sepuluh

23.1K 1.6K 18
                                    

Yang mau baca cepat bisa di karyakarsa juga ya. Udah bab 29 di sana gaess

" Wah mobil nya bagus sekali, Non." Pak Mamat tidak bisa menyembunyikan raut kagum nya menatap mobil Cia yang baru sampai.

" Hehe,. Mobil ini pemberian Almarhum Papa saya, Pak. Maka nya saya minta Om Sam buat kirim ke sini. Saya nggak bisa menjual nya, Pak. Karena ini hadiah dari Papa. Pak Mamat bisa bawa mobil?"

Pak Mamat tertunduk lesu. " Saya tidak bisa, Non. Mobil saja tidak punya. Bagaimana cara nya saya bisa mengendarai nya."

" Mau saya ajarkan, Pak?"

" Ha. Jangan Non. Saya takut bawa mobil sebagus ini. Takut nanti nabrak. Rusak mobil nya, Non."

Cia tertawa melihat raut wajah Pak Mamat.

" Bawa motor Pak Mamat bisa?"

" Kalau motor saya bisa, Non." Ada nada bangga yang terdengar dalam suara Pak Mamat.

" Saya berencana mau beli motor, Pak. Biar lebih mudah dan terjangkau kalau mau pergi."

" Oh Non Cia mau beli motor? Berarti Non harus ke kota lagi. Toko nya cuma ada di sana kalau yang terdekat."

Cia mengangguk. " Iya, Pak."

" Nanti kita berdua yang pergi ya, Pak. Sama Buk Titin juga boleh. Nanti naik mobil ini kita pergi. Temani saya, Pak!"

" Boleh, Non. Bilang saja kapan mau pergi nya nanti, Non. Memang lebih mudah sih pakai motor di sini. Apalagi mobil Non bagus. Kasian Mobil nya Non dengan keadaan jalan kampung kita yang banyak berlobang dan tergenang air seperti ini."

" Nggak Papa lah, Pak. Lagian mobil nya tinggi Pak. Nggak ceper. Sekalian kita nanti beli bahan bunga Pak."

" Lho bukan nya Non pergi nya sama Bang Jangkar ya?"

" Nggak deh, Pak. Saya nggak mau ngerepotin beliau lagi. Lagian sekarang mobil saya sudah sampai. Jadi kita bisa pergi naik mobil saya saja, Pak. Nanti bisa kita tanya-tanya di kota di mana tempat nya."

Pak Mamat mengangguk. " Kalau begitu kata Non Cia. Saya mah ngikut saja, Non."

" Iya, Pak. Lebih baik begitu."

Cia kemudian meninggalkan Pak Mamat dan menghampiri para pekerja di rumah nya.

" Hampir rampung ya, Pak. Seperti nya hari ini selesai pengerjaan nya, Pak?"

Pak Sunu yang berada dekat dengan Cia langsung merespon. " Seperti nya selesai, Non."

Cia mengangguk puas. " Bagus, Pak. Rumah ini terlihat lebih hidup dan bercahaya sekarang. Apalagi dengan cat nya yang sudah di ganti. Menjadi terang dan enak di pandang mata. Bagaimana menurut Bapak?"

Cia menatap Pak Sunu menunggu jawaban. Ia ingin tahu bagaimana penilaian orang kampung ini terhadap rumah nya.

" Saya setuju dengan apa yang Non katakan barusan. Rumah ini  tampak lebih hidup dari yang sebelum nya. Jauh lebih bersih juga. Apalagi sekarang halaman nya juga ada kolam air mancur nya. Semakin menambaj keindahan rumah ini di pandang dari luar, Non."

Cia tersenyum. " Tetapi ada yang kirang saya rasa, Non."

Cia menoleh. " Apa Pak?"

" Saya rasa rumah ini akan lebih bagus lagi kalau ada bunga sebagi penghias."

Nah kan!

Cia mengangguk. " Rencana  nya memang begitu, Pak."

" Oh bagus kalau begitu, Non. Saya jamin rumah ini tidak ada tandingan nya kalau di kampung ini."

"Bisa saja, Pak." Cia sedikit tidak enak dengan dengan penuturan Pak Sunu barusan. Ia bukan termasuk orang yang suka pamer harta atau sebagai macam nya. Ia hanya ia di lihat sebagaimana manusia biasa saja termasuk apa yang di punya nya.

*****

" Non, ini banyak sekali. Kami jadi segan kalau menerima sebanyak ini."

Para tukang itu menatap tak percaya dengan gaji mereka yang di berikan Cia.

" Tidak Papa, Bapak semua. Ambil saja. Anggap itu sebagai bonus buat Bapak semua karena sudah membuat rumah ini menjadi hidup lagi dengan hasil karya Bapak."

" Tapi, Ini banyak sekali, Non." Para pekerja itu saling bertatapan satu sama lain. Mereka sedang duduk bersama dan berhadapan dengan Cia.

Cia tersenyum tulus. " Saya memberikan nya ikhlas. Terima  saja, Pak! Ini juga ada sedikit makanan. Masing-masing dapat satu. Bisa berbagi dengan kekuarga di rumah. Ini saya yang masak sendiri. Semoga suka!"

Para tukang itu tidak bisa menyembunyikan rasa haru dan terima kasih nya kepada Cia.mereka sangat beruntung sekali bisa bekerja untuk orang seperti Cia yang dermawan.

" Terima kasih banyak Non Cia." Satu per satu dari mereka mengucapkan terima kasih. Cia tersenyum dengan hati senang.

*****
Dari mulut ke mulut terjadi lah gosip hangat tentang seorang Cia. Cucu keluarga Darma yang terkenal dengan kebaikan dan ke dermawanan nya.

"Jadi, Pak Sunu kemaren bekerja di rumah nya Keluarga Darma itu?"

Pak Sunu mengangguk. " Iya."

" Gimana sama cucu Pak Darma itu? Benar dia orang nya baik?"

Pak Sunu mematikan rokok nya yang sudah tinggal sedikit saja. Seakan menerawang kembali bagaimana pertemuan nya dengan cuci Pak Darma.

" Saya bekerja di sana tiga hari sama teman yang lain. Kami di beri sepuluh kali lipat dari yang biasa nya. Bisa lah untuk menghidupi keluargaku selama tiga bulan. Masing-masing kami mendapatkan bagian yang sama. Pulang nya kami juga di kasih makanan yang di masak beliau sendiri. Masakan nya benar-benar enak. Sampai sekarang lidah saya masih mampu merasakan rasa nya. Jadi dari cerita saya bagaimana pendapat kalian?"

Zaki, Supra dan Rahmad sontak menatap Jangkar.

Jangkar menaikkan alis nya ketika mereka serentak menatap nya.

" Menurut Bang Jangkar bagaimana?" Tanya Zaki mewakilkan.

" Kenapa tanya saya?"

" Karena penilaian Bang Jangkar itu bisa kami percaya."

Jangkar berdehem sejenak. " Ya, dia baik."

Ketiga nya serempak mengangguk. Pak Sunu tertawa.

" Saya yakin jika seumuran kalian ini kalau bertemu dan berinteraksi dengan Non Cia pasti akan langsung jatuh hati. Tidak ada yang bisa menolak kecantikan dan kebaikan hati beliau."

Jangkar terdiam mendengar perkataan Pak Sunu. Ia seolah kembali di ingatkan bagaimana pertemuan nya dengan gadis itu.

" Saya penasaran dengan cucu Pak Darma ini." Ujar Zaki

" Sama. Saya pengen deh bisa komunikasi sama orang nya langsung," timpal Supra.

" Saya mau deh jadi pacar nya Non Cia itu." Celetuk Rahmad yang langsung mendapat pelototan dan semprotan teman-teman nya. Sedangkan Jangkar ia diam mendengar kelakar teman-teman nya.

" Kalau Bang Jangkar bagaimana?"

" Apanya?" Tanya Jangkar balik

" Yaelahh. Nggak nyimak orang nya. Gitu tuh selalu nggak mau nimbrung kalau udah membahas perempuan." Ujar Zaki.

Jangkar hanya tersenyum tipis. Namun tidak ada yang tahu apa yang baru saja di ucapkan oleh hati nya.

Tbc!
1/02/24

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang