14

119 8 0
                                    

Kedatangan abu jenazah Lee Soomin disambut isak tangis seluruh keluarga. Kakak perempuan Lee Dowoo yang menjadi biarawati di Kanada menyempatkan diri untuk datang. Sejak masuk biara di usia 20-an, Lee Dohee memang jarang sekali pulang.

Dua hari kemudian mereka mengantar abu Lee Soomin ke peristirahatan terakhirnya, disebuah pemakaman yang dipilih sendiri oleh Lee Dowoo. Sebuah tempat yang tenang yang asri yang dikelilingi pemandangan yang diyakininya sangat disukai oleh Lee Soomin.

Di rumahnya sendiri hanya ada keheningan. Jang Haein menyendiri di kamarnya. Lee Dowoo tidak berniat mengusiknya. Ia duduk di ruang keluarga tanpa melakukan apa-apa. Hanya berdiam diri. Kehilangan putrinya membuat Lee Dowoo merasa hancur dan tak memiliki semangat hidup.

Jang Haein keluar dari kamarnya. Lee Dowoo memandangnya tanpa mengatakan apa-apa.

"Jangan memandangku seperti itu," kata Haein.

Lee Dowoo mengalihkan pandangannya. "Bukan hanya kau yang kehilangan. Aku juga. Juga eomma. Kita semua kehilangan. Kita harus saling menguatkan di saat-saat seperti ini. Kamu tidak harus menahannya sendiri Haein."

"Aku baik-baik saja," sahut Jang Haein datar, lalu berlalu meninggalkan suaminya. Lee Dowoo menatapnya dengan pilu. Ia merasa Jang Haein sebenarnya juga bersedih lebih darinya, namun ditahannya.

Esoknya Jang Haein sudah rapi sejak pagi.

"Mau ke mana?" tanya suaminya heran.

"Aku akan tetap bekerja. Di rumah hanya melihat kalian berwajah muram membuatku gila."

Lee Dowoo menghela nafas berat. "Semua sedang bersedih, terlebih eomma. Kita tidak bisa mengharapkan semua orang seperti dirimu yang tetap baik-baik saja meskipun hatimu hancur."

Jang Haein tidak mengatakan apa-apa lagi kecuali berpamitan. Suaminya hanya bisa melepasnya pergi. Jika sanggup untuk bekerja, biarlah dia bekerja.

Ketika keluar, ia mendapati Hyunseok sedang mengomel.

"Hyung! Ada apa?"

"Istrimu! Dia seperti bukan manusia! Kami berwajah muram karena sedih dikatakan berlebihan. Katanya sedih sewajarnya saja supaya tidak menurunkan semangat. Memangnya dia! Baru saja anaknya meninggal sudah mau pergi bekerja! Manusia macam apa itu! Bahkan orang bersedih pun mau dia atur!"

"Sudahlah Hyung. Haein hanya terlalu sedih jika hanya berdiam diri di rumah," ujar Lee Dowoo. Ia lalu melangkah menuju rumah ibunya.

Dilihatnya ibunya sedang tidur. Sejak mendengar kabar cucunya meninggal, kesehatan nyonya Gong semakin menurun. Wanita itu hanya tergolek di kamarnya tanpa semangat.

Lee Dowoo pergi ke belakang rumahnya. Di sana ada kebun dan halaman luas dengan sebuah gazebo di tengah-tengahnya. Ia berjalan menyusuri jalan setapak yang mengelingi area itu tanpa tujuan. Hanya berjalan saja. Entah sudah berapa kali ia memutarinya.

"Dowoo!"

Ia berhenti dan menengok mendengar panggilan itu. Hyunseok mengacungkan botol soju sambil berjalan ke arah gazebo. Sebelah tangannya yang lain membawa mangkuk untuk minum soju.

Mereka berdua duduk di gazebo. Hyunseok menuangkan soju ke mangkuk-mangkuk. Lee Dowoo menerima mangkuk sojunya dan menenggaknya perlahan.

"Padahal sebelum kalian pergi berlibur dia sempat menelepon dan mengatakan akan pulang dan tidak ingin kembali lagi. Kukira dia benar-benar akan pulang. Ternyata kini dia benar-benar pulang. Hanya saja...." Hyunseok menerawang memandang pucuk-pucuk pohon.

"Aku yang bodoh. Aku percaya saja padanya ketika dia mengatakan tidak ingin pulang setiap libur semester. Dia mengatakan ingin tinggal di sana. Karena itu aku tidak menganggapnya serius waktu dia mengatakan ingin kembali ke Korea. Seandainya aku lebih peka...."

EPILOGKde žijí příběhy. Začni objevovat