnya merasa kesal sehingga marah begitu saja.

"Daddy tak akan marah kalau Kai menurut sama daddy. Tadi sudah daddy katakan bukan kalau Kai tak boleh keluar dari dalam mobil karena diluar sangat berbahaya tapi Kai tak mendengarkan apa yang tadi daddy katakan. Oleh karena itu daddy marah tadi, karena anak yang tak menurut harus dimarahin bukan?"ujar Alberio dengan bicara selembut mungkin pada anaknya itu agar Kaivan bisa lebih tenang lagi.

"Tapi daddy lama! Andla tunduin lama tadi! Jadi na Andla telual dali mobil!"ujar Kaivan dengan menatap kearah daddynya itu, ia tak terima daddynya marah seperti itu karena disini daddynya juga salah!

"Di minimarket banyak orangnya, wajar daddy lama tadi. Sedangkan Kai sendiri, keluar dari dalam mobil hanya karena merasa bosan, bagaimana jika orang tadi penjahat? Bagaimana kalau Kai diculik?"ujar Alberio membuat anaknya itu menunduk, ia mengelus surai anaknya itu dengan pelan, sebelum menatap kearah depan sana dimana ada pemuda tadi tengah heboh sendiri, ia merasa jika pemuda itu kurang waras.

Bersambung..

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang