Bab 27

14 1 0
                                    

Selamat membaca🌼

Rania sudah menunggu di cafe Sun dekat kantor Varo. Ia akan memohon kepada Varo agar bisa membantunya keluar dari masalah yang sedang ia hadapi sekarang.

Selang setengah jam kemudian, Varo tiba di cafe dan duduk di tempat yang sudah di reservasi oleh Rania.

“Hai, Bagaimana kabar kamu ?” tanya Rania ketika Varo baru duduk di kursinya. Tadinya Rania ingin bersalaman dan bercipika cipiki namun, Varo menolaknya.

“Kabar saya sangat baik. Bagaimana kabarmu dan ada apa kamu ingin bertemu dengan saya? tanya Varo dingin.

“Apa harus sedingin itu penyambutan kamu terhadap mantan istri kamu, Varo?” Rania memasang wajah yang memelas.

Varo hanya mengela nafas lelahnya, “Jadi maksud kamu apa ingin bertemu dengan saya? Tidak usah bertele-tele, langsung to the point saja” ujar Varo sambil bersedekap tangan.

“Gimana kalo kita pesan makanan dulu, kamu lapar kan” Rania menyodorkan menu kepada Varo.

Varo mengambil menu yang diberikan Rania. Setelah itu ia memanggil pelayan. Pelayan pun mencatat semua pesanan mereka. Setelah selesai pelayan tersebut meninggalkan meja mereka.

“Varo, kamu banyak berubah ya. Sepertinya efek pasca perceraian kita tidak membuat kamu terpukul.” ucap Rania sedih.

“Manusia memang harus berubah supaya hidup menjadi lebih baik. Kerjaan kamu lancar ‘kan, tapi saya lihat kamu agak chubby pipinya. Kamu senang bercerai dengan saya.” jawab Varo santai.

“Bukan begitu Varo, kamu kok jadi ketus begini sih berbeda dengan yang dulu.” ucap Rania heran.

“Saya ketus. Perasaan kamu aja kali yang sensitif.” tunjuk Varo pada dirinya sendiri

“Varo, sebenarnya aku ingin memberitahukan kepada kamu, bahwa aku sekarang sedang mengandung” ucap Rania lemah.

Varo yang mendengar Rania sedang mengandung sangat kaget sekali. Ternyata Rania bisa mengandung. Ia kira dulu Rania tidak bisa. Ia pun menutupi keterkejutannya itu dengan senyum canggung.

“Wah selamat ya Rania, akhirnya kamu hamil juga” ucap Varo .

“Iya, tapi ini bukan anak kamu” timpal Rania.

“Oh maksud kamu, kamu mau pamer sama saya. Kamu bisa hamil. Memangnya kamu sudah menikah lagi ?” tanya Varo penuh selidik.

Rania pun menggelengkan kepalanya.

“Jadi maksud kamu apa Rania menemui saya?” Varo merasakan aneh sekali dengan sikap Rania. 

“Maksud aku menemui kamu. Aku ingin kamu bertanggung jawab terhadap anak yang aku kandung.” ucap Rania takut.

“Memang kamu hamil anakku?” tanya Varo lagi.

“Tidak , ini bukan anak kamu. Ini adalah anak dari laki-laki lain yang tidak mau bertanggung jawab kepadaku ,Varo.” ucap Rania sedih.

Varo tertawa mengejek, “You are crazy. Saya salut sama kamu. Kamu punya pikiran segila ini dan seberani ini untuk bertemu dengan saya.”

“Aku sudah putus asa , Varo. Karena tidak ada yang menolong aku selain kamu.” mohon Rania yang sudah berurai air mata.

“Hah..Kamu kira saya seputus asa itu Rania tentang anak. Kamu telah menghina saya selama ini dan sekarang kamu menemui saya ketika laki-laki yang menghamili kamu tidak bertanggung jawab. Harusnya kamu mengejer laki-laki itu bukan menemui saya. Kamu takut mengejar laki-laki itu dan ingin memanfaatkan saya. Rania, kita udah dewasa bukan ABG labil, kondom banyak di jual kenapa kamu enggak pake pengaman. Kamu salah alamat jika mencari saya!” tolak Varo.

The Young marriage(Sudah Terbit) Where stories live. Discover now