20

145 10 0
                                    

Rani terbangun ketika pundaknya disentuh. Ia terlonjak kaget. Terlebih ketika melihat Lee Dowoo membungkuk begitu dekat.

"Lee Dowoo Ssi! Apa yang kamu lakukan di sini?" desisnya.

Lee Dowoo tidak menjawab, malah memandang ke dalam ruang isolasi dari balik kaca. Dilihatnya seorang anak laki-laki sedang tertidur pulas.

"Dia Raditya?" tanyanya sambil menoleh ke arah Rani yang duduk di sebuah bangku. Perempuan itu mengangguk.

Lee Dowoo kembali memandang anak laki-laki itu. Hatinya menghangat. Kembali ia teringat kepada Lee Soomin putrinya. Ia membayangkan pernahkah putrinya itu jatuh sakit ketika mereka sedang jauh? Ia kembali merasa bersalah.

Ia lalu duduk di samping Rani.

"Aku sudah memikirkan masak-masak tentang hubungan kita. Kau, aku, istriku, suamimu dan anak-anakmu. Aku tidak tahu bagaimana hubungan keluargamu. Kamu tidak pernah terbuka padaku. Aku tidak akan bertanya. Yang perlu kutegaskan di sini, hubunganku dengan istriku sudah rusak. Kamu tidak bersalah. Dia tidak pantas memperlakukanmu seperti itu," ujar Lee Dowoo dengan suara lirih.

Rani terlihat terkejut mendengar pernyataan Lee Dowoo. Ia menggelengkan kepalanya.

"Kalian bahkan berlibur bersama. Itu seharusnya menandakan kalian pasangan yang bahagia."

Lee Dowoo menghela nafas panjang. "Mulanya aku berharap seperti itu. Dengan berlibur hubungan kami bisa kembali membaik. Sebenarnya hubunganku dengan istriku tidak bisa dikatakan buruk. Hanya saja semakin lama hubungan kami semakin dingin. Aku banyak bepergian keluar negeri. Istriku juga sibuk bekerja. Anakku bersekolah di luar negeri sejak berusia 12 tahun. Kami jarang berinteraksi secara langsung, membuat kami menjadi canggung."

"Liburan itu adalah salah satu caraku untuk memperbaiki hubungan kami kembali. Kupikir dengan begitu kami bisa lebih banyak meluangkan waktu bersama, saling bicara. Tapi ternyata semua tidak berjalan seperti yang kuharapkan. Istriku tetap saja bekerja dari hotel selama kami berlibur. Ia tidak mau diajak pergi ke mana pun. Dan ia tetap tidak bisa diajak bicara. Bahkan kami lebih sering bertengkar karena lebih sering bertemu."

Ia menghela nafas lagi. "Lalu aku bertemu denganmu. Aku tertarik padamu karena kamu terlihat kesepian dan sedih. Aku hanya ingin berteman, siapa tahu bisa mengurangi kesedihanmu. Aku senang ketika kamu mau bersandar padaku. Lama kelamaan aku juga merasa membutuhkanmu, terutama saat aku sedang bermasalah dengan istriku. Lalu kejadian di Shanghai. Aku tidak akan meminta maaf. Aku tidak khilaf. Aku benar-benar menginginkanmu. Melihatmu saat itu membuatku menyadari bahwa perasaanku padamu sudah sangat mendalam. Kamu adalah orang yang kuinginkan untuk hidup bersama di sepanjang akhir hidupku. Aku berharap kamu adalah epilog dari kisah hidupku yang begitu rumit."

Ia menatap Rani yang duduk diam di sampingnya. "Tapi kamu menginginkan untuk tidak mengambil langkah apa pun dalam hubungan kita. Aku menyadari kita masih sama-sama terikat. Lalu saat kembali ke Korea, aku berusaha kembali memperbaiki rumah tanggaku. Lalu anakku meninggal karena bunuh diri."

Rani menatap nanar pria itu. Mata mereka saling bertatapan. Ia tidak menyangka tragedi menimpa laki-laki itu.

"Itu adalah pukulan berat untukku. Aku bertanya-tanya mengapa? Aku merasa tidak berguna sebagai seorang ayah. Aku menyadari istriku juga pasti sama terpukulnya karena dia ibunya. Tapi peristiwa itu tidak membuat kami mendekat dan saling mengerti. Lama kelamaan aku merasa dia hanyalah seorang wanita yang tinggal satu atap denganku. Lalu, di saat aku merasa berat akibat kematian anakku, aku mendapat pukulan lebih berat. Aku mendapati istriku berselingkuh dengan asistenku! Aku benar-benar merasa hancur dan hampir tak bisa bertahan. Aku menghubungimu namun tidak bisa. Hingga kemudian ibuku meninggal. Aku benar-benar kehilangan arah. Aku tidak tahu di mana tempatku berpijak. Aku baru bisa menemukan jati diriku saat aku memelukmu. Perlahan semua kembali normal untukku. Seperti ruangan yang porak poranda tapi kemudian semua benda kembali ke tempatnya masing-masing."

EPILOGWhere stories live. Discover now