#31 Royal Balls

670 57 0
                                    

Mandy's Diary Today

"Oww!" aku mengerang kesakitan merasakan pergelangan kakiku yang terkilir. Di depan sana, sudah tak kulihat Justin. Dia menghilang, sedangkan aku masih duduk tersimpuh sambil mengerang kesakitan.

"Mands!" dari arah belakang aku mendengar suara Candice. Langkah kaki gaduhnya berderap mengema di sepanjang koridor gedung. Begitu sampai di tempatku, dia membantuku berdiri tertatih. Aku menumpu keseimbanganku dengan mencengkeram bahunya, dan mendesis kesakitan sekali lagi.

"Aku tidak apa," kataku, mencoba meredakan kepanikan Candice.

"Tidak apa bagaimana?! Sudah, jangan banyak bicara dan ikut aku!" Candice menoleh ke belakang. "Nik! Bantu aku membawanya pergi dari sini!"

Nik yang muncul dari dalam ballroom segera melesat menghampiri kami. Dia meletakkan tanganku di sekitar pundaknya untuk membantuku berjalan. Sialnya, kakiku yang terkilir tidak sanggup digerakkan untuk berjalan. Mau tak mau Nik mengakali dengan menggendongku sementara Candice menggigit buku-buku jarinya lantaran panik.

Nik meletakkan aku di jok belakang secara hati-hati. Tidak ingin meninggalkanku, Candice memilih untuk duduk di sebelahku selama Nik menyetir membawa mobilnya pergi. Aku tak banyak bicara selain mengerang merasakan sakit di pergelangan kakiku. Candice membantuku meregangkan kakiku. Tak henti-hentinya dia mengetukkan jarinya pada layar ponsel. Sesekali mengumpat karena tak mendapatkan respon.

"Ponsel Justin mati," katanya dengan nada alegro. "Aku sudah mengirim pesan suara. Kalau dia tidak peduli dengan keadaanmu, I swear to the God I'll kick his ass."

"I'm fine," bisikku.

"You're not fine! Look at your face!" nada Candice naik tiga oktaf, membuat Nik yang fokus mengemudi mengalihkan perhatiannya pada rearview. Menghela napas pendek, Candice memandangku. "I just don't want something worse comes to you. I love you, Mandy."

Entah mengapa, aku ingin tertawa melihat ekspresinya saat ini, meskipun ini bukan waktu yang tepat untuk tertawa. "Don't be dramatic."

"Oh, Mandy. Aku tidak sedang mendrama." Bola matanya terputar ke atas. "Aku benar-benar panik sekarang, oke? Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk pada janinmu? Itu tidak lucu."

Aku terdiam. Terjadi kesenyapan panjang di dalam mobil ini selama mobil Nik melaju—entah kemana. Tanpa membalas kalimat Candice, aku meraihnya ke dalam pelukanku. Dia membalas pelukanku erat, mendesah frustrasi. Setidaknya pelukan sahabatku saat ini sukses membuat perasaanku tenang. Aku tidak mengerti apa yang kini kurasakan. Semuanya terasa hambar dan abu-abu.

***

"Tidak ada cidera serius kecuali pergelangan kakimu yang terkilir."

Mendengar pernyataan dokter Oliver, aku bisa menghela napas lega. Dokter pria yang masih muda itu melimbai pergi untuk mencatat laporan kesehatanku. Candice membantuku turun dari bangkar perlahan-lahan dengan memegangi tanganku. Sebelum kakiku sampai di lantai, aku mendengar bunyi pintu dijeblak kasar diikuti eksistensi Justin yang menghambur masuk ke dalam. Tatapan matanya terlihat begitu panik. Tapi aku masih marah atas sikapnya tadi, jadi aku memilih untuk diam.

"Mandy," dia memanggil namaku, mendekat tanpa mengubah ekspresinya. Di depan, Candice sudah meliriknya ketus. Namun dia memberi waktu pada kami untuk berbicara dengan melenggang pergi meninggalkan kami berdua di tempat ini.

Confession Of Drama Queen (by Loveyta Chen)Where stories live. Discover now