Bab 34

18 3 6
                                    

Selamat membaca🌼

Susan pagi ini sudah ada di ruangan David pengacara dari Yoga. Ia ingin mengaktifkan kembali black card miliknya. 

“Maaf menunggu Bu Susan, ada yang bisa saya bantu?” tanya David yang sudah duduk di kursinya.

“Enggak usah pake basa basi tolong aktifin lagi black card saya!” jawab Susan sengit.

“Ibu Susan kayaknya belum mendengar isi wasiat dari almarhum Tuan Yoga ya. Sebentar saya bacakan, hak Ibu Susan adalah pertama mendapat jatah per bulan sepuluh juta rupiah, kedua menggunakan kartu kredit dengan limit hanya delapan juta rupiah, ketiga pengawasan penggunaan kartu kredit Ibu Susan akan diawasi oleh kami. ke empat Ibu Susan dan Axel mendapatkan rumah berserta isinya yang ditinggalkan oleh Tuan Yoga” David pun selesai membacakan hak yang diperoleh Susan dan anaknya.

“Saya enggak terima, isi warisan itu pasti akal-akalan kamu saja ‘kan. Enggak mungkin almarhum suami saya begitu kejam kepada saya!” geram Susan.

“Saya hanya menjalani tugas almarhum Tuan Yoga dan mengelola hartanya. Jika Ibu keberatan silahkan Ibu bisa bilang kepada Varo sebagai wali dari Tuan Yoga. Saya hanya menyampaikan isi wasiat beliau. Jika Ibu sudah tidak ada keperluan lagi. Silahkan keluar dari ruangan saya” ujar David tegas.

Susan langsung keluar dari ruangan David. Ia tidak terima dengan semua ini. Apa maksudnya ia hanya mendapat sedikit dari warisan mendiang suaminya. Ia pun langsung menuju kantor Varo untuk meminta pertanggung jawaban.

Susan pun membuka pintu ruangan Varo dengan kasar. Johan sekretaris Varo sudah melarangnya karena Varo sedang ada tamu namun, Susan tidak menggubris sama sekali malah langsung menerobos masuk. Sehingga Varo pun menunda rapat dengan koleganya.

“Ada apa Mbak kesini?” tanya Varo datar.

“Kamu memang brengsek. Kamu dan kakakmu itu sudah merencanakan semuanya ‘kan untuk membuat aku jatuh miskin. Maksud kamu apa!” tunjuk Susan.

“Saya disini adalah adik dari Mas Yoga dan Mbak apa enggak malu sekarang teriak-teriak seperti orang gila. Ketika Mas Yoga dikebumikan, Mbak kemana dan sekarang Mbak mencak-mencak disini!” geram Varo yang sudah hilang kesabaran oleh Susan.

“Kamu pasti tau ‘kan Varo, kalo aku enggak bisa hidup hanya dijatah per bulan hanya sepuluh juta. Itu enggak masuk akal dan satu lagi perusahaan Mas Yoga seharusnya ada milikku di dalamnya. Bukan milik kamu seutuhnya.” bela Susan sengit.

“Mbak, harusnya kamu bersyukur. Mas Yoga masih memikirkan kamu dan Axel. Walaupun kalian berdua tidak mengantarkan ia ke tempat peristirahat terakhirnya. Namun, Mbak lupa ini perusahaan Mama dan Papaku dan Mas Yoga. Tidak ada saham Mbak disini. Jangan suka ngehalu Mbak. Mbak enggak malu. Makanya Mbak kalo jadi istri itu yang taat sama suami jangan selingkuh sama brondong” jawab Varo sengit.

“Pokoknya aku enggak mau tau kamu harus membantuku untuk mengembalikan harta yang menjadi milikku. Kalau tidak, kamu akan menyesal!” ancam Susan kepada Varo.

Varo hanya tertawa mengejek dengan ancaman yang diucapkan oleh Susan, “Aku tinggal laporin Mbak aja ke kantor polisi. Membuat laporan jika Mbak mengancamku dan semua sudah aku rekam di handphoneku percakapan kita tadi” Varo menunjukkan handphone nya kepada Susan.

Setelah itu Susan keluar dari ruangan Varo dengan membanting pintu ruangannya sampai Johan sekretaris dari Varo kaget sekali.

Susan pun langsung pulang ke rumahnya. Kebetulan Axel baru pulang dan ingin mengambil baju dan perlengkapannya. Susan yang melihatnya, menahan Axel untuk duduk dulu bersamanya.

“Mama, mau ngomong sama kamu ?” ucap Susan yang melipat tangan di dadanya.

“Mau ngomong apa ,Ma?” jawab Axel malas.

The Young marriage(Sudah Terbit) Where stories live. Discover now