13

21.7K 1.5K 13
                                    

Delvin menatap kearah balita yang sejak tadi memerhatikan dirinya tanpa mengatakan hal apapun sama sekali, kedua mata bulat Kaivan hanya mengerjab dengan pelan melihat dirinya membuat ia tersenyum melihat tingkah balita itu sekarang karena selama ini ia selalu terlibat dengan anak kecil saat dipanti asuhan, sedikit banyaknya ia paham jika balita yang memerhatikan seseorang dengan sangat lama serta kedua mata bulatnya hanya mengerjab itu artinya balita itu tengah merasa senang.

"Bagaimana kabarmu? Daddymu masih meninggalkan kamu didalam mobil lagi?"tanya Delvin yang ingin membuka keheningan yang terjadi didalam mobil ini dengan berbicara dengan balita itu, karena tak mungkin jika ia mengajak pria itu berbicara bukan?

"Em? Nda toc! Daddy nda inggalin Andla agi! Coal na tatut ada yang culit Andla! Nanti Andla nanis talo diculit!"jawab balita itu dengan senyuman mengembang miliknya. Sekarang balita itu merasa sangat bahagia karena bisa melihat kakak baik itu dari dekat seperti ini, ia tak sabar untuk ditemani kakak itu dirumah nantinya.

"Kai? Nanti daddy akan mengantar kamu dan juga kakak itu kerumah, setelah itu daddy akan pergi ke kantor sebentar ya? Kamu jangan nakal dirumah nanti."ujar Alberio setelah terdiam cukup lama, ia hanya ingin memastikan itu semua karena tak ingin berbicara dulu dengan pemuda itu, karena ia merasa kurang nyaman entah kenapa.

"Em! Andla nda batalan natal!"

Terjadi keheningan lagi setelah itu, sehingga mereka sampai didepan rumah bernuansa minimalis yang sangat indah jika dilihat dari dekat seperti ini.

"Tata! Ayo telual!"ujar Kaivan dengan membuka pintu mobil bagian dirinya, membuat Delvin tersentak sebelum menatap kearah depan sebentar, tatapannya beradu dengan tatapan dingin milik pria yang tengah duduk didepan itu, sebelum ia memutuskan tatapan miliknya secara sepihak untuk segera keluar mengikuti Kaivan sekarang.

"Daddy pulang na dangan malam-malam ya! Anti tita ain baleng!"seru Kaivan saat mihat mobil daddynya berbelok, balita itu menggenggam tangan kakak disampingnya dengan sangat erat.

Sedangkan Delvin hanya diam melihat itu semua, karena tingkah balita itu sungguh menggemaskan. Bagaimana bisa ada anak selucu ini? Pantas saja daddy balita itu ingin melakukan apa saja untuk anaknya, ternyata memang tingkah balita itu sangat sulit untuk dihindari atau pun ditolak.

"Tata! Ayo tita ain,"ujar Kaivan dengan mendongak menatap kearah kakak tinggi yang sekarang tengah menatap kearahnya, ia tersenyum menatap kakak itu sebagai jawaban dari tatapan kakak itu.

"Ayo."ujar Delvin sebelum berjalan mengikuti langkah kecil balita itu.

"Tata olong nalain bel na! Andla nda campe!"ujar balita itu saat mereka sampai didepan pintu rumah, ia selalu diajarkan untuk meminta tolong jika tak bisa melakukan satu hal, karena daddynya mengatakan jika dengan meminta tolong itu semua tak akan membuat kita rugi, maka dari itu ia meminta tolong sekarang.

Pemuda itu menurut, ia menekan bel beberapa kali sebelum pintu berwarna putih itu terbuka dengan seorang wanita paruh baya keluar dari sana, wanita itu menatapnya dengan tatapan bingung, sedangkan menatap Kaivan dengan tatapan terkejut.

"Aden? Bukan nya tadi aden pergi bersama dengan Tuan Alber? Kenapa sekarang Tuan pulang sendirian? Apa kamu menemukan dia?"ujar wanita paruh baya itu dengan bertanya pada tuan mudanya sebelum bertanya pada Delvin juga.

Delvin terdiam, itu artinya wanita paruh baya itu tak tahu jika dirinya akan menjadi pengasuh Kaivan mulai hari ini.

"Andla pulang cama tata na! Tata na batalan temenin Andla dilumah! Bial bibi bica istilahat!"

"Em, gue kerja disini mulai hari ini, jadi pengasuhnya Kaivan. Tadi daddynya Kaivan bilang kalo mulai hari ini gue bisa kerja disini sebagai pengasuh yang bisa menemani Kaivan bermain. Mungkin daddynya Kaivan belom bicara sama lo,"ujar Delvin kikuk karena dirinya terbiasa menggunakan kata ini, sangat sulit untuk mengubahkan menjadi kata-kata yang lembut dan juga sopan.

Wanita paruh baya itu terdiam beberapa saat sebelum membuka pintu dengan lebar, ia tersenyum menatap kearah Delvin. "Semoga kamu betah ya kerja disini, bibi merasa sangat tertolong karena sekarang sudah ada seseorang yang bisa menjaga Den Kaivan setiap saat."

Pemuda itu tersenyum menanggapi ucapan wanita paruh baya itu, ia sempat berpikir akan terjadi drama dimana wanita paruh baya itu tak ingin menerimanya karena tak ingin posisinya tergantikan, ia terlalu berpikir jauh.

"Ayo! Tita te tamal na Andla! Tita ain!" Balita itu terus menarik tangan Delvin untuk mengikuti dirinya naik kelantai atas, sedangkan Delvin sendiri hanya bisa mengikuti langkah balita itu dengan tatapan mengarah pada semua yang ada didalam rumah ini.

Semuanya terlihat sangat cantik dan juga sederhana, ia menyukai ini semua. Ternyata dibalik sifat pria itu yang sering kali dingin, ada hal baik yang  didalam diri pria itu ternyata. Ia menyukai ini semua, mungkin selera mereka sama.

"Tala! Ini tamal na Andla! Ganteng tan!?"

Delvin tersentak saat mendengar suara Kaivan yang sangat bersemangat itu, ia tak tahu tengah memikirkan apa sejak tadi sehingga sekarang baru sadar jika sudah sampai didalam kamar balita yang tengah menatapnya sekarang, ia tersenyum melihat balita itu mengatakan jika kamarnya ganteng, memang ada kamar ganteng?

"Tata tunggu ya! Andla mau cuci tati dulu bial nda catit! Coal na habit dali lual!" Balita itu berlari kearah kamar mandi, membuat Delvin terdiam.

Mencuci kaki bukan? Balita itu mengatakan jika dia harus mencuci kali karena habis dari luar biar tak sakit? Ia sedikit mengerti sekarang, kedua orang tua balita itu sangat bagus mendidik anak mereka, sehingga sekarang Kaivan bisa senurut ini dengan semua hal yang harus dipatuhi. Ia terkadang merasa iri dengan anak yang bisa mendapat didikan penuh dari kedua orang tuanya, karena selama ini ia hanya mendapat didikan dari panti asuhan saja, itu pun semuanya harus dibagi.

Tatapan Delvin mengarah pada kamar Kaivan karena mengingat kembali perkataan balita itu tentang kamarnya yang terlihat ganteng, interior didalam kamar ini serba biru dengan banyak mainan didalamnya. Belum lagi ranjang tidur yang terlihat sangat besar, tempat ini pasti sangat nyaman. Ia berjalan kearah sebuah foto, dimana ada Kaivan tengah tersenyum didalam gendongan daddynya, serta pria itu yang ikut tersenyum juga. Jika seperti ini pria itu jauh lebih baik dengan senyuman, ia suka dengan senyuman itu. Namun kenapa di foto itu hanya ada Kaivan dan juga daddynya? Dimana ibu Kaivan? Ia masih belum tahu tentang semuanya sekarang, mungkin nanti semuanya akan terungkap dengan sendirinya, ia tak ingin bertanya karena takut ini semua privasi untuk keluarga ini.

Bersambung...

Votmen_

#110 vote

OM DUDA {BXB} END✔Where stories live. Discover now