#28 May, 13th

777 58 0
                                    

Mandy's Diary at Senior Grade


Coba tebak ini hari apa? Haha, Jumat. Seperti biasa, bukan? Bagiku, hari ini seperti hari biasa. Tidak ada yang istimewa. Kecuali saat aku menilik dari balik selimut, kalender di nakas yang angkanya terpampang sangat besar di depan mataku. Angka 13. Angka yang menurut orang sial. Dan kebetulan aku lahir di angka 13 bulan ini, hari ini. Itu artinya ini hari ulang tahunku.

Cubit aku dan sadarkan aku kalau ini hari ulang tahunku. Hari ulang tahunku! Sebenarnya sih tidak menarik. Tapi kalau mengingat-ingat bahwa sekarang kehidupanku sedikit berubah dari upik abu menjadi putri di negeri khayalan, aku jadi semangat untuk menyambut pagiku.

Oh, oh, oh! Jangan lupakan bagian di mana Mom akan mencium pipiku, memberiku kejutan dengan menghadirkan kue dan bernyanyi bersama Dad, Steve, dan Candice. Aku akan menangis kalau mereka masih melakukan tradisi itu, meskipun saat ini aku sudah menginjak usia delapan belas tahun. Tidak terlalu dewasa, kan? Aku masih Little Mandy Mommy-ku.

Kusibak selimut yang menyelubungi badanku bagaikan kepompong, melompat ke bawah meraih sepasang sandal kelinciku, dan segera membanting pintu kamar mandi untuk memulai ritual pagiku. Mandi yang lama, satu jam kalau perlu, karena aku ingin tampil memesona di hari ulang tahunku.

Tidak biasanya. Hari ini aku seperti sedang diterbangkan oleh Zeus dan ditusuk oleh panah Cupid. Tapi rasanya tidak sakit, justru memabukkan. Apalagi kalau bukan jatuh cinta namanya? Jatuh cinta pada seseorang yang sama, sejak kami masih SD. Dan dia sudah menjadi milikku, mencintaiku tanpa syarat, dan tidak ingin kehilangan diriku. Aww... aku yakin Justin memberiku kejutan yang menyenangkan!

Usai mandi, aku bergegas meraih baju-bajuku dengan gerakan gusar. Tidak lupa juga, menyisir rambutku agar tampak lebih rapi dan lembut—juga wangi. Memastikan pula bahwa penampilanku cukup bagus dibawa ke sekolah. Tank top dilapisi jaket denim, celana belel, sepatu converse, rambut digerai, dan tas slempang. Sempurna.

Aku berlarian kecil menuruni dua anak tangga sekaligus untuk menantikan kue ulang tahun dan hadiahku. Namun begitu sampai di meja makan, tidak ada apapun kecuali sarapan, cangkir kopi Dad, Steve yang memainkan PSP di tangannya, Dad yang membaca koran pagi, serta Mom yang meletakkan piring-piring di meja.

Well... mana kueku?

"Morning, Darling!" Dad menyapa seraya menoleh ke belakang melihat kedatanganku.

Untuk sekarang, jangan tanyakan kue ulang tahunmu, Mandy. Jangan banyak berharap. Ya meskipun tanpa kue dan hadiah, setidaknya mereka masih mengingat hari ulang tahunku. Kuharap sih begitu...

"Pagi, semua." Aku memilih untuk duduk diam, menunggu kecupan ulang tahun dari Mom dan ucapan dari mereka—meskipun terkadang Steve justru memberikan sambutan ulang tahunku dengan cara yang menyebalkan.

Aku menunggu. Dari Mom menyodorkan cornflakes serta susu sapi segar ke dalam mangkukku, sampai piring-piring satu per satu bersih. Belum ada yang memberiku ucapan ulang tahun.

What the hell.

Oke, oke, kau sudah besar, Mandy. Kau tidak perlu mendapatkan ucapan selamat ulang tahun tiap tahun, kan?? Tapi bagiku, melewatkan satu hari ulang tahun tanpa ucapan sungguh menjengkelkan.

"Kenapa wajahmu seperti itu, Sayang?" Mom yang sedang mengangkat piringku bertanya skeptis.

Aku mengedikkan bahu acuh. Kubantu dia membereskan perkakas makan di atas meja dan meletakkannya ke dalam tempat cuci piring.

Confession Of Drama Queen (by Loveyta Chen)Where stories live. Discover now