#40 Hallucination

593 45 0
                                    

Justin's Diary Today

"Kau tahu kalau itu tindakan keterlaluan?" teguran Helena mengalihkan perhatianku dari Mandy yang menghilang dari pandanganku.

Aku menolehnya sebentar, melihat Helena yang mengamatiku seakan-akan apa yang kuperbuat baru saja lebih dari keterlaluan. Dia masih menungguku untuk bicara, mempertanggungjawabkan sikapku baru saja pada Mandy. Kuhela napas panjang dan menyusupkan jari-jariku pada rambut.

"Kau tak akan mengerti, Helena."

"Tak akan mengerti apa?" Helena meninggikan nadanya. "Aku juga wanita, sama seperti dia, Justin."

Aku tertawa panjang mendengar kalimatnya, sehingga membuat Helena mengernyitkan dahinya. "Kau seorang lesbian, jadi kau tidak akan mengerti."

Mulut Helena terbuka seketika. "What—"

"Dan kau tidak akan mengerti posisiku saat ini."

Tak memedulikan reaksi berjengitnya, aku meninggalkan Helena sendirian di tempat itu. Wajahnya nyaris seperti dibakar hidup-hidup. Apa yang kukatakan padanya mungkin kelewatan. Tapi dia tidak pernah bisa melihat segala sesuatunya dari sudut pandangku.

Aku mengerang frustrasi, memilih meninggalkan pesta dan pergi entah kemana. Mencari Mandy? Tidak, dia tidak mau berbicara denganku. Semuanya jadi kacau. Sangat kacau!

Aku memang tidak bisa meninggalkannya. Apa yang dikatakan Grandma cukup menyulitkanku saat ini. Membuatku tersudut. Sekarang aku pusing dan tidak dapat berpikir jernih. Mungkin pemandian air panas adalah alternatif lain.

***

Mandy's Diary Today

Aku pikir, selama ini aku yang terlalu berlebihan dan aku menyadari itu. Aku sering bertingkah seperti anak kecil. Tapi kali ini, aku yakin aku melakukan hal benar dan dia yang salah. Mengapa dengan cepat dia berubah sikap seperti itu. Well, secara teknis, perlahan-lahan namun dalam waktu yang drastis. Dia tak pernah menegurku untuk mematikan radio di dalam mobil. Dia tak pernah mengabaikanku ketika bersama teman-temannya. Dia juga tak pernah melanggar janjinya sendiri.

Kuamati tanganku yang terpangku dengan saksama dan menggerakkannya gelisah. Aku baru saja menamparnya. Sepanjang eksistensiku, aku tak pernah menamparnya. Apalagi tamparan yang kuberikan cukup keras. Ah sial, pikiranku kacau. Aku ingin menceburkan diri dan tenggelam di lautan. Lalu mati. Sudah.

"Sssttt."

Aku mendengar suara bisikan seseorang di belakangku, yang membuat tubuhku langsung menegak. Siapa itu?? Lautan ini sepi, tidak ada siapapun sepanjang aku menenangkan diri dengan duduk di batu karang dan merasakan sentuhan ombak pada kakiku. Tapi suasana hatiku yang buruk tidak dapat menerima prasangka-prasangka mengerikan seperti misalnya, ada hantu pantai atau alien yang menggangguku di sini.

Tapi karena penasaran, maka aku menoleh ke belakang, hendak mengusir siapapun yang telah mengganggu waktu sendirianku—tidak peduli jika dia hantu pantai atau alien.

Sebelum mulutku menghamburkan kata-kata makian, aku berjengit kaget melihat George sudah berdiri di belakangku dengan senyuman kecil.

"Selamat malam, Mandy."

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanyaku skeptis, menaikkan sebelah alisku bertanya-tanya. "Kau memata-mataiku?" Ya... apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang terobsesi padaku sejak SMA?

Confession Of Drama Queen (by Loveyta Chen)Kde žijí příběhy. Začni objevovat