#14 New Hair Style

721 54 0
                                    

Mandy's Diary At Senior Grade

Setelah insiden narkoba di dalam lokerku, Mom dan Dad melarangku pergi keluar rumah, meskipun aku dinyatakan negatif dari hasil tes. Ini menyebalkan. Aku dipaksa duduk seharian di dalam rumah, menoton tv, membaca buku, bermain PSP bersama Steve, dan... entahlah, berbicara dengan Justin di telepon. Seperti saat ini, nyaris aku berubah menjadi fosil karena dikurung semalaman oleh orangtuaku. Aku sudah menjelaskan-bahkan memberikan hasil tes itu-pada mereka bahwa aku tidak terlibat! Ini hanya pemfitnahan. Mungkin fitnah yang dilakukan oleh penggemar fanatik Justin yang tidak suka denganku. Aku curiga ini ulah Rebekah, Billy, April, atau antek-antek mereka. Kalau bukan mereka siapa lagi??

Bibirku mengerucut miring dihadapkan oleh buku tulis. Aku bosan! Rasanya aku ingin keluar untuk pergi, berjalan-jalan melepas penat. Candice tidak menghubungiku sama sekali. Kemana dia? Ini tidak seperti biasanya dia tak menjamah ponselnya, bahkan mengabaikan sms beserta panggilanku. Apakah dia tidak tahu aku terlibat kasus?

Baru memikirkan rambut pirangnya yang menyembul di dalam kepalaku, seseorang nyelonong masuk dan terisak-isak menghampiriku. Keningku berkerut bingung mendapati Candice yang menangis tersedu-sedu, membuatku beranjak berdiri dan bertanya apa yang terjadi sampai dia menangis seperti itu.

"Candice, ada apa denganmu?" tanyaku sedikit panik.

Dia memelukku, membenamkan wajahnya di depan dadaku dan berulang kali mengatakan maaf. Kedua alisku tertaut menjadi satu karena bingung. Kuusap punggungnya menenangkan, lantas menariknya dari pelukanku, memaksa agar dia menjelaskan sedetail-detailnya padaku apa yang menyebabkannya menangis seperti ini.

"Tell me, what's going on?" kusentak kedua bahunya, memaksanya berbicara, namun yang terdengar dari mulutnya hanya suara isak tangis.

Candice menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Aku mendengar kalau kau hampir kena detensi gara-gara ada narkoba di dalam lokermu..."

Aku mendesah pelan. "Kau menangis karena mengkhawatirkanku?" Jangan katakan tidak, sebab itu adalah alasan terbodoh yang pernah ada.

Dia menggelengkan kepala menyangkal asumsiku. Bibirnya ditekuk muram sementara air mata sudah menggantung di dagunya. Kepalanya ditundukkan sebentar, sebelum ditengadahkan lagi melihatku dari balik mata abu-abunya yang berair.

"Aku tidak menyangka," katanya di tengah isak tangisnya. "Justin bilang pelakunya adalah Trey. Dia yang memasukkan barang itu ke dalam lokermu, Mandy."

WHAT THE FUCK?

Bibirku spontanitas terbuka lebar, kaget mendengar rentetan kalimat yang baru saja dikeluarkan Candice. Mataku membelalak tak percaya pada apa yang kudengar. Bahkan lidahku seperti dipaku, membuatnya kelu dan menghilangkan fungsi berbicaraku. Trey? Trey Clarke? Mengapa dia tega melakukan itu?!

"Bagaimana mungkin?" aku berseru lebih lantang. "Dan... mengapa Justin tidak mengatakannya padaku?!"

Candice menggelengkan kepala muram. "Mungkin tidak mau membuat kau marah dan akhirnya bermusuhan dengan Trey. Dia mendapatkan kunci lokermu dari Justin. Lebih tepatnya, mencurinya, dan meletakkan barang itu ke dalam lokermu karena takut ketahuan."

Aku memegang kepalaku nyaris gila. Kususpkan jari-jemariku pada rambut, bertolak pinggang sambil mondar-mandir seperti penggosok baju. Wajahku memucat tiba-tiba. Ini di luar ekspektasiku... Aku dan Trey bahkan tak pernah terlibat masalah sebelumnya!

Confession Of Drama Queen (by Loveyta Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang