27

20.2K 1.3K 21
                                    

Sepanjang perjalanan Cia diam. Jangkar menghela nafasnya. Tangan tetap memutar setir mobil dan fokus. Namun lama-lama diam-diam bersama Cia membuat nya tidak betah.

"Kenapa diam?"
Jangkar memecah keheningan di antara mereka.

Cia yang semula menatap keluar berpaling.

"Tidak mau cerita mengenai masalah tadi?"

Cia tersenyum miring. "Boleh bertanya sesuatu Bang?"

"Boleh. Mau nanya apa?" Jangkar menoleh ke samping. Cia masih betah dengan mata nya fokus ke depan.

"Apa benar Abang sudah bertunangan dengan Sinta?"

Cccckiitttt!!!

Bunyi gesekan aspal dan ban mobil terdengar berdecit.

"Aaawwwww," Cia hampir saja terdorong ke depan jika tidak di halangi oleh tangan Jangkar.

"Siapa yang bilang begitu?" Jangkar langsung menatap Cia.

"Sinta."

Jangkar menggeram. Tangan nya mencengkram erat kemudi.

Jangkar menatap Cia lekat. "Dengar Ara! Abang nggak pernah dan tidak akan bertunangan dengan Sinta."

"Katanya Abang di jodohkan sama dia."

Jangkar menggeleng cepat.

"Tidak. Jangan pernah dengarkan. Seperti nya Abang harus bicara dengan Sinta biar nggak ngomong ngawur dan asal-asalan lagi. Ini yang Abang tidak suka sama dia sejak dulu." Jangkar membuang nafas pelan.

"Ke depan nya kalau Sinta ngomong apa-apa jangan pernah di dengarkan. Dia itu suka sekali membual. Ara paham?"

Cia mengangguk. "Abang jangan ngomong sama Sinta. Ara nggak mau kalau Abang ketemu sama Sinta itu. Pikiran nya itu nggak beres."

Jangkar mengangkat alis nya. "Cemburu?"

"Nggak ya. Siapa yang cemburu." balas Cia cepat. Jangkar pun terkekeh.

"Kita lanjut jalan?"

"Iya,"

Jangkar kembali menghidupkan mesin mobil dan menjalankan mobil nya dengan pelan.

"Abang jangan bilang-bilang kalau kita udah pacaran ya?"

"Kenapa?"

"Ara belum siap dapat perhatian publik alias para warga. Apalagi yang suka bergosip. Ara yakin besok aja Ara akan di gosipin masalah pertengkaran sama Sinta tadi."

"Abang akan berusaha melindungi pacar Abang ini."

Cia tersenyum hangat. "Nggak boleh bohong ya, Bang."

"Iya sayang."
Wajah Cia merona mendapat panggilan sayang lagi dari Jangkar. Menjadi candu tersendiri bagi Cia mendengar panggilan lembut Jangkar barusan.

"Sayang,"

"Hm? Kenapa?" tanya Cia menatap ke samping. Paras Jangkar benar-benar rupawan di lihat dari samping. Apalagi dari depan. Tegas dan aura nya itu berkharisma.

"Abang mau kita pacaran nya nggak usah lama-lama. Bagaimana kalau bulan depan kita menikah?"

Cia jelas terkejut dan Shock

"Abang serius?"

"Abang nggak pernah seserius ini. Abang benar-benar mencari teman hidup. Abang mau kalau pulang kerja sudah ada istri yang menunggu di rumah. Sebelum tidur, ada istri untuk saling bertukar cerita. Ada yang menyiapkan makan Abang. Ada yang akan melayani Abang. Abang mau Ara yang melakukan semua itu. Abang mau Ara yang menjadi istri Abang. Mau sayang?"

Luluh sudah hati Cia mendengar penuturan Jangkar. Tidak ada terdengar nada rayuan sedikit pun. Yang ada suara penuh pengharapan yang terdengar dari mulut Jangkar barusan.

"Ara mau jadi istri Abang."

Jangkar merasa sangat bahagia karena jalan nya di permudah untuk mendapatkan Cia sampai detik ini.

"Walaupun kita baru saling mengenal. Tapi Abang berharap kita saling terbuka komunikasi. Kalau ada  masalah kita bicarakan bersama. Kita cari solusi nya bersama. Jangan ada yang di tutup-tutupi. Saling menjaga kehormatan dan kepercayaan masing-masing pasangan. Itu kunci kesuksesan berumah tangga."

"Iya. Ara akan berusaha menjadi istri yang baik. Menjalankan hak dan kewajiban sebagaimana mesti nya. Tolong tuntun Ara supaya bisa menjadi istri yang baik buat Abang."

"Kita akan sama-sama belajar. Kita jalani dengan sepenuh hati."

Cia tersenyum hangat. Ia mengangguk.

*****

" Eh emang benar kemaren Sinta sama Non Cia bertengkar?"

"Dengar kabar nya begitu. Anakku bilang kalau Sinta melabrak Non Cia lantaran cemburu karena Non Cia pergi bareng Bang Jangkar."

"Oalah, itu anak. Tapi kalau di perhatikan dari cerita ya g beredar Bang Jangkar sering berdua an sama Non Cia ini. Asli nggak sih kalau mereka itu punya hubungan?"

"Entah lah aku pun bingung. Mereka cukup sering pergi ke kota berdua. Kemaren itu ketemu sama si Dylan kan. Nah baru kemaren juga ketemu si Sinta."

"Iya juga sih, ya. Tapi kalau mereka berdua berjodoh aku mah mendukung. Non Cia itu orang nya baik sama ramah juga. Nggak pelit. Bang Jangkar juga orang nya baik. Suka membantu orang-orang seperti kita ini."

"Betul. Aku juga setuju. Di bandingkan si Sinta itu aku lebih setuju sama Non Cia."

****

"Abang, apa Ara bilang sekarang kita sudah jadi bahan gosip di kampung ini. Bahkan tadi Buk Titin juga menanyakan masalah pertengkaran kemaren sama Sinta. Buk Titin tau nya dari para warga juga."

Cia tampak menarik nafas dan membuangnya pelan.

"Sudah. Nggak usah di pikirkan. Biarkan saja mereka mau ngomong apa. Ara, dengarkan Abang ya. Kita nggak bisa menutup mulut orang itu satu per satu. Yang bisa kita lakukan adalah menutup telinga kita sendiri, sayang. Ara cuek aja seperti biasa."

"Tapi kesel. Sinta itu menyebar gosip kalau Ara itu perempuan gatal. Ara nggak terima."

"Terus mau nya gimana. Apa lebih baik kita percepat aja rencana pernikahan kita?"

"Abang serius? Yang ada nanti gosip nya makin menjadi. Yang sekarang aja udah panas begini."

"Maka nya Abang bilang. Jangan di dengarkan. Mereka hanya tau dari si Sinta itu saja. Dari satu pihak saja. Orang-orang memang suka membicarakan masalah orang lain."

"Kesel lah," cemberut Cia malas.

"Udah, jangan kesal lagi. Bawa tenang."

"Iya. Tapi nggak janji nanti kalau ketemu sama Si Sinta itu ya."

"Memang mau ngelakuin apa?"

"Mauku bunuh!" jawab Cia dengan nada bercanda. Jangkar malah terkekeh mendengar nya.

"Sepertinya memang lebih baik kita percepat saja rencana menikah nya. Nanti Abang akan temui Om Sam."

"Serius?"

"Iya."

"Kebetulan Om Sam. Rabu besok mau ke sini. Sekalian saj Abang ketemu sama beliau."

"Oke. Abang siapkan mental dulu deh."

"Aah gegayaan. Mau siap mental segala. Lagian Om Sam. Orang nya baik kok."

"Semoga aja di berikan kelancaran dan kemudahan ya."

"Semoga, Abang."

Cia pun berharap semoga ini langkah yang terbaik yang di pilih nya selama hidup nya ini. Menghabiskan sisa waktu nya bersama orang yang akan menjadi imam nya kelak.

Tbc!3/03/24

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang