#35 Crashed

729 56 0
                                    

Mandy's Diary Today

Seperti yang sudah ada dalam ekspektasiku, Grandma Mag menyambut kedatanganku secara manusiawi. Aku mengatakannya manusiawi, sebab untuk yang pertama kalinya dalam eksistensiku, dia menyunggingkan senyum ramah. Padaku. Bisa kau bayangkan itu? Seorang Magdalena Bieber memberikan senyum padaku. Di depan seluruh tamunya yang datang ke Benevento.

Aku menikmati suasana kali ini. Melihat lalu-lalang keluarga besar Bieber yang berkumpul, bersama tamu-tamu penting Grandma Mag. Di samping tangga yang dihiasi oleh kain brokat motif bunga acacia, aku berdiri mengedarkan pandangan. Beberapa dari mereka sempat menyapa dan mengajakku mengobrol. Namun ketika aku sudah sendirian lagi, Grandma Mag berjalan mendekatiku. Bisa kurasakan cairan lambungku naik dengan drastis, membuatku tersedak.

"Well," dia perlu menghembuskan napas panjang—hanya untuk menenangkan dirinya ketika berbicara denganku. Kakiku seperti meleleh di lantai melihat tatapan lekatnya. Bola matanya menelaahku dengan saksama. Ya ampun, apa yang sebenarnya dilakukan nenek ini. Aku menyelipkan rambutku ke belakang, tersenyum rikuh. "Thank you, My dear."

Kau bisa mendengarnya?? Dia menyebutku... my dear? Itu pertama kalinya Grandma Magdalena memanggilku my dear. Ada perasaan senang mendengar panggilannya meskipun aku yakin dia belum bisa sepenuhnya menerimaku. Ini hanya karena dia akan mendapatkan cicit dariku. Seperti yang diinginkannya, seorang anak laki-laki yang bisa menjadi ahli waris keluarga Bieber.

"Happy to hear that," kataku.

Grandma Mag meninggikan gelas di tangannya padaku, lalu melangkah pergi sambil memamerkan senyum lebarnya pada seorang tamu undangan. Kuhembuskan napas panjang, tak lagi memedulikan nenek mertuaku. Bibirku terselip membentuk satu garis lurus.

Ketika mataku berhenti pada satu arah, aku mengubah ekspresiku seketika. Sahabat sekaligus mantan Justin, Alison Johnston, dia ada di sini, tengah berbincang-bincang dengan Justin. Mereka bertukar cerita sambil tertawa. Geez, sudah lama aku tak melihat wanita itu. Kini lihatlah dia. Begitu cantik dan memesona. Rambutnya panjang dengan dress di bawah lutut yang anggun. Aku menggigit bibir bawahku. Kuakui aku paling anti melihat Justin berbicara dengan wanita lain. Meskipun itu adalah sahabatnya. Yang menjadi masalah adalah, wanita itu 'mantan pacar' suamiku. Siapa yang tidak marah? Oh bukan marah, melainkan terbakar api cemburu.

Aku berniat mendekat, namun rasanya tidak baik kalau menjadi orang ke tiga di tengah-tengah perbincangan mereka. Maksudku, hey Mandy, sudahlah. Alison hanyalah masa lalu Justin, oke? Jangan berpikiran macam-macam mengenai dirinya. Lebih baik aku pergi saja dari sana daripada merasakan sesuatu yang tidak enak.

Maka, kuputuskan pergi dari tempat ini, mengamati pemandangan ladang dan rumput segar bisa membantuku rileks. Oke, mari pergi keluar dan lupakan soal Alison.

-oOo-

Justin's Diary Today

Mataku bergerak ke tempat di mana Mandy tadi berdiri. Dia menghilang di balik kerumunan. Namun bisa kulihat rambutnya dari sini; dia berjalan keluar rumah, entah kemana. Perhatianku teralihkan ketika Alison melanjutkan kembali kalimatnya.

"Dia masih sulit dimengerti?" Sebelah alisnya ditarik ke atas.

"Maksudmu, Mandy?"

"Siapa lagi?" Alison menyesap wine di dalam gelas berkaki panjangnya. Dia mengecap satu kali; kebiasaan yang tak pernah hilang darinya.

Confession Of Drama Queen (by Loveyta Chen)Where stories live. Discover now