12,13,14

25.1K 1.7K 42
                                    

Di karyakarsa sudah bab 38 ya gaess. ...

Tiga bab sekaliguss nihh

Cia menunggu Jangkar dalam mobil selagi Jangkar menemui pemilik bengkel.

Cia tersentak saat pintu mobil terbuka dan Jangkar kembali duduk di bangku kemudi.

" Bagaimana? Bisa?"

Jangkar mengangguk. " Bisa."

Jangkar mengotak atik ponsel nya dan menempelkan ke telinga.

" Hallo, Zak. Orang bengkel nya sudah saya minta ke sana. Mereka sudaj jalan. Kamu tetap tunggu di situ dan bawa mobil pulang kalau sudah selesai."

" Lho Bos tidak ikut sekalian?"
Tanya Zaki cepat.

Jangkar melirik Cia dengan ujung mata nya. " Tidak. Saya ada urusan sebentar. Ya sudah saya tutup telpon nya." Jangkar langsung mematikan panggilan nya dan kembali menyimpan ponsel dalam saku celana.

" Kamu mau kemana. Biar saya temani!"

Cia melebarkan mata nya. " Bang  Jangkar seriue?"

Cia sedikit menyerongkan badan nya menatap Jangkar.

" Hm," Jangkar kembali menghidupkan mesin mobil.

" Saya sudah bilang kan kalau mau beli bunga hidup?"

Jangkar terdiam. Ia baru ingat sekarang kalau ia berjanji untuk menemani Cia membeli bunga. Harus nya dua hari kemaren mereka pergi. Jangkar benar-benar lupa. Jangkar mencengkram setir mobil.

" Maaf. Saya lupa kalau ada janji menemani kamu."

Cia menarik sudut bibir nya. " Tidak masalah. Sebenarnya saya juga tidak mau merepotkan Bang  Jangkar maka nya saya berangkat sendiri. Tadi nya mau di temani sama Buk Titin dan Pak Mamat tetapi mereka tidak bisa karena ada urusan."

Jangkar menghela nafas. Ia benar-benar lupa. Jangkar akhirnya mengangguk. Jangkar membelokkan mobil nya saat di persimpangan.

" Eh nggak tau nya saya tetap di temani Bang Jangkar juga akhirnya." Lanjut Cia tertawa lirih.

Jangkar menarik bibir tersenyum tipis mendengar suara tawa Cia. Tidak ada nada kecewa atau pun kesal karena janji yang di lupakan Jangkar.

" Ya. Tidak ada yang tahu rencana Tuhan." Sahut Jangkar pelan. Namun sayang, Cia tidak mendengar ucapan Jangkar barusan.

Mobil berhenti di sebuah toko Bunga. Cia menatap keluar dengan tatapan berbinar melihat banyak nya bunga hidup yang bermekaran dan menggantung.

" Di sini?"

" Ya,"

Cia segera mengambil tas dan keluar dari mobil. Ia sudah tidak sabar memilih bunga-bunga di sini.

Jangkar menyusul Cia di belakang.

" Bunga nya banyak sekali jenis nya di sini, Bang. Lihat bahkan ada yang sudah berbunga dan bermekaran." Tunjuk Cia. Jangkar hanya terfokus menatap wajah Cia yang tampak bersinar.

" Ada yang bisa saya bantu?" Jangkar tersadar. Ia tiba-tiba beristighfar dalam hati.

" Oh ini saya mau beli bunga. Ibuk pemilik toko ini?"

" Ya. Saya sendiri. Ibuk mau membeli bunga apa?"

" Apa bisa saya lihat-lihat dahulu?"

" Oh boleh. Boleh. Silahkan!"

Cia mengangguk. Lalu menghadap Jangkar.

" Bang Jangkar mau temani saya memilih?"

Jangkar tiba-tiba gugup lalu berdehem. " Saya tidak tahu apa-apa tentang Bunga."

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang