untuk temanku

293 32 3
                                    

Happy Reading Brodie
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

















Semakin hari, kekuatan Jinan yang melampaui batas pengetahuan manusia biasa, seringkali membuat Adel terluka. Beberapa hari lalu, Adel. Sempat merasakan sakit yang parah karena Jinan, ia dibanting berkali-kali oleh kekuatan mengerikan itu. Akan tetapi, dirinya tetap berbohong kepada yang lain, bahwa. Semua itu bukan atas perlakuan Jinan yang tak terkendali. Ia selalu beralasan bahwa ada yang menyerang mereka



Jinan akhir-akhir ini lebih sensitif karena merasa bahwa dirinya telah menyakiti Adel sampai separah itu, sementara Adel. Ia juga merasa sudah tidak kuat untuk dijadikan pelampiasan amarah dari kekuatan hitam itu. Dirinya sudah terpontang-panting berkali-kali karena Jinan yang gagal membuat kekuatan itu hilang. Setiap kali Jinan merasa sedih atau marah, kekuatan itu akan muncul secara tiba-tiba. Lalu, seperti biasa, Adel akan menahan dan berusaha merendamnya dengan kemampuannya yang begitu terbatas



Namun. Entah apa yang terjadi, kekuatan itu, rasanya semakin kuat berkali-kali lipat jika muncul kembali setetelah dihilangkan. Rasanya, semakin sulit bagi Adel untuk menghentikan aksi Jinan yang semakin semena-mena saat tak terkendali. Bahkan, Jinan sudah belasan kali menghancurkan properti dan bangunan perguruan karena ia tak bisa menahan kekuatan nya yang begitu besar. "Apa yang harus kulakukan? Semakin hari, kekuatan kak Jinan semakin meningkat"
Batin Adel. Dirinya berada di kantin sekolah yang masih sepi. Sedari tadi, ia hanya merenung dan membatin tentang persoalan milik Jinan yang tak kunjung usai, meski sudah berhari-hari



Adel duduk di sebuah bangku dengan keadaan kaki yang masih diperban, wajah yang bagian pipinya di plester karena tergores, lalu. Lengan miliknya yang tercakar kembali akibat Jinan, padahal. Waktu itu, dirinya sudah diobati oleh sesosok perempuan berilmu tinggi, ah! Kalau begini terus... Lama-lama, para murid guru Chen akan curiga dengan keadaan Jinan yang selalu pingsan ketika ditemukan, dan Adel yang terluka parah. Adel berdecak kesal, ia marah kepada dirinya sendiri yang bodoh dan tidak bisa berfikir dalam keadaan genting seperti ini



Ia menghentakkan kakinya beberapa kali, memukul meja, dan menyobek-nyobek tisu yang sudah disediakan oleh ibu kantin. Kalau boleh, ia ingin membanting meja sebenarnya, namun. Ia masih berupaya untuk menjaga sikapnya di sekolahan bagus ini. "Oi"
Ujar seseorang sembari menepuk bahu Adel dengan lembut, sosok itu duduk di depan Adel. Amanda, oh. Orang itu, yang tak asing sama sekali ditelinga Adel. Amanda meletakan sebuah bola basket di atas meja. Ia tapi langsung melepaskan bola itu, ia menunggu sampai bola itu berhenti bergerak, baru. Ia akan melepaskan kedua tangannya

Adel mengangkat kedua alisnya. Beberapa jam yang lalu, tepatnya sebelum bel masuk, ia meminta Amanda untuk mengambil bola basket kesayangan Regie di gudang. Kebetulan, pada saat itu, Amanda memang tengah dihukum untuk membersihkan gudang (ia tidak melaksanakan piket dan memanjat gerbang) Adel mengecek bola basket itu terlebih dahulu. Benar, ini milik Regie yang waktu itu digunakan untuk bermain bersama Zee dan Indah. Bolanya sudah lama tak dimainkan semenjak pemiliknya pergi, ah. Rasanya lumayan hampa ketika melihat benda kesayangan seseorang yang telah tiada

Amanda menekuk bibir, seperti senyuman yang terbalik. Lalu, ia mengangkat tangannya secara perlahan, "bu, Manda. Pesen es jeruknya satu"
Ujar Amanda kepada ibu kantin yang tengah mengelap meja dengan sebuah kain yang sedikit basah, untuk menghilangkan kotoran makanan bekas siswa siswi lain. Amanda yang melihat Adel tengah menatap serius bola basket itu, sedikit merasa iba. Ia melihat temannya masih belum selesai dengan masalah yang t'lah lama berlalu, kasihan sekali. "Terimakasih, Mand"
Ucap Adel sembari memperhatikan bola basket milik Regie (itu adalah kesayangan Regie)

Kungfu Hero (Adeljkt48) Where stories live. Discover now