4

183 11 3
                                    

Beberapa hari berikutnya Rani masih setia mengunjungi Kantor Polisi Guadalajara. Belum ada berita yang membawa titik terang tentang keberadaan Radit.

Selama tiga hari Mr. Kendall selalu menemaninya, namun hari ini ia harus kembali. Rani menyadari, pria muda itu punya tanggung jawab lain. Ia merasa berterima kasih sudah dibantu sejauh ini.

Kedua orang tua Hilman tiba kemarin. Nenek anak itu baru dioperasi pada hari hilangnya anak-anak itu, sedangkan ayahnya sedang bertugas di kepulauan yang jauh. Jadi keduanya baru bisa datang beberapa hari setelah berita itu mereka terima.

Kedua orang tua Hilman menginap di Guadalajara, sedangkan Rani tetap pada pendiriannya untuk tinggal di Madrid. Ia merasa agak lega, karena ada ayah Hilman, Banar yang bisa diajaknya bertukar pikiran.

Liana, istri Banar adalah perempuan yang rapuh dan sering overthinking. Banar lebih suka tidak membebaninya dengan lebih banyak masalah.

Rani lebih lega lagi karena  ada yang bisa diajaknya berbicara dalam bahasa Indonesia. Ia sering berbincang dengan Liana tentang hal-hal yang ringan sambil mereka menunggu perkembangan pencarian anak mereka.

Ini hari kelima sejak ia datang ke negara ini. Baru 5 hari namun rasanya sudah lama sekali. Seperti biasa ia naik bis ke Guadalajara selama lebih kurang satu jam, lalu menunggu berita tentang anaknya. Kadang ia menghabiskan waktu menunggu dengan berjalan-jalan di sekitar kantor polisi itu atau berkendara dengan taksi menjelajahi tempat yang agak jauh dua atau tiga jam lamanya.

Liana sudah menunggunya di depan kantor polisi waktu ia tiba. Perempuan mungil itu terlihat berseri-seri.

"Mereka ditemukan!" serunya dengan wajah ceria.

"Betulkah?" tanya Rani antara senang dan tak percaya. Jantungnya berdebar kencang.

"Iya! Mereka menemukan beberapa anak laki-laki di sebuah gudang tak jauh dari markas penjahat itu. Sekarang mereka dalam perjalanan," kata Liana penuh semangat.

"Syukurlah!" ucap Rani dengan nada lega. Ia senang mendengar berita ini, namun entah mengapa perasaannya tetap berat.

Ia duduk bersama Liana dan Banar di lobi. Sesekali Liana mengajaknya bicara. Rani merasa terlalu berdebar, harap-harap cemas menanti kedatangan anak-anak itu.

"Itu mereka!" ujar Banar yang langsung berdiri begitu mendengar suara kendaraan berhenti.

Memang, itulah mereka. Seorang polisi masuk, diiringi polisi lainnya. Seorang anak laki-laki berjalan di belakangnya, kemudian seorang lagi. Mereka tidak mengenali keduanya. Kelihatannya kedua anak itu anak-anak asli Spanyol jika dilihat dari penampilan dan bahasa yang mereka pakai.

Seorang anak lagi masuk, kemudian Hilman tampak berjalan di belakangnya. Liana langsung histeris memanggil anaknya, lalu mereka bertiga berpelukan dan saling bertangisan.

Masih ada beberapa anak lagi di belakang Hilman, setelah itu hanya beberapa anggota polisi yang masuk. Tidak ada Radit.

Rani berlari keluar, mengira anaknya masih tertinggal di luar. Ia memeriksa kendaraan yang membawa anak-anak itu tadi. Tapi nihil. Tidak ada Radit.

Ia kembali berlari masuk ke kantor polisi. Dicegatnya polisi yang terakhir masuk.

"Di mana anakku? Mengapa anakku tidak ada di antara mereka? Mengapa kalian meninggalkannya? Ia bersama anak itu waktu menghilang! Mana dia?!" serunya.

Beberapa polisi menghampirinya dan seorang polisi wanita menenangkannya. "Tenanglah Ma'am."

"Di mana anakku? Di mana?!"

Banar dan Liana menatapnya nanar. Mereka juga baru tersadar bahwa Hilman kembali tanpa Radit.

Rani begitu histeris. Ia merasa kehilangan harapan. Berbagai pikiran buruk melintas di benaknya. Liana memberinya pelukan menguatkan.

EPILOGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang