teror?

293 35 3
                                    

Happy Reading Brodie
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


















Brak..!
Adel menghancurkan meja kayu yang berada di hadapannya dengan alasan berlatih. Namun, mata dan perasaannya tak akan pernah bisa bohong, ia masih terbayang-bayang atas kejadian Regie kala itu. Dirinya, seperti terpenjara pada masalalu yang mungkin tak kunjung usai.
Hari ini, adalah tepat 3 minggu setelah Adel ditampar oleh kekasih Regie yang selama ini belum pernah Adel ketahui. Rasanya, sangat sulit untuk diberi maaf pada kekasih Regie itu. Ia, juga pasti sangat terpukul ketika mengetahui kekasihnya meninggal karena dibunuh oleh seorang ahli kungfu



Dan semenjak hari itu juga. Adel menghabiskan 3 minggu ini untuk berlatih jurus dan ilmu baru yang belum pernah ia pelajari dari guru Chen, Lin, dan tentunya Rey.
Ia, rela menghabiskan setengah hari miliknya saat pulang sekolah, hanya demi berlatih agar menjadi lebih kuat. Ini juga adalah waktu yang tepat, karena. Dia memang tengah mengambil libur dalam menjalankan misi, karena. Ia masih begitu traumatis atas kejadian yang menimpa Regie dan dirinya. Ah, akan butuh waktu lama bagi Adel untuk bersiap sedia kembali. Dan yang paling murid-murid perguruan Bintang biru rindukan, adalah sikap kekanak-kanakan Adel yang sudah mulai menghilang perlahan-lahan



Sekarang. Setiap kali Adel berjalan melewati banyaknya murid lain, aura nya terasa berbeda. Aura yang dulunya terlihat ceria dan gembira, kini. Sudah menghilang, saat ini. Setiap kali Adel lewat, hanya akan ada aura kesedihan dan penyesalan yang tak kunjung selesai, entah apapun itu caranya. Ia, seperti sudah tak bisa kembali seperti dahulu lagi, "Del, ini waktunya istirahat. Mari makan bersama kami!"
Panggil salah seorang murid yang ditugaskan untuk memanggil Adel di halaman belakang. "Nanti! Tendangan ku belum sempurna"
Tolak Adel secara sopan. Murid tadi hanya bisa menghela nafas sebal, lalu. Pergi meninggalkan Adel yang masih berlatih entah sampai kapan



Disisi lain pula. Ada Gita dan Shani yang tengah memakan masakan juru masak perguruan ini, yap! Fareeda, yang selama bertahun-tahun masakannya selalu menjadi juara di lidah para murid-murid guru Chen. Rasa bumbu yang meresap, dan kuah yang begitu nikmat, tak akan bisa tertandingi oleh chef profesional sekalipun di lidah mereka semua. "Aku belum melihat, Jinan. Satu hari ini, dia kemana kira-kira?"
Ujar Shani sembari menuangkan teh hangat ke cangkirnya. Gita menggeleng tak tahu, dirinya. Juga tak melihat Jinan dari pagi hingga sore seperti ini, "mungkin, dia pergi mencari makan? Atau... Pergi ke sawah?"
Jawab Gita



"Aku disini"
Seseorang yang tengah Shani cari ternyata sehabis pergi untuk mencari buah-buahan segar di pasar. Jinan, ya. Ia datang membawa sekantong plastik buah mangga, apel, dan pir. Lalu, ia taruh kantong di dibawah meja makan mereka. Ia, ingin berbincang terlebih dahulu dengan Shani dan Gita setelah berjalan-jalan di pasar. "Kau sangat terlambat hari ini, kak. Biasanya saat siang kau sudah pulang"
Kata Gita pada Jinan yang tengah meneguk segelas air putih yang disediakan khusus untuk dirinya



"Pasar hari ini sangat ramai. Dan juga ada beberapa preman yang menganggu, jadi. Aku sedikit membantu para pedagang disana untuk beberes"
Di pasar. Tak sedikit preman yang berjaga disana untuk mendapatkan uang dari para pedagang, namun. Bila tidak mendapatkan apa yang mereka mau, dagangan di pasar bisa menjadi korbannya. Maka dari itu, Jinan. Sebagai manusia yang diberi kelebihan untuk berkelahi, seharusnya memiliki niat untuk membantu. Meski, harus pulang se terlambat ini, "memangnya kau berkelahi dengan mereka, Nan?"
Shani bertanya kepada Jinan, setelah selesai mengunyah kue nastar keju yang dibuat oleh Fareeda


Kungfu Hero (Adeljkt48) Where stories live. Discover now