26

16.9K 1.3K 17
                                    

Delvin terdiam menatap kearah rumah besar yang ada dihadapan dirinya sekarang, setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih, akhirnya mereka sampai dirumah kedua orang tua Alberio.

Ia merasa tak yakin untuk masuk kedalam sana, karena terlalu takut akan reaksi yang akan mereka berikan saat melihatnya datang bersama dengan Alberio, sejak semalam ia sudah berusaha menyiapkan hati agar bisa menerima semuanya dengan baik dan juga berusaha membuatnya berani untuk bertemu secara langsung dengan kedua orang tua pria itu, namun nyatanya saat sampai disini ia tak berani untuk masuk kedalam bersama dengan pria itu.

"Campai! Yey~"

Delvin tersentak dari lamunan miliknya saat mendengar suara seruan dari Kaivan yang sekarang mulai masuk kedalam sana lebih dulu, ia menatap kearah samping dimana ada Alberio tengah menatap kearahnya dengan senyuman lembutnya.

"Takut? Tak percaya diri? Merasa kurang baik? Kamu percaya dengan saya bukan? Kita pasti bisa, dan saya pasti akan terus menjaga kamu disana."ujar Alberio dengan menggenggam pergelangan tangan Delvin dengan sangat pelan, ia ingin pemuda itu merasa lebih baik karena ia paham apa yang sekarang tengah Delvin rasakan.

"Gue ngerasa ragu, gue nggak cukup baik buat nikah sama lo. Mereka pasti bakalan nggak setuju kan?"ujar Delvin dengan menatap kedua tatapan lembut milik Alberio sekarang, sikap bar-bar, penuh percaya diri, tak pernah merasa takut akan hal baru, sekarang mulai menghilang karena akan berhadapan langsung dengan kedua orang tua Alberio.

"Mungkin kamu merasa tak baik atau segala hal yang membuat kamu ragu. Tapi sekarang ada saya yang akan selalu bersama denganmu, apapun jawaban mereka, kita akan menghadapi itu semua bersama. Saya akan selalu bersama denganmu apapun yang terjadi, jadi tunggu apa lagi? Sekarang kita hadapi semuanya bersama."ujar Alberio dengan menarik pergelangan tangan Delvin dengan pelan, ia ingin pemuda itu mengikuti dirinya serta mempercayakan semuanya padanya.

Delvin hanya diam mengikuti apa yang akan pria itu lakukan, karena sekarang ia merasa sedikit lebih tenang dari tadi. Mungkin karena merasa dukungan pria itu padanya sangat luar biasa, sehingga sekarang ia bisa sedikit tenang walaupun tak sepenuhnya.

Saat pintu utama itu terbuka, tatapan Alberio dan juga Delvin mengarah pada ruang tengah, dimana disana ada kedua orang tua pria itu tengah menatap kearah mereka.

"Daddy! Andla cudah bilang cama glenma cama glenpa talo nanti Andla batalan puna mommy!"ujar Kaivan dengan berlari kearah daddynya sekarang, ia memeluk daddynya itu dengan erat, senyuman manis balita itu berikan pada daddynya dan juga kakak baik.

"Kai main sama Coco dulu ya dihalaman belakang, daddy dan juga kakaknya mau bicara sama glendpa sama glendma dulu."ujar Alberio dengan bicara sangat lembut pada anaknya itu, ia tak ingin anaknya mendengar hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi maka dari itu ia ingin anaknya bermain dengan Coco dulu sekarang selagi mereka bicara, Coco nama anjing peliharaan kedua orang tua Alberio.

"Um! Dada tata! Andla mau main cama coco dulu!"ujar Kaivan yang langsung berlari kearah luar, sedangkan Alberio kembali menarik pergelangan tangan Delvin agar mengikuti dirinya sekarang.

"Apa yang dimaksud Kaivan tadi?"tanya sang papa, membuat Alberio yang ingin berjalan lebih dekat dengan kedua orang tuanya itu, menghentikan langkahnya. Ia menarik Delvin agar lebih dekat dengannya lagi, karena ia merasakan hal kurang baik akan terjadi.

"Saya akan menikah lagi."ujar Alberio dengan menatap kedua orangnya, ia sudah berani sekarang karena perusahaan miliknya tak dalam kendali kedua orang tuanya lagi, karena sekarang perusahaan itu hanya miliknya saja.

"Menikah kembali dengan mantan istrimu dulu? Ibu sudah menduga itu semua, karena beberapa hari yang lalu dia datang kesini dan meminta untuk menikah lagi denganmu."sahut sang ibu, membuat Alberio mengepalkan kedua tangannya, kedua orang tuanya jelas melihat tautan tangan mereka, hanya saja mereka sengaja melakukan ini semua untuk menyakiti Delvin, ia tahu betul bagaimana sikap mereka.

"Dia sudah menikah lagi, lantas bagaimana kami bisa menikah lagi? Kalian tentu tahu itu semua bukan? Dulu saya sudah memaksanya untuk bertahan demi Kaivan, tapi jawaban yang dia berikan sangat luar biasa. Dia lebih memilih pria lain dibandingkan dengan anaknya sendiri, untuk apa saya menikah kembali dengan dia? Saya bukan pria bodoh untuk melakukan hal gila seperti itu."ujar Alberio, menatap kedua orang tuanya dengan berani sekarang.

"Kaivan mengatakan jika dia akan mempunyai mommy nanti, lantas siapa yang akan kau nikahi? Apa orang itu jelas asal dan usulnya? Jangan asal mengambil barang yang sudah dibuang ditengah jalan, karena bisa saja barang itu menyakiti dirimu. Wanita berkelas seperti mantan istrimu dulu saja bersikap kurang baik, apa lagi seseorang yang tak jelas asal dan usulnya dari mana."sang ibu kembali bersuara, sekarang tatapan wanita yang  sudah hampir umur 55 tahun itu, mengarah pada Delvin.

"Persetan dengan asal usul. Karir, status, asal usul itu sama sekali tak penting sekarang. Saya hanya ingin memberitahu jika saya akan menikah dengan pemuda yang berada disamping saya sekarang, urusan kalian setuju atau tak setuju saya tak peduli. Sudah cukup lama saya berusaha memberi kalian waktu dengan menjauhkan kalian dengan cucu kalian, tapi nyatanya itu semua tak bisa menyadarkan kalian berdua. Entah kesalahan apa yang pernah saya perbuat dulu sehingga bisa mendapatkan kedua orang tua egois seperti kalian."

Setelah mengatakan itu semua, Alberio menarik kembali Delvin agar mengikuti dirinya, karena sekarang Kaivan sudah berada diluar. Kesempatan bagus untuk pergi pulang. Tak ada alasan untuk meminta restu atau hal lainnya, karena saat ingin duduk saja mereka sudah diberi perkataan kurang baik, jadi untuk apa berbasa-basi lagi?

"Kita akan pulang sekarang. Semua keraguanmu memang benar, mereka juga tak akan pernah bisa sadar dengan apa yang selama ini telah mereka lakukan. Saya pikir setelah selama ini saya bersikap cuek serta menjauhkan mereka dari cucu satu-satunya, mereka akan menyadari semuanya. Tapi nyatanya itu semua salah, karena orang seperti mereka tak akan pernah bisa berubah sampai kapan pun itu."ujar Alberio, walaupun perkataan itu terdengar tenang, tapi tidak dengan raut wajahnya yang terlihat menahan emosi sekarang.

"Tunggu," Delvin menghentikan langkahnya setelah mengatakan itu semua, ia berjalan mendekat kearah Alberio sebelum memeluk pria itu dengan berani, ia ingin membuat pria itu tenang sekarang, karena pulang dalam emosi itu tak baik untuk keselamatan mereka berdua.

"Tenangin diri lo. Setelah itu baru pulang."ujar Delvin dengan teredam karena wajahnya yang ia sandarkan di dada bidang milik pria itu, ia bisa merasakan balasan dari pelukan yang ia berikan cukup erat sekarang.

Bersambung...

Votmen_

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now