Tentang lara.

302 36 0
                                    

Happy Reading Brodie
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
















Suara tawa. Yang biasanya disertai langkah kaki tak benar akibat sebuah lelucon aneh yang membuat gigi kering.
Biasanya, itu sering terjadi pada pagi, siang dan malam. Sampai pada akhirnya, kobaran api, membuat dirinya terpisah dengan cahaya yang sudah menyinari dirinya setiap hari. Kobaran api yang memaksa dirinya untuk tersenyum tulus, meski. Itu adalah pertemuan terakhirnya dengan sang cahaya sebelum semuanya berubah



"Kira-kira, kalau kau masih hidup, bagaimana kabarmu? Apa kau akan tetap menjadi pahlawan ku?"
Di jalan pada saat malam hari. Seorang ahli bela diri muda, murid Chen Zhang. Berjalan menyusuri trotoar untuk mencari sebuah ketenangan, akan tetapi. Itu adalah sebuah hal yang percuma bila dirinya terus mengingat gelak tawa pahlawannya itu. Dadanya sering terasa sesak, air matanya sering kali jatuh saat malam hari bila terasa mendengarkan lelucon anehnya lagi



Ahli bela diri itu. Tak kehilangan arah, kawan. Ia hanya terbawa arus kehidupan yang dengan derasnya mengaliri sekujur tubuhnya. Membuat dirinya tak bisa menepi ke sebuah tempat yang cantik.
Arus itu, membawa dirinya pergi entah kemana, menuju sungai dangkal atau lautan biru? Entahlah, ia tak tahu jika terus-menerus terbentur batu pada saat perjalanan menuju tempat seharusnya ia berada. "Sudah terlalu larut. Sebaiknya aku pulang"
Pulang? Mungkin, maksudnya adalah pulang ke tempat yang sering ditinggali, bukan pulang kepada seseorang yang mereka sebut rumah. Rumah itu telah hancur berkeping-keping dengan brutal



Jalanan sudah sangat sepi. Hanya ada sedikit lampu jalan yang menerangi setiap langkah kakinya untuk kembali ke tempat yang ia tinggali selama 12 tahun lamanya. "Baru ingin pulang?"
Tanya suara lembut itu. Adel, lantas menoleh ke samping kanannya yang sudah diisi gadis berambut panjang tanpa poni. Namun, wajahnya tetap menggemaskan dengan senyuman yang disertai lesung pipi itu.
Adel membalas senyuman seperti biasa saat bertemu orang, "kau sendiri, Grace? Ini sudah jam 12 dan kau baru pulang dari rumah, Regie?"
Adel berbalil tanya. Sudah beberapa jam semenjak Adel kembali dari rumah Regie, dan Gracie baru kembali



"Aku, menyuruh beberapa murid pendekar langit lain untuk menjaganya. Aku tak bisa terus-menerus menemani, Regie. Aku khawatir tak bisa menjaga dirinya sesuai perintah mu"
Adel tersenyum. Ini adalah keinginan Gracie, bukan printah dari Adel. Jadi, jika Gracie gagal, tak semestinya ia meminta maaf dengan Adel. "Baiklah, lalu... Sekarang kau ingin pergi kemana? Aku ingin kembali ke perguruan"
Mereka sudah hampir sampai ke perguruan Bintang biru. Bahkan, telah melewati arah yang akan menuju ke perguruan pendekar langit



"Aku ada gulungan yang harus diberikan oleh guru Chen. Jadi, aku akan ikut bersama dirimu"
Langkah Adel terhenti sejenak. Bila melihat kobaran api terlihat dari tempat dirinya dan Gracie berdiri. Gracie lantas ikut menoleh ke arah yang membuat Adel terhenti. Ia lumayan terkejut, kobaran api itu berasal dari perguruan Bintang biru. Apakah mereka diserang? "Sial"
Gumam Adel. Lalu dengan sekencang mungkin, dirimu berlari menuju perguruan itu dengan tangan mengepal. Gracie lantas mengikuti Adel dibelakang untuk membantu, bila ada musuh yang berkeliaran di sekitar sana



Saat tengah berlari. Adel, dihentikan oleh Kara yang sudah terlihat tak berdaya. Selepas Kara menghentikan langkah kaki Adel, dirinya terjatuh cukup keras. Kepalanya mengalami pendarahan hebat, bajunya banyak yang tersobek, dan sekujur tubuhnya, di penuhi oleh goresan tajam.
Adel lantas berjongkok untuk mengecek keadaan Kara, saat ia ingin menyentuh Kara, Kara langsung menghindar. Ia, seperti tak ingin disentuh oleh siapapun. "Kak Kara? Kau kenapa?!"
Tanya Adel panik. Kobaran api semakin membesar, dan keadaan Kara juga semakin memburuk


Kungfu Hero (Adeljkt48) Where stories live. Discover now