Bab 1

55K 4.2K 52
                                    

Setiap pagi Jenia pening mendengarkan teriakan anak-anaknya. Di awali dengan bangun tidur dan disambung bertengkar karena merebutkan remote TV. Bukannya mandi dan bersiap untuk sekolah, anak-anaknya malah rebahan santai di sofa sambil menonton kartun. Jam sudah menunjukkan pukul enam, tapi belum ada satupun dari anaknya yang beranjak ke kamar mandi.

"Cepat masuk kamar mandi!" teriak Jenia membuat dua anaknya segera berlari masuk ke kamar mandi.

Alula Natasha dan Aruna Natayya. Dua bayi perempuan yang sembilan tahun lalu lahir dari rahim Jenia. Dua malaikat kecil yang menjadi warna baru di hidup Jenia. Dibantu orang tua dan Adiknya, ia merawat dan membesarkan si kembar dengan baik. Orang tuanya menyambut kelahiran si kembar dengan suka cita.

Kebahagiaan itu hanya berlangsung sebentar. Di usia Alula dan Aruna satu tahun, Jenia harus kehilangan sosok Ayahnya. Sebelum meninggal, Ayahnya sempat berpesan padanya untuk merawat si kembar dengan baik. Bahkan, Ayahnya juga berpesan untuk selalu hidup bahagia, meskipun sedang menghadapi banyak masalah.

Jenia dan Kamil, Adiknya, berusaha membantu menopang ekonomi keluarga setelah kepergian Ayah mereka. Jenia memang tidak datang dari keluarga yang kesusahan, tapi ia juga bukan lahir dari keluarga yang kaya raya. Diperlukan sebuah kerja keras agar dirinya bisa menghasilkan banyak uang. Dua bersaudara itu bekerja siang dan malam untuk bisa bertahan hidup dan menabung. Mereka tidak mungkin hanya mengandalkan uang warisan dari Ayahnya. Bersyukur Ibunya masih sehat dan bersedia menjaga si kembar selagi Jenia dan Kamil sibuk bekerja.

Kesedihan Jenia tidak berhenti setelah kepergian Ayahnya. Delapan bulan kemudian, ternyata Ibunya harus menyusul Ayahnya karena sebuah kecelakaan. Tangis Jenia pecah karena menyadari ia dan Adiknya harus ditinggal orang tua dalam waktu yang berdekatan. Ditambah usia kembar belum genap dua tahun.

Demi mengobati kesedihan Jenia, ia memutuskan untuk kembali lagi ke kota Surabaya. Jenia, Kamil dan si kembar memulai kehidupan di kota pahlawan. Dengan bermodal nekat, ia dan Kamil membuka usaha sandal dan sepatu. Meski awalnya terasa berat, tapi sedikit demi sedikit usahanya mulai terlihat hasilnya. Kini Jenia dan Kamil berhasil membuka satu toko besar yang menjual berbagai macam alas kaki. Mulai dari sandal, sepatu dan sepatu sandal. Tersedia untuk laki-laki ataupun perempuan dan tersedia banyak model. Semua produk yang dihasilkan berasal dari pabriknya sendiri. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar untuk membangun usaha. Kini Jenia dan Kamil tetap perlu berinovasi agar semua pelanggan tidak bosan dan tetap membeli di toko mereka.

Selain berjualan secara offline, toko mereka juga berjualan secara online. Tidak beda dengan penjual lainnya, sejak awal Jenia dan Kamil sering live soal produk mereka. Kini tugas untuk live dialihkan ke para pegawai. Jenia dan Kamil punya tugas lain yang harus dikerjakan.

Kembali lagi ke situasi saat ini, Jenia kaget bukan main saat membuka pintu kamar mandi. Busa shampo dan sabun berceceran di lantai dan dinding. Saat melihat ke arah si kembar, ternyata kondisi mereka tidak beda jauh. Masih ada shampo dan sabun yang belum dibilas.

Jenia menarik napas panjang, menahan diri agar tidak berteriak meluapkan amarahnya. Akhirnya ia mengambil alih ganggang shower yang dipegang Aruna. Tanpa berkata-kata, ia memandikan si kembar secara bersamaan. Mengingat si kembar belum sarapan, ia memandikan mereka secepat mungkin. Selesai memandikan si kembar, ia mengawasi mereka yang sedang memakai seragam sendiri. Baru setelah itu ia membantu mereka mengeringkan rambut.

"Makanya kalo pagi nggak usah keramas. Jadi lama kan ngeringin rambutnya," omel Jenia sembari menyisir rambut Alula.

"Alula duluan yang basahi kepalaku," adu Aruna yang menunggu giliran dikeringkan rambutnya.

"Kamu juga semprot aku!"

Begitu selesai menguncir rambut Alula, Jenia beralih mengeringkan rambut Aruna. "Kalo mau keramas harus bangun lebih pagi. Udah berapa kali Mami ngoceh soal ini sama kalian. Belum lagi lantai sama dinding kamar mandi jadi licin semua gara-gara kalian main sabun. Kalo sampai kalian kepleset, kalian juga yang nangis."

Not Finished Yet [Completed]Where stories live. Discover now