Bab 12

43.8K 3.9K 208
                                    

Aruna tidak mengalihkan tatapan matanya dari wajah Alula. Kembarannya itu lebih banyak diam semenjak kedatangan Papi mereka kemarin. Biasanya, tiada hari tanpa keusilan Alula. Kini, Alula hanya diam saja dengan wajah tertekuk. Ditambah, hari ini Aruna akan dijemput oleh Papinya dan Alula tidak mau ikut dengannya.

"Aruna, makannya dipercepat. Habis ini kamu dijemput sama Papi," ucap Jenia yang berjalan membawa dua gelas susu untuk Alula dan Aruna. "Kamu beneran nggak mau ikut Papi sama Aruna?" tanyanya sambil mengelus puncak kepala Alula.

Alula menggeleng.

"Ikut aja, yuk!" ajak Aruna dengan wajah memohon. "Aku lebih suka kalo kamu ikut," lanjutnya.

Alula masih tetap menggeleng. Tangannya bergerak lambat menyuap sendok ke dalam mulutnya.

"Hari ini Aruna akan ke rumah orang tuanya Papi. Di sana kamu akan ketemu Oma sama Opa," ucap Jenia sambil merapikan kunciran rambut Aruna. "Selama di sana nurut sama Papi. Terus, kamu juga harus sopan sama Oma dan Opa," lanjutnya yang langsung diangguki oleh Aruna.

Alula meletakkan sendok ke piring dengan sedikit keras. Nasinya masih tersisa setengah, tapi ia sudah tidak berniat untuk mengahabiskan. Ia memilih beranjak dari ruang makan, menuju ke kamar.

"Mi, Alula beneran nggak mau ikut?" tanya Aruna menatap Maminya dengan wajah sedih.

Jenia berusaha menyunggingkan senyum. "Alula belum mau ikut. Jangan dipaksa, ya."

Aruna mengangguk. "Al nggak marah kan kalo aku pergi tanpa dia?" tanyanya sendu. "Aku nggak pernah pergi tanpa, Al."

Jenia mengusap pundak Aruna. "Nggak papa. Biar nanti Mami yang coba bicara sama Al."

Aruna menghela napas kuat, lalu mengangguk.

Sepuluh menit kemudian Gama datang untuk menjemput Aruna. Begitu Gama datang, ia menyuruh laki-laki itu menunggu di ruang tamu.

"Ar, Papi udah jemput," beritahu Jenia begitu memasuki area ruang makan. Ia mendapati Aruna baru selesai menghabiskan sepiring nasi goreng dan satu gelas susu yang sudah disiapkan.

"Aku tau. Udah dengar suara mobilnya," sahut Aruna.

"Yaudah, kamu langsung berangkat aja."

"Aku mau ke kamar, ambil tas sekalian pamit sama Al." Aruna melangkah masuk ke kamar.

Jenia mengikuti langkah anaknya. Ia tidak ikut masuk, hanya berdiri di pintu yang tidak tertutup sempurna. Di sana ia bisa mendengar percakapan Alula dan Aruna.

"Al, beneran nggak mau ikut?"

"Nggak."

"Kamu nggak marah kan kalo aku ikut Papi pergi?" tanya Aruna dengan suara pelan.

Alula diam, tidak memberi jawaban.

Aruna mengamati Alula yang tampak sibuk bermain ponsel tanpa melihat ke arahnya. "Nanti aku pulang kok."

Alula akhirnya menatap wajah Aruna. "Nggak papa, kamu pergi aja."

Jenia mengintip dari celah pintu yang terbuka. Bisa dilihat Aruna memeluk Alula sebentar.

"Nanti aku bawain jajan kalo pulang. Kamu mau apa?" tanya Aruna begitu melepas pelukannya.

"Apa aja," jawab Alula singkat.

Setelah itu Jenia melihat Aruna keluar dari kamar dengan membawa tas selempang bewarna pink. Ia sempat masuk ke kamar untuk menyuruh Alula menyalimi Gama, tapi anaknya itu menolak. Tidak mau memaksa Alula, akhirnya Jenia berjalan ke arah ruang tamu.

Not Finished Yet [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang