ternyata?

323 41 7
                                    

Happy Reading Brodie
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




















"Guru Chen telah tiada. Kami semua, diserang oleh samurai pedang hitam yang menyusup jam 12 malam. Semua nya telah mati, kecuali kami yang berhasil melarikan diri. Guru Huang"
Jelas Rey pada guru Huang. Kini, mereka telah sampai di Perguruan pendekar langit setelah serangan mengenaskan itu terjadi. Semua murid guru Chen yang tersisa, Rey, Lin, Fareeda, Jinan, Shani, Gita dan Adel. Telah diobati oleh tabib kepercayaan guru Huang. Meski, Adel belum sadar kan diri sampai sekarang


Guru Huang sangat merasa cemas. Jadi, ia menyuruh sekitar 20 muridnya untuk berjaga di halaman depan, 20 halaman belakang dan 20 lagi di atas atap rumah-rumah. Semuanya, masih merasa tak percaya, bahwa. Teman-teman seperjuangan mereka telah habis dibantai malam itu juga, rasanya. Seperti berada di mimpi buruk. "Guru Chen!"
Adel tiba-tiba tersadar, membuat kompres yang diletakan oleh Gracie terjatuh ke lantai. Adel, lantas. Melihat ke seisi ruangannya, banyak orang-orang yang terluka disana. "Sial"


Ternyata itu bukan mimpi. Padahal, dirinya sudah berharap saat bangun nanti, bisa mendengarkan nasehat dari guru Chen agar tidak bangun kesiangan lagi. Jinan menahan isak tangisnya setelah melihat Adel menunduk sedih seperti itu. Ruangan yang awalnya dijadikan tempat pembahasan dan penjelasan mengenai penyerangan samurai itu. Menjadi senyap, semuanya menatap sendu, meratapi nasib mereka yang benar-benar menjadi mimpi buruk hari ini. "Jangan menangis, guru Chen selalu mengajarkan kita untuk kuat"
Kata Lin berusaha menjadi sesosok senior yang berguna bagi mereka semua



Shani yang sudah tak kuasa menahan semua kesedihannya. Memutuskan untuk pergi dari ruangan itu, "Adel. Sembuhkan lah dirimu terlebih dahulu, jangan berlatih kungfu selama 1 bulan. Kau, harus benar-benar sembuh dahulu"
Ujar guru Huang ketika melihat keadaan Adel yang sudah seperti mayat hidup. Kaki dan kedua lengannya diperban karena banyak luka goresan yang menyelimuti tubuhnya. "Tak usah memikirkan soal dendam, kau dan kita masih lemah"
Kata Fareeda. Lalu dirinya keluar untuk menyusul Shani yang sudah pergi terlebih dahulu meninggalkan ruangan ini



Sementara Rey yang melihat Adel menangis, hanya bisa terdiam. Dirinya benar-benar sesak ketika melihat anak seceria itu menangis langsung di hadapan nya dengan alasan yang sangat menyakitkan dirinya. Jinan dan Gita hanya bisa duduk dengan tatapan kosong, mereka. Tengah berusaha untuk merelakan semua kejadian naas yang menimpa secara tiba-tiba seperti petir yang menyambar pohon besar di hutan. "Brengsek"
Gumam Adel. Lalu ia memukul-mukuli kepalanya dengan keras. Gracie, yang melihat hal menyedihkan itu, lantas. Menghentikan Adel, dan merapihkan rambutnya yang telah berantakan


"Jangan menyakiti dirimu sendiri. Kau masih sakit, Del"
Ujar Gracie, lalu ia mencoba menenangkan Adel dengan sebuah pelukan hangat. Guru Huang, sangat prihatin atas kejadian itu. Dirinya seperti tak bisa mempercayai semuanya, seorang ahli bela diri hebat seperti Chen Zhang, harus mati dengan cara yang kejam karena samurai itu. Ini benar-benar bukan hal sepele yang bisa dimaafkan begitu saja. "Masih ada kita di sampingmu, jangan menyerah secepat itu ya?"
Kata Gracie dengan lirih untuk menenangkan Adel, dan berusaha menyingkirkan sedikit kesedihan yang Adel miliki



"Guru Huang. Apakah kau bisa memusnahkan kungfu yang aku miliki? Lalu pukul lah aku dibagian kepala sekeras mungkin, agar aku melupakan semuanya"
Kata Rey pada guru Huang. Semuanya sontak terkejut mendengar ucapan Rey yang begitu, "apa kau sudah gila?!"
Tanya Lin dengan bentakan yang cukup keras. Lin, menarik kerahasiaan baju milik Rey dengan gagah, lalu ia menatap mata Rey dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Tak bisa dipungkiri, hatinya juga retak saat ditinggal oleh teman seperjuangannya dan guru yang telah menerimanya selama ini



Bugh..!
Lin memukul wajah Rey sekeras mungkin, hingga anak itu terjatuh dan membentur sebuah meja hingga kepalanya sedikit berdarah. Lin, benar-benar emosi saat itu, bagaimana bisa? Seorang senior dan salah satu orang kepercayaan guru Chen, malah ingin melupakan semua yang telah terjadi, "dengan begitu kau ingin melepaskan tanggungjawab mu sebagai senior mereka hah?! Maksudmu apa Rey?!"
Lin kembali mendekat ke arah Rey. Lalu ia menarik kerah baju Rey sekali lagi untuk menyadarkan dari jalan yang salah dan bodoh



Jinan lantas melerai mereka berdua, mendorong Lin menjauh dari Rey, agar tidak terjadi perkelahian sengit di ruangan ini, "apa kalian berdua sudah kehilangan akal sehat hah?! DISINI, KITA SEDANG BERDUKA, BUKAN SEDANG MENCARI ALASAN UNTUK MEMUKULI SATU SAMA LAIN!"
Amarah Jinan juga tersulut jika Rey dan Lin malah berkelahi karena hal yang menurutnya sepele.
Lin yang sadar, duduk kembali ke kursi nya dengan amarah yang belum reda, sementara. Rey merasa bersalah pada Lin Dan semua teman-teman seperguruannya yang masih bertahan hingga sekarang, meski. Tengah mengalami masa sulit yang luar biasa sakitnya



Adel mengehela nafas beratnya. Ia tak suka dengan keadaan dramatis seperti ini, ia benci, ia hanya ingin semuanya kembali ke bentuk asal. Bukan malah hancur dan terpisah seperti puzzle. Adel, lalu beranjak dari ranjangnya untuk mencari angin keluar, "Del? Kau belum sembuh total"
Kata guru Huang. Namun, Adel tidak memperdulikan nya dan tetap berjalan keluar, alhasil. Gracie mengikuti Adel karena khawatir bahwa Adel akan terjatuh atau terluka saat keluar nantinya


Byur..!


"Bangun dasar anak payah!"
Teriak Jinan tepat di telinga kiri Adel. Saat Adel melihat seisi ruangan dan beberapa titik sudut, ah. Ternyata semua itu hanya mimpi. "Kak Jinan!"
Adel memeluk Jinan dengan senyuman yang berbahagia sekali, padahal. Ia sudah sempat ingin membalaskan dendam. Ternyata, semua ini hanya mimpi belaka saja


Jinan memutar bola matanya malas saat Adel memeluk dirinya yang baru saja menyiram seluruh wajah dan badan Adel menggunakan air. Hari ini, Adel seharusnya sekolah, namun. Ia malah bangun kesiangan, jadi. Diputuskan bahwa hari ini dirinya harus bolos sekolah. "Kau pasti mimpi buruk kan? Yasudah, sebentar lagi kita akan turun untuk makan bersama"
Jinan melepaskan pelukan aneh itu. Lalu dirinya keluar dari kamar Adel, dan bergegas untuk turun, menyiapkan makanan



Sementara Adel yang tengah berbahagia, sesekali menampar dan memukul dirinya sendiri untuk melihat, apakah ini nyata atau palsu. Saat ia menampar dirinya cukup keras, dan tidak terjadi apapun selain sakit yang dirasakannya. Ia langsung tertawa lepas, ia sangat gembira hari ini, karena mimpi buruknya tidak pernah terjadi. "Pantas saja aku terasa sangat lemah, ternyata hanya di mimpi"
Saat sudah melakukan beberapa ritual untuk mengecek apakah ini dunia nyata atau mimpi. Adel langsung beranjak dari ranjang miliknya, dan turun untuk segera memakan hidangan, meskipun badannya masih basah kuyup



***


Setelah mimpi buruk yang menimpa dirinya. Akhirnya, Adel memutuskan untuk berlatih lebih keras lagi, agar bisa melindungi semuanya termasuk guru Chen yang meninggal kan dirinya di mimpi buruk yang akan meninggalkan bekas berharga bagi dirinya. "Pasti, karena misi baru ku itu. Ah, seharusnya aku menolak saja, tapi. Ini sudah terlanjur"
Gumam Adel. Dirinya sedang melakukan eksperimen push up 200 kali tanpa istirahat satu kalipun sebelum berhasil. Latihan ini, diharapkan akan menimbulkan hasil yang bagus, dan membuat Adel semakin kuat



"Latihan mu keras sekali, Del. Tidak biasanya kau begini"
Ujar Kara yang juga tengah berlatih. Bedanya, ia berlatih dengan porsi biasa, tidak terlalu keras seperti Adel saat ini.
Adel yang melihat Kara tidak terluka sedikitpun seperti di mimpinya, tentu sangat senang dan bergembira. "Aku ingin menjadi lebih kuat lagi, agar bisa melindungi kalian semua"
Sahut Adel. Kara hanya mengiyakan, Kara fikir, ini adalah efek dari mimpi buruk yang menimpa Adel. Kara tahu karena Jinan yang menceritakan nya beberapa jam lalu sebelum latihan dimulai















-TBC-


JANGAN LUPA VOTE!

Kungfu Hero (Adeljkt48) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora