#2 Graduation

1.7K 100 0
                                    

Mandy's Diary at 16th y.o (flashback)

SMA. Neraka dunia mengerikan yang sama seperti sekolah lainnya. Akan banyak yang memberikan siksaan terberat bagiku selama aku bersekolah di sini, yakinlah. Seperti ketika aku duduk di bangku SD dan SMP. Bisa dikatakan, aku terlalu cupu untuk ukuran remaja normal. Tidak seperti gadis seusiaku, aku tidak bisa berdandan. Memilih pakaian saja perlu menutup mata asal-asalan menggantungkan pada keberuntungan.

Lihatlah paha-paha mulus teman sekolahku. Mereka terlihat seksi dengan warna kulit yang mempesona. Aku menelan ludah susah payah di hari pertamaku masuk SMA. Baru beberapa menit menginjakkan kaki di atas lantai marmer Jordan High School, seluruh mata tertuju padaku bagaikan melihat seorang bintang film yang berjalan di atas karpet merah. Ini tidak bagus... ini tidak bagus...

Candice yang berjalan di sampingku menarik lenganku, memberi kode bahwa seluruh pasang mata ditumbukkan padaku.

"Kau mengenal mereka?" bisik Candice saat kami berjalan beriringan menuju kelas pertama.

"Bagaimana mungkin aku mengenal mereka?? Kita baru masuk sekolah, Candice."

"Mereka menatapmu sok akrab..." Candice mendesis lagi, mengkeret di sampingku.

Kutarik napas dalam-dalam, mengabaikan tatapan senior-senior dan teman-teman baruku-teman baru? Aku bahkan tidak punya teman selain Candice, jadi anggap saja rival-rivalku.

"Itu bukan tatapan sok akrab, duh," bisikku lebih keras. "Mereka menatapku seperti onggokan daging."

Aku menarik paksa tangan Candice menjauhi koridor, mempercepat jalan kami agar bisa menarik napas lega terhindar dari pandangan mengerikan mereka. Setengah jalan, kami sudah tidak mendapatkan tatapan mengintimidasi, sebab koridor dalam keadaan lengang setelah satu menit yang lalu terdengar bunyi dering bel.

Langkah kaki kami terhenti, begitu mataku yang jeli kalau dihadapkan cowok tampan menyorot tepat lurus ke depan. Di mana sekelompok Dewa Yunani tengah berjalan khitmad beriringan. Yang menjadi sorot utamaku hanyalah yang di tengah itu. Ya! Yang tengah! Itu Justin Bieber. Cowok yang kutaksir sejak kami berteman di SD. Ralat, lebih tepatnya sejak aku tahu dia satu sekolah denganku di SD, SMP, dan... sekarang, SMA? Are you joking with me? Meskipun sedikit gugup dan tidak percaya karena dia ikut mendaftar di sekolah ini, dewi batinku berbisik menggoda, membuatku semerta-merta salah tingkah hingga aku menaikkan buku-bukuku menutupi wajah.

"Ada apa, Mandy?" Candice bertanya bingung melihat gelagatku dipertemukan oleh Justin.

"Justin," bisikku lebih gaduh, menunjuk sekumpulan makhluk indah yang berjalan di koridor lengang ini.

Mengabaikan balasan Candice, aku lebih memilih pergi dari sana sebelum Justin sampai di tempat kami dan menyadari keberadaanku. Bagaimana kalau dia tahu aku ikut sekolah di sini?! Bagaimana kalau dia berpikir aku adalah stalker?!

Jangan gila, Mandy, dewi batinku mendesah jengah. Dia bahkan tidak tahu kau hidup.

Sial. Ucapannya menohok hatiku tepat sasaran. Meninggalkan luka yang terperihkan. Benar sekali, bahkan sampai detik ini Justin tidak tahu bahwa ada seorang gadis bernama Amanda Katerina Gilbert tengah bernapas di dekatnya. He doesn't know my existence. How pathetic.

Melangkah mengendap-endap masih dengan buku menutupi wajahku, aku bergeser-geser menghindari bertatap muka dengan Justin, sementara Candice tampak kebingungan melihat apa yang kulakukan di koridor itu. Sebelah mataku mengintip sejenak, melihat Justin sudah berjalan acuh sampai di depanku, dan sekonyong-konyong aku membalikkan badan. Alih-alih berhasil menghindari bertatap muka dengannya, kepalaku justru dihantam oleh pintu loker siswi yang dibuka seseorang, praktis membuat buku di tanganku jatuh dan aku menyemburkan kemurkaanku pada siapapun yang telah menghantamkan pintu loker pada kepalaku.

Confession Of Drama Queen (by Loveyta Chen)Where stories live. Discover now