6

181 10 7
                                    

Hari yang cerah. Seperti janjinya semalam, Lee Dowoo menemani anak dan ibunya ke taman El Retiro. Mereka pergi menggunakan metro dan sampai dalam beberapa menit.

Lee Soomin sangat senang ketika mereka tiba di taman seluas 125 hektar lebih itu. Gadis itu berlari kecil kesenangan. Lee Dowoo berjalan sembari menuntun ibunya. Keduanya tersenyum melihat keceriaan gadis remaja itu.

Mereka tiba di tepi danau buatan. Sudah banyak pengunjung. Sebagian melakukan kegiatan olah raga seperti joging atau senam berkelompok. Ada sekelompok remaja melakukan atraksi modern dance.

Lee Soomin hampir tak kelihatan dari pandangan. Gadis itu terlalu gembira sehingga tak menyadari jika ia sudah terlalu jauh meninggalkan ayah dan neneknya.

"Kejarlah Soomin!" kata ibunya pada Lee Dowoo. "Tinggalkan eomma di sini. Eomma tidak akan tersesat. Temani dia. Kita akan bertemu kembali di sini."

"Baiklah. Aku akan mengejar Soomin," ujar Lee Dowoo. Pria itu lalu berlari menyusul putrinya sebelum gadis itu hilang dari pandangan.

Nyonya Gong Ara, ibu Lee Dowoo tersenyum tipis sambil menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan. Seiring itu, senyumnya perlahan luntur, berganti raut sendu menghiasi wajahnya.

Lee Dowoo adalah anak bungsunya, anak laki-laki satu-satunya. Satu putrinya yang sulung sudah meninggal ketika masih gadis. Satu putrinya yang masih hidup tinggal di Kanada dan memilih menjadi biarawati, hidup untuk orang lain.

Hanya tinggal Lee Dowoo harapannya. Ia bahagia saat Lee Dowoo menikah dan kemudian mempunyai seorang putri yang sangat cantik. Gong Ara menyayangi keluarga anaknya.

Meskipun masih memiliki darah bangsawan, nyonya Gong Ara tidak berpikiran kolot. Ia menerima Jang Haein dengan tangan terbuka meskipun gadis itu mempunyai latar belakang yang berbeda darinya. Apalagi ia melihat cinta yang besar dalam diri anaknya untuk istrinya.

Namun seiring berjalannya waktu, Gong Ara merasakan hal yang berbeda. Ia bisa melihat bahwa menantunya adalah wanita egois yang penuh ambisi. Ia mengatur suami dan rumah tangganya seperti kemauannya. Sekarang ia juga melihat bagaimana menantunya itu mengatur hidup cucunya.

Sejauh ini, meskipun mereka hidup bersama, nyonya Gong Ara tidak pernah menyampuri rumah tangga anaknya. Sekecap pun ia tidak pernah mencela apapun yang terjadi, meskipun tidak terlihat benar di matanya. Menurutnya itu adalah tanggung jawab Lee Dowoo dan Jang Haein yang menjalaninya. Apalagi selama ini ia tidak pernah mendengar Lee Dowoo mengeluhkan kehidupan rumah tangganya.

Namun semakin Lee Soomin tumbuh besar, nyonya Gong Ara semakin merasa sedih. Ia melihat bagaimana menantunya menekan cucunya agar selalu menurut apa yang dikatakannya. Jang Haein mulai mengatur di mana Lee Soomin bersekolah, pelajaran mayor apa yang harus dipelajarinya, peringkat berapa yang harus diraihnya. Bahkan ia mendengar sendiri Jang Haein mengatur juga harus menjadi apa Lee Soomin jika besar nanti.

Usia Lee Soomin sekarang sudah lima belas tahun. Ia anak yang cerdas, supel dan menyenangkan. Pandangannya kini mulai meluas dan ia mulai suka memberontak. Nyonya Gong Ara kerap kali mendengar pertengkaran mereka baik secara langsung saat liburan seperti ini atau lewat telepon di saat Lee Soomin sedang berada di asrama.

Nyonya Gong Ara terhanyut dalam lamunannya. Ditambah semilir angin di tepian danau itu, membuatnya melupakan sekelilingnya. Saat ia sadar, syal yang tadi membalut bahunya sudah terbang ditiup angin.

Ia menengok ke sana ke mari mencari syalnya. Itu syal kesayangannya. Usianya sudah tua, hadiah dari suaminya di hari natal terakhir sebelum suaminya itu meninggal.

Gong Ara melihat syalnya, dan berlari tertatih mengejarnya. Ia sudah 73 tahun, nafasnya cukup sesak dibawa berlari seperti ini. Apalagi lututnya mulai bermasalah.

EPILOGWhere stories live. Discover now