37

13.6K 1.1K 12
                                    

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"

Alberio tersenyum tipis mendengar suara itu, ia yakin jika pemilik restoran ini tak berani menolak jika dirinya ingin bertemu, bisa tutup restoran ini jika itu sampai terjadi.

"Kau tahu sendiri jika saya datang kesini, maka kau yang harus melayani pesanan saya dengan sangat baik. Anak saya ingin steak seperti biasa, sedangkan istri saya ingin, kamu ingin makan apa sayang?"ujar Alberio dengan menggenggam tangan Delvin, pemuda itu mengangkat pandangannya sehingga sekarang ia bisa melihat pemilik restoran ini lagi, banyak yang memerhatikan mereka sekarang.

"Kau? Apa yang kau lakukan disini?" Pemilik restoran itu berubah jadi tak senang saat melihat Delvin, membuat pemuda itu tersenyum kecil, ia mulai mengerti kemana arah jalan cerita yang akan suaminya itu bawa sekarang.

"Gue lagi nemenin suami sama anak gue makan sekarang, emang nggak boleh makan bareng sama suami sendiri? Sekarang gue nggak butuh kerjaan lagi disini, karena sekarang gue udah punya suami sama anak, nggak ada waktu buat cari kerjaan lagi. Oh ya, mas kamu nggak undang dia saat kita menikah waktu itu?"ujar Delvin dengan senyuman ramah miliknya, senyumannya memang ramah namun setiap perkataan yang keluar terasa sangat pedas.

"Bagaimana mungkin kau menikah dengan tuan Alber?"

"Semua menjadi mungkin kalau kami saling mencintai. Kami saling mencintai, maka dari itu menikah, sekarang pemuda yang kau hina dulu sudah menjadi istri saya, sekarang satu kata buruk saja tentang istri saya, maka separuh harta dirimu milikmu menghilang. Saya datang kesini hanya untuk menunjukan jika pemuda yang dulu kalian remehkan dan juga hina, bahkan bisa membeli harga diri kalian semua sekarang. Ingat, kalian semua tak selalu bisa berada diatas terus, ada saatnya kalian dibawah dan seseorang yang sudah kalian hina hanya akan tertawa melihat kalian sengsara, seperti sekarang. Bahkan pemuda yang kau hina bisa membeli restoran ini sekarang, tapi sayangnya istri saya pasti tak betah membeli restoran yang memperlakukan orang tak mampu dengan kasar."ujar Alberio sebelum menggendong tubuh kecil Kaivan agar ikut denganya, tangan itu menggenggam tangan Delvin agar ikut bersamanya keluar, ia hanya ingin melakukan ini bukan makan disini.

"Daddy? Tita nda jadi matan?"tanya Kaivan, balita itu sama sekali tak menunjukan protesnya apapun saat dibawah keluar, karena ia merasa dimanapun daddynya membawanya ia pasti akan selalu ikut, mungkin daddynya ingin makan ditempat lain?

"Nanti mommy bakalan masakin kita dirumah hm? Sekarang kita pulang saja, karena didalam sana tidak aman."ujar Alberio dengan mendudukan balita itu dikursi khusus yang ada didalam mobil, diikuti Delvin sekarang.

"Mommy batalan macatin tita apa?"tanya Kaivan, menatap kearah samping dimana ada mommynya disana, ia memang selalu duduk dibelakang bersama dengan mommynya.

"Kai mau makan apa?"tanya Delvin balik, ia merasa mungkin sejak tadi suaminya itu tak berniat makan diluar, dia hanya ingin mengajaknya kesini dan melakukan itu semua sebelum pulang.

"Em .... matan ayam goleng~" Kaivan langsung mengatakan itu, karena makanan rumahan favoritnya adalah ayam goreng, makanan itu terasa sangat enak.

"Oke! Nanti mommy bakalan masakin Kaivan banyak ayam goreng sama sayur biar sehat."ujar Delvin dengan menarik pelan pipi tembam balita itu, membuat Kaivan tertawa kecil mendapatkan itu semua.

****

Delvin terdiam menatap langit malam sekarang, ia sering seperti ini sejak dulu, entah kenapa ini semua menjadi kebiasaan baginya. Setelah menidurkan Kaivan, ia memutuskan untuk melihat langit malam yang selalu membuatnya tenang, karena sekarang Alberio tengah sibuk diruang kerjanya.

Ia tak memaksa pria itu untuk selalu mempunyai waktu untuknya, karena ia tahu jika sekarang pekerjaan Alberio sangat banyak sekarang, siang tadi mereka sudah cukup banyak menghabiskan waktu bersama sehingga malam ini waktunya pria itu mengerjakan pekerjaannya.

"Gue masih nggak nyangka bisa ditahap ini sekarang, dulu gue selalu menyemangati diri sendiri jika semuanya bisa gue lalui sendirian tanpa harus merepotkan orang lain. Cukup dulu gue ngerepotin ibu panti yang harus merawat gue sejak bayi sampai umur 20 tahun. Saat gue belajar mandiri, gue nggak pernah sekali pun kembali kesana dalam keadaan lapar atau sakit, gue akan datang kesana saat gajian dan membelikan anak-anak makanan. Kalo saat gue sakit atau kelaparan karena nggak ada uang, gue nggak pernah pulang karena nggak mau ngerepotin ibu panti lagi. Siapa sangka sekarang gue bisa ngerasain ini semua, semua yang dulu gue anggap sebagai mimpi menjadi nyata sekarang."

Delvin tersenyum menatap langit malam, rencana-nya memang sangat luar biasa. Ia tak pernah mengharapkan ini semua, tapi takdir mengatakan hal yang berbeda sekarang.

Tubuh kecil itu tersentak saat merasakan pelukan diperutnya, ia menunduk untuk melihat tangan siapa itu. Senyuman terbit dibibir kecil pemuda itu saat melihat ternyata itu Alberio, ia sudah sangat tahu bagaimana bentuk tangan pria itu.

"Lagi ngapain kamu sendirian diluar seperti ini? Bukannya tidur malah melamun diluar seperti ini,"ujar Alberio, meletakan kepalanya dileher sempit pemuda itu, merasakan kenyaman disana.

"Aku lagi nggak bisa tidur makanya ngelamun kayak gini. Kebiasaan sejak dulu suka banget gini, bayangin apa yang sudah terjadi selama ini. Semuanya kayak deja vu gitu, karena aku masih nggak nyangka bisa sampai dititik ini. Bertemu sama kamu adalah hal yang tak pernah aku duga sebelumnya, apa lagi ada sedikit rasa tak suka didalam hatiku untukmu dulu, rasanya luar biasa saat sekarang bisa nikah sama mas."ujar Delvin, mengatakan semua yang ia rasakan selama terdiam diluar sejak tadi, ia merasakan itu semua.

"Kamu tahu? Jika orang hanya mengenalmu diluar saja mungkin orang itu tak akan pernah bisa menyukai kamu, karena apa? Karena sikap kamu bisa membuat orang langsung mengira kalo kamu itu kurang sopan atau hal yang lainnya, sama seperti mas dulu. Tapi saat sudah mengenalmu lebih jauh lagi, rasanya berbeda. Lebih lama mengenalmu membuat mas semakin sadar jika sikap luar belum tentu sikap dalamnya seperti itu juga. Setelah mengenalmu, mas merasa sangat nyaman bahkan sampai mencintai kamu. Rasa tak suka berubah menjadi rasa cinta yang tak bisa ditahan."ujar Alberio mengatakan semua hal yang ia rasakan selama ini, setiap orang punya hak untuk membenci atau tak menyukai orang lain, namun jika berlebihan maka itu bisa saja berubah menjadi rasa cinta. Seperti yang Alberio rasakan.

"Takdir memang tak terduga sama sekali."sambung Alberio, mengeratkan pelukan miliknya pada tubuh kecil itu, menunjukan betapa bahagianya dirinya bisa bersama dengan pemuda itu.

Bersambung...

Votmen_

#500 vote aja deh, soalnya gue nggak tahan pengen  lanjutin🗿

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now