53

7.6K 660 4
                                    

Dua minggu setelah kejadian pertengkaran Cia dan Sinta. Sejak saat itu pula mereka tidak ada bertemu. Kaki Cia pun sudah sembuh dan bisa berjalan seperti semula.

Jangkar akhir-akhir ini semakin sibuk. Sering pergi ke kota mengantar hasil panen subuh hari di temani sama Zaki seperti biasa nya.

"Sayang ayo bangun. Abang harus ke pasar kota pagi ini."

Cia menggeliat. Selimut yang di gunakan nya melorot sehingga menampilkan bahu telanjang nya.

Jangkar pun tidak melewatkan kesempatan untuk mengecup bahu Cia.

"Eeuughh," Cia menguap dan mengucek mata.

"Bangun sayang. Kita mandi ya!"

"Ngantuk Abang," jawab Cia serak dengan mata masih tertutup.

"Iya nanti seger habis mandi. Ayo temani Abang. Nanti Abang telat ke pasar kota. Kasian Zaki udah menunggu nanti. Abang juga nggak tega membiarkan sayang dalam keadaan begini Abang tinggal."

"Hm, gendong!" pinta Cia manja. Jangkar mengecup bibir Cia gemas. Ia segera menggendong tubuh Cia ke kamar mandi.

Sampai di kamar mandi Jangkar dan Cia murni mandi setelah menghabiskan malam bergairah mereka.

Selesai mandi Jangkar kembali menggendong Cia dan mendudukkan nya di atas kasur.

"Ara aja yang ambil pakaian nya Abang."

Jangkar mengangguk. "Terima kasih sayang."

Cia segera mengambil celana panjang dan kaos yang akan di gunakan Jangkar. Cia juga segera memakai daster andalan nya.

Cia segera mengambil jaket Jangkar yang baru dan memasangkan nya ke tubuh sang suami.

"Abang harus pakai jaket biar nggak kedinginan. Semalam habis hujan juga kan."

"Iya sayangku."

Cia segera mengambil sisir dan membantu Jangkar memakai kan gel rambut. Selesai urusan rambut lanjut menyemprotkan parfum.

"Abang merasa ganteng dan rapi sekali. Padahal mau pergi ke pasar kota membawa hasil panen. Pasti nanti bakal kotor angkut-angkut barang."

"Nanti suruh Zaki aja. Abang cukup diam."

"Nggak mungkin lah sayang. Kasian si Zaki nya nanti."

Cia terkekeh. "Yaudah nggak Papa. Yang penting pas pergi rapi. Kalau pulang nya udah semrawutan itu tanda nya Abang memang bekerja." ujar Cia tertawa mengalungkan tangan nya di leher Jangkar.

Jangkar mendekap pinggang istri nya dan mencium rakus bibir Cia sebelum keluar kamar.

"Sekarang tenaga Abang udah full. Abang berangkat ya sayang. Kalau mau lanjut tidur nggak papa. Lagian masih subuh banget. Yang penting mandi nya udah."

Jangkar mengusap bibir bengkak  Cia yang mengkilap karena ulah nya.

"Ara anter ke depan ya!"

Pake kardigan nya dulu. Nanti di depan ada Pak Mamat sama Zaki. Abang nggak rela mereka melihat tubuh sayang."

Cia mengangguk. Ia segera menyambar kardigan di atas sofa dan langsung memakai nya.

"Udah,"

Jangkar melingkarkan tangan nya di pinggul Cia keluar kamar.

"Kayak nya Zaki udah datang sayang. Itu bunyi suara nya." ujar Jangkar.

Ternyata memang benar. Zaki sedang berbincang dengan Pak Mamat.

"Sudah lama datang nya Zak?"

Zaki menoleh dan langsung berdiri. "Sekitar kima belas menitan lah Bang." Zaki mengulum senyum melihat Jangkar dan Cia. Mata nya tertuju kepada rambut kedua nya yang basah.

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang