Bab 7

45.2K 4.6K 354
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Dan selama satu minggu ini Gama jadi sering melihat foto Alula dan Aruna yang ada di ponselnya. Di saat suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, melihat foto dua anak perempuan itu membuat Gama tersenyum. Ada yang aneh dengan dirinya. Biasanya ia tidak bisa semudah itu untuk suka dengan anak kecil. Berinteraksi dengan si kembar, membuat munculnya perasaan lain yang tidak bisa ia gambarkan. Seakan ada magnet yang memaksa Gama untuk terus melihat foto Alula dan Aruna.

Hari Sabtu ini Gama tidak punya rencana kemana-mana. Hal yang biasa dilakukan di hari Sabtu adalah menonton film sampai ketiduran. Satu jam kemudian Gama mendapat tamu yang tidak diduga, Adam. Kakaknya yang jarang berkunjung ke apartemennya, tiba-tiba datang tanpa memberitahunya dulu.

"Tumben datang ke sini?" tanya Gama sembari melempar satu botol soda pada Adam.

Adam menangkap botol soda dengan gesit. "Bosen di apartemen sendiran. Rencana awal mau kencan sama Viola, ternyata dia ada kerjaan di luar kota." Saat membuka tutup botol sodanya, tak sengaja matanya melirik ke arah layar ponsel Gama yang tergeletak di atas meja. Di sana terlihat foto Alula dan Aruna. Foto yang diambil oleh Gama saat mereka makan siang bersama. "Masih disimpan fotonya?" tanyanya mengalihkan tatapan ke Gama.

Gama mengangguk. "Mereka cantik. Walaupun yang Alula mulutnya agak tajam, tapi kelihatan mereka anak yang nice. Aku jadi mau punya anak kayak mereka."

"Kamu harus nikah lagi sebelum berencana punya anak," sahut Adam tersenyum tipis. "Sebelum nikah, harus punya calon dulu yang mau diajak nikah," lanjutnya terkekeh.

Gama geleng-geleng kepala. "Aku mau punya anak tanpa harus nikah lagi."

"Stupid! Mana bisa kayak gitu?"

Gama mengedikkan bahunya cuek. "Adoption?"

Adam berdecak sambil geleng-geleng kepala. Ia tidak mengerti jalan pikiran Adiknya yang ngaco.

"Si twins anak yang beda dalam kepribadian. Alula mulutnya tajam dan gengsian, kalo Aruna lebih lembut dan sensitif," gumam Gama tanpa sadar.

Ingatan Gama kembali terlempar ke satu minggu yang lalu. Setelah selesai makan, ketiga anak itu tiba-tiba menginginkan ice cream. Akhirnya Gama diminta Adam untuk membelikan ice cream untuk ketiga anak itu. Kebetulan Aruna ingin ikut dengan Gama membeli ice cream. Akhirnya dengan ditemani Aruna, ia berjalan ke luar restoran untuk membeli ice cream.

"Om, kenapa Al ganti celana?" tanya Aruna menyamakan langkah kecilnya dengan langkah kaki lebar di sampingnya.

"Waktu pipis, celananya nggak sengaja kena air. Jadi, harus ganti biar nyaman," jawab Gama menjelaskan.

Aruna mengangguk mengerti. "Oh ya, warna rambut Om Gama mirip kayak Al."

"Iya." Tanpa sadar Gama mengulum senyum. Ia juga menyadari kesamaan warna rambut Alula dengannya.

"Al suka kesal soalnya warna rambut dia beda sendiri dari yang lain," sahut Aruna menoleh menatap Om Gama. Setelah diam beberapa saat, kemudian ie bertanya dengan wajah serius. "Om Gama suka kesal nggak sama warna rambutnya?"

Gama menggeleng. "Nope."

"Kata Mami, rambutnya Al mirip kayak Papi."

"Oh ya?"

Aruna mengangguk. "Sayang banget aku sama Al nggak bisa lihat Papi. Walaupun kayak gitu, aku sama Al selalu doain supaya Papi bisa masuk surga."

"Good girl." Gama mengacak pelan rambut Aruna tidak sampai membuat rambut anak itu berantakan.

Sesampainya mereka di penjual ice cream, Gama langsung menyebutkan pesanannya. Ia membeli tiga ice cream untuk Mikala, Alula dan Aruna.

Not Finished Yet [Completed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon