aku tetap menerima mu

406 47 4
                                    

Happy Reading Brodie
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



















Rintih hujan perlahan turun. Membasahi bumi yang telah dikotori oleh banyak pertumpahan darah, termasuk membasahi tempat dimana Adel dan Jinan berada. Adel yang masih bertekuk lutut sembari menahan tangis, dan Jinan yang duduk sembari menahan rasa sakit, dan menahan tangannya agar tidak menyakiti Adel untuk yang kesekian kalinya



Mereka telah hancur, bukan tentang fisik, namun. Tentang mental dan batin yang tak karuan lagi. Mereka yang tidak ingin meninggalkan masing-masing harus menerima takdir yang seberat ini. Apakah sanggup? Tentu tidak. Jinan memang pintar, selalu menjadi garda terdepan dalam membuat strategi, bahkan. Berkat ide-ide cermelangnya, murid-murid yang lain berhasil melewati metode latihan yang gila. Adel juga begitu, ia kuat, ia hebat, ia yang paling berbakat di usia 17 tahun. Meski selalu kalah oleh rasa sakit, alam tetapi, ia tetap anak yang kuat, kan? Ia tidak selemah itu di mata kalian, bukan?



"Hei. Apa kau masih ingat saat musim dingin tahun kemarin?"
Ujar Jinan, ia rela menahan tangan kirinya menggunakan tombak dan reruntuhan dinding, agar tidak bisa bergerak untuk menyakiti Adel. Adel menoleh ke arah Jinan yang telah mampu untuk melihat ke arahnya. Jinan tersenyum dan memperlihatkan gigi kelincinya yang begitu manis, begitu cantik, dan begitu indah untuk sekedar di pandang, namun. Bukan untuk dimiliki. Adel mengangguk, ia tentu sangat mengingat musim dingin tahun kemarin. Apalagi, waktu itu, mereka semua bisa berkumpul sembari bersenang-senang




Adel mengusap wajahnya yang telah penuh dengan air hujan, agar ia bisa melihat Jinan lebih jelas lagi. Jinan belum melanjutkan ucapannya itu, ia hanya sedih, matanya mengeluarkan air mata yang selalu menjadi tanda kesedihan semua orang. Entah itu terharu, atau memang benar-benar tengah memiliki tekanan batin. "Apa kau tahu? Itu adalah momen kegemaran ku selama bersama kalian. Apalagi, saat kak Shani membuatkan secangkir cokelat hangat, ah. Itu membuat hatiku gembira dan memanas"
Satu tahun yang lalu ya? Saat musim dingin melanda salah satu bagian bumi. Pada waktu itu, mereka berempat berkumpul seperti saudara kandung. Itu sangat menyenangkan bagi Jinan, ia sangat bahagia kala itu



Pada kala itu. Mereka berempat berkumpul, mengelilingi sebuah meja yang di atasnya terdapat empat cangkir cokelat hangat, dan biskuit rasa vanilla yang mengubah selera. Pada saat itu, lidah mereka dimanjakan oleh cemilan dan makanan enak yang berada di perguruan. Mereka bercanda tawa, bertukar cerita, dan merebut makanan satu sama lain. Waktu berjalan cepat sekali ya? Padahal, waktu itu Adel masih belum bisa mengangkat satu ember penuh air dengan kakinya, namun. Sekarang ia sudah sangat hebat. Sudah bisa menjalankan semuanya sendiri (misi)



Dan apa kalian tau bagian terbaik dari musim dingin tahun lalu?
Ah. Itu adalah saat dimana mereka bermain kartu yang dinamai 'UNO' pada kala itu, yang paling sering menjadi pemenang pertama adalah Gita dan Shani, dan yang selalu kalah adalah Jinan. Ia sempat kesal akan hal itu, apalagi. Adel akan langsung mengejeknya dengan wajah yang menyebalkan, lalu. Mereka akan bermain kejar-kejaran setelah amarah Jinan benar-benar sudah berada di atas puncak. Tapi, siapa sangka? Bahwa momen yang membuat Jinan bisa sekesal itu, akan menjadi bagian terbaik dari hidupnya?



Sekarang. Begitu Adel mengingatnya, ia sudah tidak akan tertawa dan tersenyum lagi, bagaimana tidak? Sekarang kondisinya sudah berbeda, ia sudah tak mau membuat Jinan kesal lagi, karena. Perjuangan Jinan sudah sangat melelahkan, ia tidak mau hanya menjadi beban Jinan seperti dahulu lagi.
Tapi sangat lain dengan Jinan, kalau ia sembuh, ia berharap bisa dijahili oleh Adel, melihat semua tingkah mengesalkan Adel yang akan membuatnya naik darah, dan... Ia juga ingin memarahi Adel seperti anak sekolah dasar. Apakah Tuhan akan mengizinkan nya?

Kungfu Hero (Adeljkt48) Where stories live. Discover now