19

20.3K 1.5K 15
                                    

Cia bersama Dewi keponakan Pak Buk Titin pergi ke lapangan menghadiri acara kelurahan.

Saat mereka sampai acara sudah setengah berjalan. Cia tidak menyangka kalau acara nya sangat ramai. Bahkan ada semacam hiburan juga. Di sepanjang tepi lapangan banyak stand yang berdiri.

Ini lah surga dunia yang di cari Cia. Makanan yang berjejer dan berbagai macam aneka jajanan.

Tujuan utama Cia juga untuk mencari makanan enak ke sini.

" Ramai juga ya acara nya. Saya nggak nyangka loh. Ada hiburan menyanyi juga. Pantesan suara nya terdengar sampe ke rumah. Speaker nya saja sebesar itu." Ujar Cia menatap sekeliling nya memperhatikan.

" Iya, Non."

" Mbak. Sudah berapa kali saya bilang. Kamu panggil Mbak saja."

Dewi menyengir. " Suka lupa saya, Mbak."

Cia menggeleng heran. " Awas kalau panggil Non lagi. Apalagi dekat orang ramai begini." Ancam Cia dengan nada bercanda. Dewi mengangguk cepat.

" Ayo kita langsung ke stand saja. Tujuan kesini kan mau cari makan. Kita bungkus trus pulang."

" Oke, Mbak. Saya ngikut aja."

" Let's go!" ujar Cia dengan wajah sumringah.

Cia menatap jajanan dan beraneka macam makanan yang di pajang di setiap Stand.

" Eh Non Cia, datang ke sini juga?"

Cia mendongak dan menatap Buk Min sedang berjualan.

" Loh Buk Min jualan di sini juga?"

Buk Min tampak tersenyum malu. " Iya, Non. Buat nambah uang jajan anak-anak ke sekolah, Non. Non Cia baru datang?"

Cia mengangguk. " Iya Buk. Baru aja nyampe."

" Sini duduk dulu di sini, Non!" Buk Min mengangsurkan kursi di dalam stand warung nya.

Cia menatap Dewi. " Gimana? Kita duduk dulu Wi?"

" Boleh, Mbak. Istirahat sebentar kita di sini."

Cia masuk ke dalam stand milik Buk Min. Cia dan Dewi duduk di kursi yang telah di sediakan.

" Buk Min jualan apa nih?"

" Ini Non. Ada kelapa muda, teris jajanan kecil-kecilan begini saja, Non. Non Cia mau kelapa muda?"

" Boleh deh, Buk. Dua ya Buk."

" Siap, Non."

Buk Min segera membuka kelapa muda untuk Ciara.

" Buk Min, buka jam berapa jualan nya?"

" Sejak Pagi, Non. Sampe nanti malam. Baru tutup. Non Cia nanti malam ke sini lagi aja. Biasa nya kalau acara begini pasti malam-malam nya selalu ramai dan lapangan ini penuh, Non. Nanti malam juga ada acara lelang panggang ayam, Non."

" Oh ya?"

Buk Min mengangguk. " Biasa nya memang begitu, Non. Nanti uang lelang ayam nya akan di gunakan untuk kepentingan umum."

" Boleh tuh. Nanti deh kita ke sini lagi nanti malam. Gimana Wi?"

Dewi tersenyum lebar. " Oke, Mbak. Siap."

" Kok kamu kayak nya bahagia sekali kalau pergi nanti malam?" Cia menatap curiga."

" Jangan-jangan Dewi mau ketemu pacar nya, Non." Celetuk Buk Min sembari menaruh kelapa muda di atas meja.

Dewi gelagapan. " Nggak ya. Buk Min ini deh. Saya kan nggak punya pacar, Buk Min."

" Ah serius kamu?"

" Beneran Buk Min. Masa saya bohong sih. Nggak ada yang mau sama saya Buk Min. Cuma tamatan sd begini siapa yang mau coba?"

" Loh kamu nggak tamat sd, Wi?" Tanya Cia dengan nada tak percaya. Dewi mengangguk.

" Iya, Mbak. Nggak ada biaya. Bapak sama Ibuk nggak punya uang. Sedangkan adek-adek saya ada tiga orang, Mbak. Ya sudah saya berhenti dan bantu Ibuk sama Bapak."

Cia sedih mendengar penjelasan Dewi.

" Di kampung ini, banyak anak gadis seumuran si Dewi ini yang berhenti sekolah, Non. Ya itu tadi alasan nya terkendala biaya. Maklum kah di kampung ini kerja mengupah ke kebun orang.  Gaji nya pas buat makan sehari-hari saja, Non."

Cia mengangguk paham. Betapa beruntung nya ia yang bisa mengenyam pendidikan sampai kuliah Magister. Dan terkadang Cia masih juga mengeluh. Sedangkan anak-anak di sini banyak yang ingin sekolah namun terkendala sama biaya.

Tiba-tiba segerombolan Ibuk-ibuk datang ke warung Buk Min dengan heboh.

" Buk Min sudah habis belum jualan nya?"

" Belum. Masih banyak ini. Ayo sini beli daganganku biar cepat habis."

" Nggak ada duit kami."

" Alah gaya an nggak ada duit." Cibir Buk Min.

" Loh Non Cia di sini juga?" Buk Roh mendesak ke depan di antara rombongan nya.

Cia mengangguk. " Iya, Buk. Istirahat sebentar. Kebetulan panas, enak nih sambil minum air kelapa muda."

" Siapa Roh?"

" Eh ini tuh Non Cia. Cucu nya Pak Darma yang punya rumah besar dan mewah itu."

Cia bisa menangkap ekspresi terkejut dari orang-orang tersebut.

" Oh jadi ini toh cucu nya Pak Darma. Salam kenal, Non."

Cia mengangguk. " Salam kenal semua ibuk-ibuk."

Cia menatap Buk Roh lalu menyuruh nya mendekat dan berbisik. Buk Roh tampak sumringah sekali.

" Serius ini, Non?"

" Iya, Buk. Kapan saya nggak serius?"

Buk Roh tampak Malu-malu.

" Terima kasih sebelum nya ya Non."

" Sama-sama, Buk."

Buk Roh kemudian menatap teman-teman nya.

" Dengar- dengar dulu. Ada berita bahagia nih. Kita semua di traktir sama Non Cia. Bisa belanja sepuas nya di sini. Nanti Non Cia yang bayar."

" Ha?? Beneran ini Roh?"

Buk Roh mengangguk. Cia mengulum senyum. " Beneran. Ayo atuhh. Silahkan jajan sepuas nya."

" Yeeeyyy....," mereka semua bersorak bahagia sehingga mendapat perhatian darinorang lain.

" Terima kasih banyak Non Cia. Kami benar-benar senang kalau di traktir begini. Bisa makan gratis!"

" Sama-sama, Buk. Silahkan. Jangan malu-malu. Santai saja." Ujar Cia ikut bahagia.

Dewi mendekat dan berbisik. " Senang banget para Ibuk-ibuk itu, Mbak."

" Nggak papa, Wi. Saya juga ikut senang."

" Baik banget, Mbak Cia mah."

" Saya sedikit ada uang lebih. Maka nya saya mau berbagi sedikit, Wi. Melihat mereka sebahagia itu saya juga ikut senang, Wi."

" Iya, Non."

Cia menatap rombongan Ibuk-ibuk itu yang pada heboh. Buk Min sampai kewalahan mengambilkan pesanan mereka.  Suara kiri kanan depan belakang saling bersahutan mengerubungi Buk Min. Cia tampak tertawa lepas. Ia benar-benar senang sekali hari ini.

Tbc!
19/02/24

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang