25 (END)

296 15 5
                                    

Lee Dowoo Ssi
Aku berada di Guadalajara. Aku berhasil naik bus yang dulu kita tumpangi. Bus itu masih selalu penuh. Haha... Tapi kali ini aku tidak mendapat tempat duduk di samping seorang wanita yang tenggelam dalam lamunannya sepanjang jalan, mengabaikan pria tampan di sebelahnya.

Rani tersenyum membaca pesan dari Lee Dowoo.

Lee Dowoo Ssi
Setelah ini aku akan berlibur ke Riviera, menikmati musim gugur yang lebih hangat daripada di Korea (katanya). Kamu tahu, setiap kali berada di kamar hotel, aku berharap suatu saat pintuku diketuk dan melihatmu berdiri di sana. Entah kapan harapan itu akan terwujud. Bahkan aku tidak tahu apakah akan terwujud.

Lee Dowoo Ssi.
Aku berada di Riviera. Aku punya waktu dua minggu sebelum semester musim gugur dimulai. Kurasa suasana musim gugur sama saja di berbagai tempat yang kukunjungi. Hanya saja di sini terlihat lebih romantis. Banyak orang berpasang-pasangan menyusuri pantai. Tempat yang sangat tidak cocok untuk jomlo sepertiku.

Rani masih termenung memandangi pesan di ponselnya. Saat itu ia sudah seminggu berada di Sidney menengok anak-anaknya. Raditya sudah dua semester bersekolah di sana dan merasa enjoy.

"Ibu kenapa? Kaya mau ditelan itu ponsel," tegur Arimbi.

"Kalau ibu pergi ke Riviera gimana Kak?" tanyanya.

Arimbi memandangnya heran.

"Pergi saja kalau Ibu mau pergi. Ibu juga butuh liburan, me time. Nggak selalu setiap liburan harus sama kami," ujar anaknya.

"Kenapa?" tanya Raditya yang baru datang.

"Ibu kepingin pergi ke Riviera. Pergi saja, iya kan Dek?" ujar Arimbi menjawab adiknya.

Raditya menggangguk. "Pergi saja. Ibu kepingin karena dipameri Lee Dowoo Ssi ya," godanya. Anak itu memang memiliki kontak Lee Dowoo dan sering saling mengirimkan pesan. Mereka cukup kompak.

Arimbi membelalakkan matanya. "Beneran? Wah, Ibu harus pergi kalau begitu. Pergi sana Bu!"

Ibunya tersipu malu. "Kalian apa sih? Malah ibu diusir," gerutunya.

"Ayolah Bu, Lee Dowoo Ssi sudah lama menunggu ibu. Sekarang waktunya Ibu memberi kepastian," ujar Arimbi.

Yang Rani tidak tahu, kedua anaknya selalu menjadi tempat curhat Lee Dowoo saat pria itu merasa sangat sulit mendekatinya. Keduanya bisa merasakan ketulusan pria itu kepada ibu mereka.

"Kakak pesankan tiket ya Bu!" seru Arimbi lagi. Gadis itu sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Bener ibu boleh pergi?" Rani mencari kepastian kepada anak bungsunya yang masih duduk di depannya.

"Pergi aja kalau kata adek sih. Lagipula tiga hari lagi ayah akan datang sama tante Widuri. Nanti Ibu sebal melihat muka sepet tante Widuri."

Rani tertawa mendengar penuturan anak bungsunya. Sebenarnya Widuri selalu ikut jika suaminya pergi keluar negeri, terutama jika menjenguk anak-anaknya dengan alasan yang anak-anak juga tahu, takut Arshaka bertemu Rani di sana. Akan tetapi tetap saja wanita itu tidak mau menemui anak-anak tirinya.

"Oke deh. Giliran kalian bersenang-senang dengan ayah ya."

●■●

Senja di Riviera. Lee Dowoo sejak tadi duduk di tepi pantai. Celananya ditekuk hingga setengah betis. Kakinya penuh pasir. Ia baru saja bermain air bersama seorang anak laki-laki berusia 10 tahun. Anak itu mengingatkannya kepada Raditya.

Ingatan kepada Raditya membawa ingatannya kepada ibu anak itu. Rani. Nama yang digemakannya ribuan kali sehari. Wajah yang memenuhi pikirannya setiap saat. Rindunya selalu dilambungkannya ke langit, berharap suatu saat akan sampai kepada pemilik hatinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

EPILOGWhere stories live. Discover now