51

13.4K 1K 10
                                    

Jangkar mengantar Cia ke puskesmas untuk kontrol kaki nya. Mereka pergi dengan mobil. Jangkar tidak mau membawa motor dengan keadaan istri nya begitu.

Sampai di puskesmas dokter langsung memeriksa kaki Cia. Dokter membuka perban.

"Lebam nya udah menyusut ya. Tinggal pemulihan luka jahit nya saja berarti." ujar Dokter Arhan.

"Nyeri nya masih terasa?"

"Masih, dok." Dokter mengangguk. "Saya akan meresepkan obat nyeri. Ibu sudah bisa jalan pelan-pelan dan gerakin kaki nya biar tidak kaku."

"Baik, dok."

"Ini luka jahitan nya sudah hampir kering. Yang penting jangan sampai kena air dulu nanti bisa basah lagi luka nya. Tunggu kering baru boleh kena air ya Bu."

"Baik, Dok."

"Ini resep obat nya, bisa di tebus di apotik."

"Terima kasih, Dok. Kalau begitu kami pamit dulu, Dok." Jangkar mengambil resep yang di berikan dokter.

"Ya, sama-sama Bang Jangkar. Semoga cepat sembuh Bu Cia."

"Terima kasih banyak dokter." ucap Cia yang di angguki oleh dokter Arhan.

Setelah nya mereka pergi ke apotik. Masih dalam lingkup puskesmas. Jangkar dan Cia menunggu selama lima menit untuk mendapatkan obat karena mengantri.

Setelah urusan di rumah sakit selesai mereka memutuskan untuk pulang.

Dalam perjalanan tiba-tiba Cia ingin makan sate madura yang ada di padang. Jangkar menatap Cia heran.

"Harus sate madura?"

"Hm," Cia mengangguk. "Yang waktu itu kita pernah makan di sana waktu Abang bawa Cia ke Padang. Ingat nggak?"

Jangkar langsung mengangguk.

"Yaudah. Kita pulang dulu. Siap-siap."

"Nggak mau. Kita langsung berangkat aja."

Lagi lagi Jangkar menatap Cia kembali.

"Sayang yakin? Kita ganti baju dulu gitu. Pamit sama Buk Titin dan Pak Mamat dulu. Nanti mereka nyariin kita."

"Pamit di gerbang aja. Pak Mamat kan stay di sana. Nggak usah mampir ke rumah dulu. Abang bawa uang kan?"

"Uang cash nya nggak banyak. Tapi di ATM ada. Kenapa? Sayang ada yang mau di beli?"

Cia mengangguk tersenyum lebar. "Mau Shopping."

Jangkar tertawa. "Boleh. Nanti kita ambil uang di ATM dulu." Jangkar mengusap rambut Cia sebelum fokus ke jalanan lagi.

"Oke Abang,"

Jangkar membunyikan klakson saat sampai di gerbang. Pak Mamat tampak tergopoh membuka gerbang. Ia menyangka kalau Mobil akan masuk ke dalam. Cia memanggil Pak Mamat menyuruh untuk mendekat.

"Kenapa Non?"

"Begini Pak. Kami mau ke padang. Kemungkinan nanti kalau nggak pulang kami nginap ya."

"Oh begitu. Baik, Non. Hati-hati di jalan."

Cia mengangguk. "Titip rumah ya, Pak!"

"Siap Non."

"Kita berangkat Pak Mamat!"

"Ya. Hati-hati Bang Jangkar dan Non Cia."

Jangkar kembali melanjutkan perjalanan. Ia menoleh menatap Cia yang tampak berseri wajah nya.

"Serius kita nginap sayang?"

"Iya. Abang pasti capek kan bawa mobil nanti. Yaudah kita nginap aja."

"Kaki sayang masih sakit loh."

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang