Bab 29

30.9K 3.1K 275
                                    

Liburan telah tiba. Hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh Alula dan Aruna. Beberapa hari sebelumnya, mereka berdua sudah sibuk sendiri menyiapkan barang-barang yang nantinya akan dibawa. Mulai dari baju renang, baju-baju lucu, tas, sepatu, dan masih banyak lainnya. Mereka sampai minta beli jaket baru, karena jaket yang lama sudah kekecilan.

"Kenapa beli jaket baru?" tanya Jenia kala itu.

"Kan di Malang dingin, Mi. Aku sama Alula perlu jaket biar badan kita hangat."

Mendengar jawaban anak-anaknya yang masuk akal, akhirnya Jenia mengajak mereka untuk belanja di mall. Mereka hanya belanja bertiga tanpa ditemani Gama. Laki-laki itu harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum liburan bersama.

Liburan ke Malang ternyata tercetus oleh Mama setelah Jenia bercerita rindu dengan Ibu dan Ayahnya. Karena Mama tahu kalau selama ini Jenia tinggal di Malang, akhirnya Mama berinisiatif memfasilitasi liburan ke Malang. Mulai dari transportasi, makanan, dan hotel, semua sudah disiapkan oleh Mama. Bahkan kemanapun destinasi wisata yang akan dituju Jenia dan si kembar, akan ditanggung juga. Jenia sampai terharu saat mengetahui alasan sebenarnya ketika Mama menyuruh dirinya ikut liburan ke Malang.

"Kamu pasti kangen sama Ibu dan Ayahmu. Nggak ada salahnya kamu ziarah ke makam mereka. Si kembar pasti senang kalo diajak ziarah ke makam nenek sama kakeknya."

Jenia yang semula tidak terlalu bersemangat dengan liburan, tapi langsung berubah pikiran begitu mendengar perkataan Mama. Ia memang sudah lama tidak ke Malang. Selama ini kerindunaan kepada orang tuanya hanya disampaikan lewat doa. Tidak ada salahnya kali ini ia mengunjungi makam orang tuanya.

"Mami, jaket biru atau pink?" tanya Alula memegang dua jaket berbeda warna di tangan kanan dan kirinya.

"Terserah kamu aja. Dua-duanya bagus kok."

Alula memajukan bibirnya kesal. "Jawaban Mami nggak membantu sama sekali."

"Kamu bisa pilih warna yang kamu suka."

"Aku bingung, makanya aku nanya ke Mami."

"Kamu coba dulu keduanya. Pasti salah satu ada yang benar-benar kamu suka."

Mendengar saran dari Maminya, akhirnya Alula mencoba memakai jaket itu secara bergantian.

"Mami, aku pilih ambil warna kuning." Aruna berjalan ke arah Maminya sambil memegang jalet bewarna kuning pastel.

"Yaudah, nanti kita bayar sama-sama. Alula masih bingung pilih warna jaketnya."

"Tapi, jaket ini agak kekecilan. Mami bisa minta tolong bilangin ke Mbaknya buat cariin ukuran yang lebih besar?"

Jenia mengambil alih jaket dari tangan Aruna. Kemudian ia mendekati satu pramuniaga dan meminta diambilkan jaket yang ukurannya lebih besar. Setelah mendapat jaket sesuai dengan ukuran yang diinginkan, ia menyerahkan kepada Aruna untuk dicoba kembali.

"Pas banget, Mi. Nggak kekecilan kayak tadi." Aruna tersenyum lebar begitu mencoba jaketnya.

"Kayaknya aku pilih yang warna biru aja deh," ucap Alula setelah bimbang menentukan piluhan warna jaketnya.

Selesai berbelanja, Jenia mengajak anak-anaknya untuk makan. Kebetulan jam sudah menunjukkan pukul dua belas, sudah waktunya untuk makan siang. Ia sempat kesulitan mencari tempat makan yang sepi, karena banyaknya pengunjung di mall. Hari ini adalah hari Sabtu, wajar jika suasana mall lebih ramai dibanding hari biasa. Bahkan beberapa tempat makan sampai harus waiting list karena saking membludaknya pengunjung yang datang.

Setelah berputar-putar mencari tempat makan, akhirnya Jenia masuk ke salah satu tempat makan yang antriannya tidak terlalu banyak. Hanya menunggu beberapa saat, akhirnya ia bisa mendapatkan meja. Jenia mulai melihat-lihat buku menu dan memesan makanan yang ia inginkan. Begitu juga yang dilakukan oleh anak-anaknya.

Not Finished Yet [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang