22

21.1K 1.5K 32
                                    

Jangkar menarik tangan Cia menuju tepi lapangan. Ia langsung melepas tangan Cia dan berkacak pinggang setelah menghembuskan nafas keras.

" Bang Jangkar."  Ujar Cia lembut. Jangkar langsung berbalik dan menatap Cia dengan wajah keras.

Cia menggigit bibir nya. Pandangan mereka bertemu.

" Kamu nggak papa?"

Cia menatap Jangkar dalam keadaan remang-remang. Ia sudah siap jika jangkar mengomentari dirinya. Namun prediksi nya salah. Jangkar malah menanyakan keadaan dirinya.

" Saya nggak papa. Saya berterima kasih sama Bang Jangkar karena sudah menolong saya."

Jangkar membuang nafas lega. Ia menunduk namun pandangan nya malah melihat rok yang di kenakan Cia hanya sampai selutut.

Jangkar memejamkan mata sembari menggeram.

Menaikkan kepala nya tatapan nya malah jatuh ke bagian dada Cia yang sedikit terbuka karena resleting jaket nya yang turun.

Jangkar beristighfar dalam hati.

" Kamu tidak kedinginan pakai pakaian begini?"

" Ha?"

Jangkar menggigit bibir nya. " Di sini cuaca nya sangat dingin. Apalagi kamu hanya berpakaian seperti ini.

" Saya pakai jaket Bang Jangkar."

Bukan jaket nya saja. Tapi rok kamu. Jerit hati Jangkar.

" Lain kali berpakaian lah yang tertutup."

Cia menganga lalu kepala nya mengangguk. Mungkin Jangkar tidak suka dengan penampilan nya malam ini.

" Kamu sudah selesai?"

Cia mengangguk. " Sudah. Saya sudah beli ayam panggang nya."

" Kalau sudah selesai mending langsung pulang. Malam semakin larut."

" Bang Jangkar tetap di sini?"

Jangkar terdiam. " Saya akan antar kamu pulang!"

Jantung Cia berdegup kencang. Ia gugup. " Tapi saya bawa motor, Bang Jangkar. Saya datang juga bersama Dewi."

" Tidak masalah. Saya akan mengawal kalian dari belakang. Kamu tetap bawa motor dan pulang bersama Dewi."

" Tapi, apa nggak merepotkan?"

" Tidak. Saya lebih tenang jika sudah memastikan kamu pulang dengan selamat."

Cia tidak bisa menghilangkan rasa yang baru saja menghinggapi diri nya apalagi mendengar perkataan Jangkar barusan.

" Maksud Bang Jangkar bagaimana? Saya nggak papa kok pulang sendiri. Tidak perlu di antar."

" Tidak. Saya tetap akan mengantar kamu. Ayo!"

Jangkar sudah berjalan lebih dulu. Cia segera menyusul. Dewi segera menghampiri Cia begitu melihat Cia sudah selesai bicara dengan Jangkar.

" Mbak!"

" Dewi. Ayo kita pulang!"
Ajak Cia.

" Eh tunggu sebentar." Jangkar dan Dewi pun berhenti melangkah. Cia membuka tas dan mengeluarkan beberapa lembar uang merah.

" Dewi kamu anterin duit ini buat ibuk-ibuk tadi. Suruh mereka beli ayam nya dan makan sama-sama ya. Saya tunggu di sini!"

Dewi mengangguk. Jangkar tidak bisa melepaskan pandangan nya kepada Cia.

" Tunggu sebentar ya, Bang!"

Jangkar hanya diam. Ia sudah beberapa kali melihat kebaikan Cia. Masalah uang Cia adalah orang yang tidak pernah perhitungan selama yang di temui nya di dunia ini.

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang