Bab 26

32.1K 3.5K 188
                                    

Aruna tidak bisa menahan tangisnya ketika sebuah bola basket mendarat di wajahnya. Ia memegangi wajahnya yang baru saja terkena lemparan bola. Belum cukup rasa sakit di wajahnya, ia harus merasakan sakit saat mendengar ejekan dari temannya.

"Haduh, cengeng banget. Baru kena bola gitu aja udah nangis."

Aruna makin menangis karena dikatai cengeng. Ia memegangi matanya yang terasa berdenyut nyeri. Ia menoleh ke kanan dan kiri, berusaha mencari kembarannya.

Dari kejauhan, Alula yang sedang berjalan bersama Mikala, buru-buru menghampiri Aruna yang menangis di pinggir lapangan,

"Kenapa nangis?" tanya Alula panik. Ia  baru kembali dari toilet, dan mendapati kembarannya menangis sambil memegangi wajah.

Aruna membersit hidungnya. Ia berusaha untuk meredakan tangisnya. "Kena lemparan bola," jawabnya sesenggukan.

Alula seketika naik pitam mendengar itu. "Siapa yang ngelempar?!"

Aruna tidak menjawab. Tapi tatapan matanya tertuju pada segerombolan teman-temannya yang duduk tak jauh dari mereka. Kebetulan jam olahraga baru saja selesai, semua siswa diperbolehkan untuk istirahat.

Alula menghampiri gerombolan yang ditatap oleh Aruna, tidak lupa sambil membawa bola basket di tangannya. Di belakangnya ada Mikala yang ternyata mengekorinya.

"Siapa yang ngelempar bola ke wajahnya Aruna?" tanya Alula dengan wajah memerah padam karena marah. Ditatapnya satu persatu temannya yang ada di sana. Kebetulan ada empat anak yang duduk di sana, dan salah satu diantara mereka telah melempar Aruna dengan bola basket.

"Aku."

Tangan kiri Alula terkepal kuat. Tatapannya menghunus tajam pada teman laki-lakinya yang bernama Reon. "Kenapa?" tanyanya dengan napas berat.

Reon, laki-laki yang baru mengaku kalau melempar Aruna dengan bola basket, mengedikkan bahu ringan. Wajahnya tersenyum lebar tanpa rasa bersalah. "Nggak papa. Emang mau ngelempar Aruna aja," jawabnya santai.

Mendengar jawaban itu membuat Alula naik pitam. Seketika bola yang ada di tangannya meluncur begitu saja mengenai tepat di wajah Reon. Semua yang ada di sana berteriak terkejut, tak terkecuali Aruna.

Aruna segera menghampiri Alula yang tampak marah. "Kenapa kamu ngelempar bolanya ke Reon?" tanyanya panik.

"Nggak papa. Emang aku mau ngelempar bola itu ke dia," jawab Alula melirik Reon yang berteriak kesakitan.

Reon bangkit berdiri, mendorong bahu Alula dengan kuat sampai perempuan itu hampir terjengkang. Dorongan itu memicu Alula untuk menendang kaki Reon. Teman-teman yang ada di sana berusaha memisahkan Reon dan Alula yang mulai saling menyerang.

Saat terjadi pertengkaran diantara Alula dan Reon, seorang guru segera menghampiri mereka. Aruna dan Reon dibawa ke ruang kesehatan, yang lainnya dibawa ke ruang guru. Karena pernyataan beberapa teman, guru akhirnya tahu kalau Reon pertama kali yang melempar bola pada Aruna, kemudian Alula membalas dengan melempar bola pada Reon. Karena itu, orang tua Reon dan si kembar dipanggil ke sekolah untuk menyelesaikan masalah ini.

***

Ini pertama kalinya Jenia dipanggil ke sekolah. Saat menerima telepon dari sekolah, kebetulan ia sedang bersama Gama. Laki-laki itu langsung heboh dan meminta untuk ikut ke sekolah si kembar.

Amarah Gama langsung tersulut melihat putri kecilnya mendapatkan memar di bagian mata. Ia sudah bersiap menyemburkan amarahnya, tapi ada Jenia yang mencegahnya. Ia tidak tega melihat wajah Aruna sudah bengkak dan membiru.

Miss Becca, sebagai wali kelas menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi pada kedua wali murid yang duduk di hadapannya. Reon dan Alula diminta untuk saling meminta maaf. Meski dilakukan dengan setengah hati, tapi tetap mereka lakukan.

Not Finished Yet [Completed]Where stories live. Discover now