hellow!

364 42 6
                                    

Happy Reading Brodie
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.











Ting!
Secangkir kopi panas siap dihidangkan!



Seorang pelayan lelaki membawa secangkir kopi panas ke sebuah meja yang Adel tempati. Ia meletakan kopi itu dengan diiringi senyuman tulus yang sudah sering ia berikan kepada pelanggan. Adel membalas senyum tipis, lalu barulah pelayan itu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.
Hari ini, tepatnya pada pukul 12 siang, Adel mengunjungi sebuah kedai kopi yang tak ramai, namun. Juga tak sepi. Ia memesan secangkir kopi panas untuk menenangkan dirinya sedikit. Lagipula, masih ada beberapa tempat yang ingin ia kunjungi, tak salah kalau menepi sebentar saja 'kan?



Hari itu, kedai yang ia kunjungi lumayan menarik, desain interior yang bagus nan rapi. Tak lupa dengan sebuah pot bunga yang disediakan di atas setiap meja yang berada di dalam sana. Lantai yang bersih, lampu yang selalu dinyalakan meski sebenarnya tak butuh, wangi sampah yang tak tercium sama sekali. Tak ada aroma busuk di sana, rasanya tenang sekali, damai. Adel, akan datang ke sini lagi lain kali, ya kalau sempat. Pasalnya, kakak-kakak seniornya itu selalu menuntut dirinya untuk terus berlatih dan mengajari murid baru, padahal bukan hanya ada Adel di perguruan itu, berat rasanya



"Huftt.. "
Adel menghembuskan nafas setelah selesai menyeruput sedikit kopi itu. Ia melihat pemandangan kota yang sudah berubah semenjak 3 tahun terakhir. Mungkin perubahan nya tak banyak, namun. Ada beberapa hal kecil yang menarik perhatian nya, seperti sekolah yang dulunya ia tempati, kini sudah semakin maju, gedungnya sudah semakin mewah. Rasanya sangat berbeda, sudah tak seperti saat pertama kali ia menjajal es jeruk milik bu kantin. "Hardel?"
Sebuah panggilan ia dengar tak jauh dari tempatnya duduk, lantas ia menoleh ke sumber suara yang agaknya dekat dengan pintu. Astaga benar saja



Seorang berkulit putih, rambut sebahu yang agak memiliki dominasi warna cokelat, lesung pipi di kanan dan kiri, memakai sepatu basket yang lengkap dengan jerseynya sekalian. Ia sudah sangat berubah, akan tetapi wibawanya masih menempel sampai sekarang, aura kepemimpinan nya masih erat memeluk sangat mantan kapten basket di sekolah Adel dahulu. Ia mendekat ke arah Adel, menarik kursi, lalu mendudukinya untuk mengetahui kabar sang adik kelas yang telah lama menghilang dari publik. Ia, menaruh bola basket di bawah kursi agar bisa lebih nyaman berbincang dengan Adel



"Apa kabarmu kak zee?"
Adel mengulurkan tangannya kepada 'Harzi Ashadantra' yang akrab disapa Zee. Zee membalasnya dengan senang hati, sudah lama semenjak latihan basket terakhir di sekolah hari itu, ia tak bertemu dengan Adel lagi. Siapa sangka? Kalau mereka berdua akan bertemu di kedai kopi yang tak terduga seperti ini. "Baik. Oh iya lo kemana aja, Del? 3 tahun ilang nggak ada kabar, tiba-tiba malah mampir di warkop ayang gw hahaha"
Adel sedikit menepikan pot bunga yang berada di tengah agar ia bisa lebih mudah melihat visual wajah Zee yang seperti tidak bertambah tua



"Hanya berlatih. Ah iya, apakah ini kedai kopi kekasih kak Zee?"
Adel bertanya dengan raut wajah penasaran. Zee mengangguk sembari tersenyum girang, lalu menunjukkan cicin tunangan kepada Adel dengan bangga. Adel yang melihatnya turut senang sebagai teman sekaligus adik kelas Zee. Rasanya, kisah cinta Zee selalu mulus, maksudnya mulus dengan satu wanita. Tapi siapa yang heran memangnya? Orang sekeren dan semenarik Zee, tentu pantas mendapat hubungan yang sehat dan lancar. "Gua masih sama Fiony, plus! Gw juga masih main basket sampai sekarang"
Sesuatu yang sudah kita tekuni dengan lama, memang akan sangat sulit untuk kita tinggalkan begitu saja. Sama halnya dengan Zee yang menyukai basket dan Adel yang menyukai kungfu, mereka berdua sama-sama terlahir untuk hal itu

Kungfu Hero (Adeljkt48) Where stories live. Discover now