Bab 8

24 3 0
                                    

Selamat membaca 🌼

Alisa dan Denis sudah resmi menikah. Setelah mereka menikah. Ibu Gina langsung menyewakan sebuah kontrakan untuk tempat tinggal mereka. Tujuannya adalah supaya Denis bisa bertanggung jawab mencari nafkah untuk Alisa dan anak yang di dalam kandungan. Namun, kenyataanya Denis adalah pemuda yang sangat pemalas sekali.

Ia pergi malam, pulang ketika subuh dan akan tidur seperti orang mati sampai malam lagi. Begitu terus menerus yang dilakukan oleh Denis seperti orang yang tidak punya harapan. Alisa yang melihat sikap suaminya seperti itu hanya diam saja dan tidak bisa berkata apa-apa.

Denis pun tidak peduli dengan Alisa dan bayi nya. Toh, ia sudah bertanggung jawab, dan untuk apa ia repot-repot memberikan nafkah kepada Alisa, menyusahkan saja. Ia pun melanjutkan tidurnya kembali.

Alisa pun keluar dari kontrakannya. Ia membeli sayuran di Pedagang sayur keliling yang mangkal di pertigaan jalan. Ketika sedang memilih sayuran, ia pun ditegur oleh salah satu ibu-ibu yang ingin membeli sayur juga.

"Rajin banget, pagi-pagi udah beli sayur. Mamanya kemana? Harusnya 'kan jam segini adik pergi sekolah, masuk siang ya sekolahnya?" tanya seorang Ibu kepada Alisa.

"Iya Bu, saya mau beli sayur sama nuget untuk dimasak " jawab Alisa sopan.

"Wah bisa masak ya, anak saya boro-boro bisa masak, masak mie aja masih sering gosong" jawab si Ibu tadi.

"Iya bu, makasih pujiannya" Alisa pun tersenyum kikuk.

"Eh, kayaknya kamu warga baru ya. pindahan dari luar kota ya, saya soalnya baru pertama kali liat kamu" ucap Ibu tadi heran.

"Hmmm... saya...saya warga baru disini" ucap Alisa terbata.

"Oh, nama Papanya siapa atau nama Mamanya siapa?"tanya Ibu tadi kepo.

"Hmm..." Alisa pun bingung harus menjawab apa, jika Ibu ini tau ia sudah menikah, akan jadi gosip yang hangat antara si Ibu dan Pedagang Sayur. Akhirnya Alisa pun menyudahi sesi belanjanya.

"Berapa Bang semuanya, saya beli bayam, nuget, bawang merah,bawang putih, sama cabe?" tanya Alisa kepada Tukang Sayur.

"Totalnya tiga puluh lima ribu Neng" jawab Tukang Sayur ramah.

Alisa pun langsung memberikan uang lima puluh ribu kepada Tukang Sayur tersebut. Tak lupa Tukang Sayur mengembalikan uang lima belas ribu kepada Alisa.

"Saya permisi dulu ya bu" ucap Alisa sopan kepada Ibu tadi.

"Oiya dek, silahkan."

Setelah Alisa pergi menjauh dari gerobak sayur tadi. Ibu tersebut langsung bertanya kepada Tukang Sayur.

"Eh Bang tuh bocah siapa sih, tinggalnya dimana? Kok saya ga tau sih kalo ada warga baru disini?" tanya Ibu tadi kepada Tukang Sayur.

"Mana saya tau Ibu Intan. Lah, saya juga enggak memperhatikan, yang penting mah dia beli dagangan saya dan bayar. Bukan kayak ibu-ibu disini, pilih-pilih, ujung-ujungnya utang. Kalo gini caranya gimana saya mau nikah ama Cinta Laura" adu Tukang Sayur kepada Ibu Intan.

"Idih Abang saya mah ga pernah utang. Paling saya cuma kurang dua puluh ribu 'kan. Saya mah biasanya belanjanya abisnya tiga puluh ribu 'kan. Tapi 'kan saya bayar yang sepuluh ribunya, yang dua puluh ribunya ya saya bayar pas nanti suami saya pulang lah" ujar Ibu Intan menjelaskan.

"Atuh Ibu pilihnya sepuluh ribu aja. Jangan tiga puluh ribu. Lah, Ibu bayar sepuluh ribu sama saya. Lah, kenapa saya jadi nombok dua puluh ribu. Atuh kalo punya sepuluh ribu, beli aja tempe sama sayur sop. Pas kan sepuluh ribu. Tempe lima ribu, sop lima ribu, jadi tidak hutang" ujar Tukang Sayur.

The Young marriage(Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang