Bab 22

10 3 5
                                    

Selamat membaca🌼

Alisa turun dari taxi online yang ia pesan ketika ia sudah sampai di depan rumah Ibunya. Sebelum turun ia memberikan ongkos kepada supir taxi tersebut.

Ia melihat Ibunya sedang melayani pembeli yang sedang membeli di warungnya. Ketika pembeli itu meninggalkan warungnya, barulah Alisa menghampiri Ibunya.

“Ibu…” ucap Alisa lemah.

“Lis, kamu naik apa kesini. Ayo masuk ke rumah” ajak Ibu kepada Alisa sambil merangkulnya.

Ketika sudah di dalam, Alisa duduk di sofa ruang tamu. Ibu Diana langsung ke dapur untuk membuatkan teh untuk anaknya.

“Silahkan diminum, Nak” ucap Ibu Diana kepada anaknya.

Namun, Alisa bukan meminum teh yang dibuat oleh Ibunya. Melainkan ia memeluk Ibunya seperti sudah lama sekali tidak bertemu dengan Ibunya.

“Ibu, aku kangen banget sama Ibu” ujar Alisa  menangis.

“Ibu juga kangen banget sama kamu, sudah jangan menangis lagi. Gimana kabar kamu, Nak?” tanya Ibu Diana lembut.

“Aku diusir oleh Denis, Bu. Aku pergi dari rumah itu karena dituduh olehnya. Ia menuduhku mengambil uangnya dan ia juga bilang kepadaku jika aku hanya pembawa sial, Bu. Ia juga ingin menceraikanku jika anak di dalam kandunganku sudah lahir. Aku sangat membenci Denis sampai mati aku membenciya, Bu. Ia menghinaku dengan sangat keterlaluan, seolah-olah aku adalah wanita kotor,Bu” adu Alisa.

Ibu Diana sedih sekali mendengar cerita anaknya. Ia sangat kecewa kepada Denis. Kenapa anaknya di sia-sia kan seperti itu oleh Denis.

“Sudahlah Nak, kamu disini aja sama Ibu. Jika Denis ingin menceraikan kamu, tidak apa-apa. Ibu yang akan bertanggung jawab atas anak kamu. Kamu sudah hebat,Nak. Tidak lari dari tanggung jawab. Ibu bangga sama keberanian kamu. Kamu jangan takut, ada ibu disisi kamu” ucap Ibu menguatkan Alisa.

“Ibu…” Alisa memeluk Ibunya dengan sangat erat sekali, matanya sudah sembab karena kebanyakan menangis.

“Sekarang kamu istirahat di kamar sana. Ibu akan buatin makanan kesukaan kamu. Pasti kamu lapar ‘kan.”

Alisa pun mengangguk, “Iya makasih Ibu, Ibu udah sayang sama aku. Aku kira Ibu membuang aku” ujar Alisa sedih.

“Tidak ada ibu di dunia ini yang membuang anaknya. Karena kita pernah satu tubuh dan satu jiwa. Kamu pernah di dalam rahim ibu. Ibu jaga dengan penuh kasih sayang. Sampai kamu lahir ke dunia ini untuk menerangi hati Ibu. Udah kamu jangan mikir macam-macam ya. Kamu istirahat aja. Nanti kita ngobrol lagi ya.”  

Setelah itu Ibu Diana ke dapur, memasak makanan kesukaan Alisa.

Selang satu jam kemudian masakan telah siap. Ibu Diana memanggil anaknya di kamar. Terlihat Alisa sedang tertidur. Ia pun langsung membangunkan anaknya dan menyuruh Alisa untuk makan siang bersamanya.

Alisa menceritakan semuanya kepada ibunya tidak ada yang ia tutupi. 

“Terus kamu diusir sama seseorang yang menolong kamu?” 

Alisa menganggguk, “ Iya Bu” jawab Alisa lemah.

“Yudah kamu enggak usah pikirin kejadian kemarin, sekarang kamu udah aman. Kamu juga jangan dengerin kata Ibu-Ibu disini. Enggak usah didengerin kalo mulutnya usil. Di senyumin aja ya” pesan Ibu Diana kepada Alisa.

***

Pasca ribut besar dengan Varo. Rania memilih keluar dari rumah dan tinggal di apartementnya. Varo tidak melarangnya sedikitpun. Malah ia lebih sibuk dengan ponselnya.

The Young marriage(Sudah Terbit) Where stories live. Discover now