Bab 6

32 3 0
                                    

Selamat membaca 🌼

Di ruangan tamu yang di khususkan untuk wali murid menunggu. Ada seorang wanita sekitar umur empat puluhan. Modis dan bajunya sangat rapih, ia juga menenteng tas berlogo huruf H walaupun KW super yang penting gengsi.

Terdengar namanya dipanggil, si wanita tersebut berjalan masuk ke ruangan yang berplakat kepala sekolah. Di dalamnya sudah ada kepala sekolah dan guru BK (Bimbingan Konseling).

Si wanita tersebut menjabat tangan kedua guru tadi sambil tersenyum dan duduk di kursi yang telah disediakan.

“Terimakasih Ibu Gina sudah berkenan datang ke sekolah” ucap Ibu Eva guru BK.

“Iya Bu, memang ada berita apa ya sampai saya dipanggil seperti ini?” tanya Ibu Gina sopan.

“Jadi begini Bu, ini tentang Denis. Denis sudah dua kali tinggal kelas. ia keseringan bolos dan maaf kami pernah mendapati Denis sedang teler karena ia mabok di belakang gedung sekolah” adu Ibu Eva.

“Ah masa sih, anak saya kayak gitu, Bu. Kalo tidak naik kelas saya tau, tapi mabuk. Sepertinya ia tidak seperti itu” Ibu Gina tidak percaya dan tidak terima jika anaknya dibilang seperti itu.

“Kami ada buktinya, jika Denis anak ibu sering bolos dan sedang mabuk di belakang sekolah” ucap Ibu Eva sambil menyerahkan beberapa foto kepada Ibu Gina.

Ibu Gina melihat satu per satu foto tersebut. memang benar itu anaknya yang sedang teler dan disampingnya ada banyak botol minuman keras.

“Kami ikut perihatin tentang Denis, tapi karena ini sudah kebijakan sekolah. Kami dengan tegas mengeluarkan Denis dari sekolah. Agar murid yang lain tidak tertular perilakunya” ucap Pak Edi kepala sekolah.

Ibu Gina marah serta tidak terima anaknya dikeluarkan seperti ini, “Yah, tidak apa-apa anak saya dikeluarkan seperti ini. Berarti Anda semua yang gagal mendidik anak saya. Lagi pula untuk apa sekolah juga, jika hanya buang-buang uang seperti ini!” ucap Ibu Gina angkuh.

Ibu Eva tidak terima dengan ucapan Ibu Gina, “Ibu memang kami pendidik tapi Ibu juga punya peranan penting didalamnya. Harusnya Ibu lebih memperhatikan Denis. Bagaimana Denis disekolah bukan menyalahkan kami sebagai pendidik” bela Ibu Eva.

“Sudah-sudah, jika Ibu tidak terima Denis dikeluarkan itu hak Ibu. Namun, kami disini pihak sekolah punya andil. Kami tidak mau mempertahankan satu murid yang bermasalah, tapi menumbalkan banyak murid kami yang lain. Jadi saya minta Ibu terima keputusan yang telah sekolah buat untuk anak Ibu” bela Bapak Kepala Sekolah.

Setelah mendengar ucapan Kepala Sekolah, Ibu Gina keluar dari ruangan tersebut. Ia keluar dari pelataran sekolah. Memang benar kata guru tadi, Ia tidak tahu tentang Denis anakya di kelas berapa, temannya siapa.

Namun, untuk apa ia mengetahui itu semua yang ia tahu bagaimana Denis bisa tumbuh dan hidup enak bersamanya. Tidak apa-apa anaknya tidak berpendidikan tinggi yang penting ia masih memiliki harta.

Ibu Gina tiba di rumah, ia melihat Denis sedang main mobile legend di ponselnya di ruang keluarga, “Kamu besok tidak usah sekolah, karena pihak sekolah sudah mengeluarkan kamu.” ucap Ibu Gina lelah.

“Wah enak berarti Ma, aku jadi engga usah capek-capek bangun pagi lagi dong supaya bisa berangkat sekolah” jawab Denis sekenanya sambil fokus ke gamenya.

“Tapi nanti kamu jadi anak yang bodoh, sayang dan ga punya masa depan.”

“Kata siapa, aku ‘kan masih punya mama yang punya usaha yang maju, jadi aku engga usah khawatir, ada mama yang akan kasih aku makan dan semuanya ” ucap Denis bangga.

“Percuma mama ngomong sama kamu, kamu bodoh soalnya. Ya, sudah mama mau ke kamar dulu. mama terlalu pusing ngadepin kamu.”

Gina pun meninggalkan anaknya di ruangan keluarga sendirian. Ia masuk ke kamarnya dan akan bersiap-siap ke tempat usahanya. Namun, ketika ia sedang bersiap-siap. Mbok Jum mengetuk pintu kamarnya karena ada tamu yang sedang menunggunya di ruang tamu.

The Young marriage(Sudah Terbit) Where stories live. Discover now