Bab 20

39.6K 3.1K 61
                                    

Hari ini Gama menagih janji Jenia yang bersedia kencan dengannya. Dari pagi ia sudah berkoordinasi dengan Adam, menitipkan si kembar pada Kakaknya. Adam berencana mengajak si kembar jalan-jalan bersama dengan Viola dan Mikala. Setelah itu, Adam juga berencana mengajak si kembar untuk menginap di rumah orang tua mereka. Bisa dibayangkan betapa girang Mama dan Papanya saat mendengar cucu-cucunya akan menginap. Semua hal dipersiapkan dengan baik. Sementara si kembar sudah ada di tangan yang tepat, Gama jadi tidak perlu khawatir ketika akan mengajak Jenia kencan.

"Mas Gama udah ngerancanain ini, ya?" tanya Jenia sembari memasang sabuk pengaman. Baru saja ia berpisah dengan anak-anaknya yang sudah lebih dulu dijemput oleh Adam.

"Ngerencanain apa?" tanya Gama pura-pura tidak mengerti.

"Mas Gama pasti dari jauh-jauh hari udah minta tolong ke Mas Adam buat ngangkut si kembar. Terus tiba-tiba mereka juga mau diajak nginap ke rumah orang tuanya Mas Gama. Berapa lama negosiasi sama si kembar biar mereka mau diajak nginap di rumah Mama sama Papa?"

Gama tertawa pelan. "Nggak lama kok. Aku nanya ke mereka, eh langsung setuju."

"Serius mereka nggak pakai mikir dulu?" tamya Jenia tak yakin.

"Kamu nggak percaya banget sama aku."

"Al sama Ar itu nggak pernah nginap di tempat lain selain di hotel. Itupun nginap di hotel kalo lagi liburan doang," ucap Jenia menjelaskan. "Makanya aku heran, kok mereka langsung mau diajak nginap di rumahnya orang tuanya Mas Gama," lanjutnya.

"Nggak papa, rumah Mama sama Papa udah sebelas dua belas sama hotel. Aku yakin mereka akan betah."

Mau tidak mau Jenia harus membenarkan ucapan Gama. Ia hampir saja melupakan fakta bahwa orang tua Gama yang begitu kaya. Rumah mereka juga sama bagusnya dengan hotel. Melihat betapa kayanya orang tua Gama, nggak heran kalau Alula dan Aruna dilimpahi berbagai hadiah yang harganya mahal. Setelah pertama kali pulang dari rumah orang tua Gama, Aruna menunjukkan hadiah-hadian yang didapat. Matanya sampai membelalak melihat ada ipad, tas, berbagai macam alat tulis, baju dan masih banyak lainnya. Hal yang membuatnya tercengang adalah semua barang yang didapat anak-anaknya adalah barang mahal dan bermerk. Baik Aruna ataupun Alula mendapat hadiah yang sama, hanya berbeda warna saja.

"Kamu hari ini mau kemana aja?"

"Tunggu dulu," sela Jenia cepat. "Kenapa nanyanya seakan-akan kita bakal keluar seharian?" tanyanya menatap Gama dengan curiga.

Gama menampilkan cengiran lebar. "Emang niatnya gitu sih. Kita akan ngehabisin waktu seharian," sahutnya tanpa dosa. "Lagian si kembar lagi nginap di rumah Mama sama Papa. Kamu nggak perlu jadiin si kembar alasan pulang cepat."

Jenia mencibir. "Dasar licik."

"Kalo nggak kayak gini, aku susah dapat waktumu, Jen," sahut Gama menjelaskan. "Aku sampai minta cuti panjang ke Papa dengan alasan mau lebih dekat sama kamu dan si kembar."

"Mas bilang gitu ke Papa?" tanya Jenia terkejut.

Gama menggeleng. "Aku cuma bilang minta cuti biar bisa lebih punya banyak waktu sama si kembar. Mau kenal mereka lebih dalam," ucapnya menenangkan. "Kalo aku bilang mau dekatin kamu, bisa-bisa Papa ngasih tau ke Mama. Kalo Mama tau, takutnya malah Mama makin desak kamu karena saking nggak sabarnya. Aku cuma nggak mau bikin kamu risih sama perlakuan orang tuaku," lanjutnya.

"Papa ngijinin Mas Gama buat cuti?"

Gama mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ngijinin karena alasannya si kembar," jawabnya. "Apapun yang menyangkut Al sama Ar, pasti langsung dibolehin sama Papa," tambahnya.

Jenia manggut-manggut. Sekarang tahta tertinggi di keluarga Gama sepertinya adalah si kembar. Orang tua Gama seperti akan memberikan apapun untuk Alula dan Aruna.

Not Finished Yet [Completed]Where stories live. Discover now